Ia pun merasa tidak puas setiapkali materi penyuluhan narkoba yang ia sampaikan, tidak benar-benar diserap oleh peserta sosialisasi.
"Materi narkoba itu memang berat dan tidak semua orang mau menerimanya," kata Danar.
Danar menjelaskan, orang-orang yang tidak menginginkan sosialisasi narkoba bukanlah orang-orang yang menolak gerakan anti narkoba.
Melainkan, kemungkinan, orang-orang tersebut adalah mereka yang merasa tidak mungkin menggunakan narkoba sehingga tidak perlu mendapat sosialisasi.
Padahal, dalam penyuluhan narkoba, ada banyak hal yang perlu diketahui masyarakat.
Oleh karena itu, Danar pun mencoba cara-cara menarik untuk menyampaikan materi, yaitu dengan konsep edutainment.
Awalnya, pada tahun 2010, Danar mensosialisasikan narkoba dari kampung ke kampung melalui kegiatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Agar materinya tersampaikan dengan baik, Danar mengemasnya sebagai sosialisasi parenting agar orang tua dapat memastikan anaknya tidak memakai narkoba.
Danar pun membagikan door prize dalam sosialisasinya tersebut.
Dengan adanya hadiah dan sosialisasi yang tidak berbayar, seiring berjalannya waktu, semakin banyak kampung yang mengundangnya mengisi sosialisasi narkoba.
Danar pun dapat mencapai targetnya untuk sosialisasi narkoba ke 1.000 kampung dalam waktu tiga tahun.
Dalam perjalanannya, Danar mengaku sudah berulangkali mendapat penghargaan, termasuk penghargaan dari presiden.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)