News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

30 Persen Pelajar di Sumedang Ternyata Terkena Gangguan Kesehatan Jiwa, Ini Penjelasan Dinkes

Editor: Ravianto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi pelajar.

TRIBUNJABAR.ID - Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumedang mengaku kesulitan mencari anak-anak yang kurus dan kurang gizi.

Hasil pendataan yang dilakukan Dinkes kerap menemukan anak-anak yang obesitas atau kegemukan.

“Sekarang ini cukup sulit menemukan anak-anak yang tubuhnya kurus, kurang gizi. Kebanyakan anak-anak sekarang itu obesitas atau kegemukan,” kata Reni Anton dr Reni K Anton, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sumedang, Minggu (3/11)

Menurutnya, banyaknya anak-anak dan remaja termasuk yang dewasa obesitas selain faktor gaya hidup juga masyarakat kurang bergerak.

“Sudah gaya hidup tidak sehat ternyata malas gerak alias mager,” katanya.

Obesitas menjadi pemicu penyakit tidak menular di Sumedang.

Penumpukan lemak tubuh ini meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan serius.

“Obesitas bisa meningkatkan penyakit tak menular seperti penyakit jantung, diabetes, atau hipertensi,” katanya.

Disebutkan, obesitas juga dapat menyebabkan gangguan kualitas hidup dan masalah psikologi, seperti kurang percaya diri hingga depresi.

Dinkes juga melakukan deteksi dini kesehatan jiwa siswa sekolah SMP dan SMA.

Dari 700 pelajar yang terdeksi dini sebanyak 207 orang dengan gangguan atau sekitar 29,5 persen.

Sedangkan anak SMP dari 100 orang dideteksi sebanyak 24 dengan gangguan atau 24 persen.

“Jenis gangguan kesehatan jiwa mulai dari masalah perilaku, masalah dengan teman sebaya, hiperaktif serta gangguan emosinal. Ada juga yang campuran dari gangguan jiwanya,” kata Reni.

Tahun 2019 ini siswa yang melaksanakan deteksi dini sebanyak 1.500 siswa.

"Namun baru 700 yang telah melakukan deteksi dini," katanya.

Disebutkan tahun 2018, sebanyak 12 sekolah atau 1200 siswa sudah dilakukan deteksi dini" Dari 1.200 siswa itu ada 96 siswa yang harus ditindaklanjuti,” katanya.

Reni menyebutkan deteksi di belum dilakukan untuk anak-anak sekolah dasar.

“Banyak anak-anak sekolah dasar yang keseringan main gawai atau gadget. Ke depan deteksi dini akan dilakukan juga di anak-anak sekolah dasar,” katanya. (deddi rustandi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini