"Tiba-tiba nyelonong masuk ke kamar jenazah, lalu foto-foto korban. Makanya pada beberapa kasus, sering kami tegur," ujar Salman.
Sopir ambulans forensik, Yudi, menambahkan, menurut prosedur pengangkutan jenazah, pihak rumah sakit akan menunjuk sopir ambulans forensik.
"Kalaupun dipungut biaya, itu resmi tertera di kuitansi pembayaran. Pihak keluarga juga punya pilihan, bisa mengggunakan ambulans kami atau cari sendiri," ujar Yudi.
Seorang anggota komunitas sopir ambulans, Tedi Permadi (46), mengakui, tiap hari anggota komunitasnya selalu berkomunikasi melalui grup WhatsApp dengan nama grup Relawan Ambulan.
Setiap hari informasi kejadian kecelakaan terpantau di grup WA ini. Tedi tidak memungkiri ada oknum relawan yang memanfaatkan situasi.
"Tapi tidak semua relawan di lapangan ini meminta uang setiap kali membantu korban. Prinsipnya, mereka free, tidak memungut bayaran. Jadi, mereka itu ada relawan yang benar-benar relawan, ada juga komunitas ojek online," kata Tedi saat dihubungi Tribun, Selasa (8/10).
Namun, ia meminta masyarakat tidak berpandangan sebelah mata karena tidak semua relawan berkelakuan buruk.
Keberadaan relawan-relawan, kata dia, dibutuhkan di tengah situasi yang perlu penanganan cepat.
"Kalau ada oknum relawan yang meminta uang, dokumentasikan saja. Catat identitasnya, termasuk kalau mereka arogan di jalan. Banyak kok relawan yang bekerja dengan ikhlas," katanya.
Tedi mengatakan, ia pernah dihubungi seorang relawan untuk evakuasi korban kecelakaan lalu lintas. Dia pun datang ke lokasi kejadian.
"Belakangan relawan tersebut malah meminta uang pada keluarga korban. Padahal saya ikhlas hanya berniat untuk membantu keluarga korban,” ujar Tedi. (tim)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul EKSKLUSIF - Makelar Ambulans di Bandung, Pepet Keluarga Korban, Minta Jasa Rp 500 Ribu Hingga Jutaan, https://jabar.tribunnews.com/2019/10/14/eksklusif-makelar-ambulans-di-bandung-pepet-keluarga-korban-minta-jasa-rp-500-ribu-hingga-jutaan?page=all.