Sebab di kampungnya bisa dikatakan tidak ada yang mempunyai impian seperti Rio Karma kala itu, dan kebanyakan teman seperjuangannya memilih menikah.
"Saya memang dari dulu ingin sekali jadi polisi, karna memang kepedulian dengan masyarakat lebih dekat.
Selama dua tahun saya latihan terus untuk mendaftar, bahkan ada yang bilang ke saya kalau saya ini orang pulau, tidak mungkin keterima jadi polisi, nanti kalau gagal jadi gila, itu pandangan masyarakat ke saya," ujarnya.
Perjalanan Rio Karma untuk sampai dititik ini memang tidak mudah. Saat itu Polres di Anambas belum ada.
Dan hanya ada di Natuna, alhasil Rio Karma harus sering pulang pergi mengurus berkasnya ke Polres Natuna.
"Aduhh kalau diceritain sedih mbak, saya malam-malam bawak pompong yang kapal kayu itu untuk urus berkas ke Polres Natuna.
Saya pergi sendiri, pernah waktu itu malam-malam karna ada berkas yang kurang terpaksa saya pulang ambil lagi, bukannya dikit mbak berkas tu, banyak mbak yang mau diurus," ujarnya.
Rio Karma yang berhasil menyandang jabatan sebagai polisi, ternyata setiap pulang ke kampung halamannya selalu jadi motivator anak-anak.
Sebab masih banyak anak-anak daerahnya yang malas sekolah, melihat Karma sudah jadi orang, anak-anak di kampungnya termotivasi ingin seperti Rio Karma.
Saat ini ia bertugas sebagai Polisi Satuan Lalulintas di Anambas. Ia berharap walaupun dipandang orang sebagai anak pulau, tidak membuat ia berkecil hati.
Berasal dari keluarga yang sederhana, Karma sudah bisa membuka bisnis ternak ikan Napoleon untuk keluarganya. Sebab ayahnya yang seorang Nelayan tidak ia perbolehkan lagi mencari ikan di laut.
"Kalau saya bisa kenapa saya harus membiarkan orang tua saya bekerja, kadang ayah cari ikan pergi malam pulangnya malam besok, makanya saya tidak bolehkan lagi, biar saya yang gantikan orang tua saya memenuhi kebutuhan," tutupnya.(tribunbatam.id/Rahma Tika)
Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Sempat Dicibir, Rio Karma Berhasil Jadi Polisi di Anambas, 12 Tahun Jalan Kaki 3 Km ke Sekolah