TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Ada makelar ambulans di Bandung menawarkan jasa ambulans dengan ongkos bikin 'melongo.'
Itulah yang dirasakan keluarga korban kecelakaan lalu lintas saat menerima selembar kuitansi yang sudah tertera angka Rp 500 ribu, awal Oktober lalu.
Kuitansi yang biasa dijual di toko buku itu diberikan oleh seseorang, makelar ambulans, di ruang jaga kamar jenazah salah satu rumah sakit milik pemerintah ternama di Bandung.
Padahal, setengah jam sebelumnya, keluarga korban sudah membayar uang pengurusan jenazah (biaya forensik dan pemulasaraan jenazah) lebih kurang Rp 2,3 juta.
Untuk biaya ini, keluarga tak menaruh curiga karena kuitansinya dalam bentuk cetakan komputer dan pembayarannya dilakukan di kasir resmi rumah sakit.
Nah, mengenai kuitansi susulan Rp 500 ribu, keluarga keheranan kenapa ada biaya tambahan di luar kuitansi resmi.
Besaran jumlah uang di kuitansi tersebut tertera untuk uang ganti jasa pengangkutan jenazah dari lokasi kecelakaan di Jalan Surya Sumantri ke rumah sakit berpelat merah tersebut, yang berjarak hanya 3,5 kilometer.
Stempel di kuitansi tersebut bukan stempel resmi rumah sakit, tapi stempel berlogo Koordinator Ambulans Bandung.
Keluarga korban kecelakaan ternyata berhadapan dengan makelar ambulans di Bandung.
Saat itu, keluarga tak berpikir panjang dan langsung membayar biaya tersebut karena ingin segera membawa pulang jenazah ke rumah duka.
Padahal, jenazah dibawa dari lokasi kejadian ke kamar jenazah diangkut oleh ambulans milik RS pemerintah tersebut.
"Jenazahnya dievakuasi oleh ambulans kami," ujar Yudi (40), sopir ambulans forensik rumah sakit pemerintah tersebut, saat ditemui di halaman Gedung Forensik RS Hasan Sadikin, Bandung, Selasa (8/10).
Fakta itu diperkuat oleh kesaksian seorang staf Bagian Pelayanan PT Jasa Raharja Bandung, Oloan Sembiring.
Saat kejadian kecelakaan lalu lintas itu pada 1 Oktober, sejumlah pegawai PT Jasa Raharja tengah berada di lokasi kejadian.
"Setelah saya konfirmasi, saat itu jenazah yang bersangkutan dievakuasi menggunakan ambulans RSHS,” kata Oloan.
Tribun mencoba menggali informasi mengenai uang jasa ambulans Rp 500 ribu tersebut dan mendapati fakta bahwa ternyata ada jaringan makelar ambulans berkedok relawan di beberapa rumah sakit di Bandung.
Makelar ini cukup terorganisasi. Ini terbukti dari jalinan komunikasi yang kuat di antara anggotanya.
Secara umum modus mereka adalah setiap mengetahui kecelakaan atau musibah dengan korban tewas, mereka mendatangi lokasi kejadian.
Kemudian mereka menawarkan ambulans untuk mengevakuasi korban atau menawarkan jasa pengawalan ambulans ke rumah duka atau ke rumah sakit terdekat.
Setelah tiba di rumah sakit atau rumah duka, mereka meminta uang jasa.
Mereka saling bertukar informasi kecelakaan atau musibah lainnya melalui media sosial dan grup WhatsApp.
"Mereka mengaku dari yayasan, tapi tidak tahu yayasan mana. Menawarkan ambulans untuk mengangkut jenazah. Mereka mematok Rp 500 ribu," ujar seorang anggota keluarga korban meninggal, sebut saja Melati (25).
Melati mengatakan, saat jenazah kerabatnya itu tiba di kamar jenazah rumah sakit, sejumlah relawan, dengan mengenakan jaket perusahaan ojek online ternama, menghampiri keluarga korban menawarkan jasa ambulans untuk mengantar jenazah ke rumah duka.
Ada sekitar empat orang yang menawarkan jasa ambulans jenazah.
"Saya relawan, kalau perlu ambulans, saya bisa kontak yayasan," ujar seorang dari mereka saat menawarkan diri.
Tribun menelusuri keberadaan makelar dan relawan ambulans tersebut ke sejumlah sopir ambulans forensik di RSHS Bandung.
"Mereka ini memang kerap berulah. Jika ada kejadian kecelakaan, korban meninggal di bawa ke sini. Mereka langsung memepet keluarga korban, menawarkan jasa pengawalan ambulans hingga menyediakan ambulans untuk mengantar jenazah ke rumah duka. Mereka mematok harga tertentu," ujar Joni (45), bukan nama sebenarnya, seorang petugas ambulans kamar forensik RSHS.
Menurut Joni, sopir ambulans forensik selalu berkoordinasi dengan polisi terkait evakuasi jenazah korban. Mereka selalu memegang prinsip pantang meminta uang pada keluarga korban.
Salman (40), petugas keamanan gedung forensik RSHS Bandung, membenarkan bahwa keberadaan relawan yang juga makelar ambulans ini kerap terlihat di RSHS.
"Tiba-tiba nyelonong masuk ke kamar jenazah, lalu foto-foto korban. Makanya pada beberapa kasus, sering kami tegur," ujar Salman.
Sopir ambulans forensik, Yudi, menambahkan, menurut prosedur pengangkutan jenazah, pihak rumah sakit akan menunjuk sopir ambulans forensik.
"Kalaupun dipungut biaya, itu resmi tertera di kuitansi pembayaran. Pihak keluarga juga punya pilihan, bisa mengggunakan ambulans kami atau cari sendiri," ujar Yudi.
Seorang anggota komunitas sopir ambulans, Tedi Permadi (46), mengakui, tiap hari anggota komunitasnya selalu berkomunikasi melalui grup WhatsApp dengan nama grup Relawan Ambulan.
Setiap hari informasi kejadian kecelakaan terpantau di grup WA ini. Tedi tidak memungkiri ada oknum relawan yang memanfaatkan situasi.
"Tapi tidak semua relawan di lapangan ini meminta uang setiap kali membantu korban. Prinsipnya, mereka free, tidak memungut bayaran. Jadi, mereka itu ada relawan yang benar-benar relawan, ada juga komunitas ojek online," kata Tedi saat dihubungi Tribun, Selasa (8/10).
Namun, ia meminta masyarakat tidak berpandangan sebelah mata karena tidak semua relawan berkelakuan buruk.
Keberadaan relawan-relawan, kata dia, dibutuhkan di tengah situasi yang perlu penanganan cepat.
"Kalau ada oknum relawan yang meminta uang, dokumentasikan saja. Catat identitasnya, termasuk kalau mereka arogan di jalan. Banyak kok relawan yang bekerja dengan ikhlas," katanya.
Tedi mengatakan, ia pernah dihubungi seorang relawan untuk evakuasi korban kecelakaan lalu lintas. Dia pun datang ke lokasi kejadian.
"Belakangan relawan tersebut malah meminta uang pada keluarga korban. Padahal saya ikhlas hanya berniat untuk membantu keluarga korban,” ujar Tedi. (tim)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul EKSKLUSIF - Makelar Ambulans di Bandung, Pepet Keluarga Korban, Minta Jasa Rp 500 Ribu Hingga Jutaan, https://jabar.tribunnews.com/2019/10/14/eksklusif-makelar-ambulans-di-bandung-pepet-keluarga-korban-minta-jasa-rp-500-ribu-hingga-jutaan?page=all.