TRIBUNNEWS.COM - Koordinator Penyuluhan Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Sukoharjo, Agus Widanarko atau Danar, memiliki cara unik dalam menyampaikan sosialisasi anti narkoba.
Dengan membawakan konsep edutaiment, Danar selalu tampil dengan berbagai kostum jawa maupun kostum karakter superhero.
Belakangan ini, Danar kerapkali tampil sebagai Gundala di akun Youtube-nya.
Selain itu, dalam menyampaikan penyuluhan, Danar juga membawakan lagu-lagu yang sedang populer di kalangan pendengarnya.
Lirik lagu-lagu tersebut Danar ubah dengan lirik yang sesuai dengan isi materi.
Ia menyebutkan, dirinya menggunakan cara-cara yang dapat menarik perhatian supaya materi yang ia sampaikan terserap dengan baik.
"Saya ingin penyuluhan ini menarik. Jangan sampai ketika pulang dari sosialisasi lalu lupa apa yang disampaikan," kata Danar pada Tribunnews.com melalui sambungan telepon, Rabu (13/11/2019).
Di balik semangatnya dalam menyuluh masyarakat untuk menjauhi narkoba, rupanya Danar memiliki kisah masa lalu yang berbeda 180 derajat dengan profesinya sekarang.
Danar mengaku, ia pernah bekerja di tempat hiburan malam selama lima tahun.
"Saya dulu berada di dunia gemerlap, mengajak orang-orang datang ke hiburan malam saya. Di sana ada narkoba, minuman keras, segala macam," kata Danar.
Meskipun Danar tidak pernah memakai narkoba namun ia merasa berdosa membiarkan orang-orang mengkonsumsi narkoba dari tempatnya bekerja.
Kemudian Danar mengatakan dirinya mendapat hidayah untuk berhenti bekerja di tempat itu.
"Saya banting stir, ada hidayah untuk berhenti dari dunia maksiat itu," kisah Danar.
Ia pun terpanggil untuk melawan narkoba.
"Saya ingin menebus dosa," kata Danar.
Danar menambahkan, setelah ia memutuskan berhenti dari tempat kerjanya, tiba-tiba mendapat tugas menjadi penyuluh narkoba.
Ia merasa hal tersebut sudah menjadi rencana Tuhan.
"Dulu saya mengajak orang-orang ke jalan yang nggak bener, sekarang saya ingin mengajak orang-orang untuk menjauhi tempat-tempat yang nggak bener dan menjauhi narkoba," kata Danar.
Danar mengawali karirnya sebagai penyuluh narkoba pada tahun 2009.
"Saya menargetkan bisa segera menebus dosa dengan lancar dan semua orang mau mendengarkan penyuluhan," ujar Danar.
Danar menargetkan, dirinya dapat melakukan penyuluhan ke lima ke 5-10 titik dalam sehari.
Ia bertekad untuk dapat menyuluh ke 1.000 kampung.
"Target penyuluhan ke 1.000 kampung sudah tercapai dalam waktu 3 tahun," ujar Danar.
Danar menceritakan, dirinya menyuluh dari kampung ke kampung mengenakan motor seorang diri.
Seiring berjalannya waktu, Danar mulai memiliki banyak relawan untuk menyuluh narkoba.
"Relawan itu dari jumlahnya puluhan sampai jadi ratusan," kata Danar.
Awal Muncul Konsep Edutainment
Koordinator Penyuluhan BNK Sukoharjo tersebut menjelaskan, konsep edutainment muncul karena kejenuhannya dalam menyampaikan materi.
Ia pun merasa tidak puas setiapkali materi penyuluhan narkoba yang ia sampaikan, tidak benar-benar diserap oleh peserta sosialisasi.
"Materi narkoba itu memang berat dan tidak semua orang mau menerimanya," kata Danar.
Danar menjelaskan, orang-orang yang tidak menginginkan sosialisasi narkoba bukanlah orang-orang yang menolak gerakan anti narkoba.
Melainkan, kemungkinan, orang-orang tersebut adalah mereka yang merasa tidak mungkin menggunakan narkoba sehingga tidak perlu mendapat sosialisasi.
Padahal, dalam penyuluhan narkoba, ada banyak hal yang perlu diketahui masyarakat.
Oleh karena itu, Danar pun mencoba cara-cara menarik untuk menyampaikan materi, yaitu dengan konsep edutainment.
Awalnya, pada tahun 2010, Danar mensosialisasikan narkoba dari kampung ke kampung melalui kegiatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Agar materinya tersampaikan dengan baik, Danar mengemasnya sebagai sosialisasi parenting agar orang tua dapat memastikan anaknya tidak memakai narkoba.
Danar pun membagikan door prize dalam sosialisasinya tersebut.
Dengan adanya hadiah dan sosialisasi yang tidak berbayar, seiring berjalannya waktu, semakin banyak kampung yang mengundangnya mengisi sosialisasi narkoba.
Danar pun dapat mencapai targetnya untuk sosialisasi narkoba ke 1.000 kampung dalam waktu tiga tahun.
Dalam perjalanannya, Danar mengaku sudah berulangkali mendapat penghargaan, termasuk penghargaan dari presiden.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)