Air mata mereka terus bercucuran melihat almarhum dimakamkan.
Fani dan Marisa pun saling berpelukan di depan pusara sang adik.
Beberapa kali, Marisa yang masih mengenakan seragam Taruni Poltekip, menangis meratapi pusara adiknya.
Korban Fairuz
Duka mendalam juga dirasakan oleh Asnan Shabirin dan Zuraida Khairustika, orangtua dari Fairuz Ananta Khalid, mahasisiwa Fakultas Kedokteran Unila.
Alunan ayat suci Alquran menggema syahdu di ruangan tersebut mengiringi kepergian korban.
Ibunda almarhum yang menggunakan jilbab cream dan baju hitam tak mampu menahan kesedihannya.
Matanya selalu berkaca-kaca saat sanak famili datang melayat.
Sedangkan, ayahanda korban yang mengenakan baju koko dan peci putih tampak tegar menerima kenyataan tersebut.
Ditemui di ruang tamu kediaman korban, Asnan menuturkan bahwa anaknya memang ke Jakarta sejak beberapa hari lalu.
Lalu sekitar pukul 03.00 WIB, dirinya kebangun dari tidur dan langsung memberikan pesan singkat melalui WhatsApp kepada Fairuz.
"Saya berpesan agar ananda berhati-hati di jalan. Fairuz pun menginformasikan kalau sudah sandar di Pelabuhan Bakauheni," tuturnya.
Namun entah kenapa, hati Asnan gelisah hari itu.
Ia pun mengirimkan doa seta membaca Alfatihah untuk keselamatan anaknya Fairuz.