News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bom di Mapolrestabes Medan

Polisi Ungkap DA Istri Pelaku Bom Bunuh Diri di Mapolrestabes Medan, Sudah Rencana Akan Meneror Bali

Penulis: Nuryanti
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi mengamankan DA istri pelaku bom bunuh diri Mapolrestabes Medan. (Tangkapan Layar YouTube KOMPASTV)

TRIBUNNEWS.COM -  Polisi telah mengamankan istri dari pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Rabu (13/11/2019).

Karo Penmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, istri pelaku bom bunuh diri tersebut berinisal DA.

Saat ditangkap, DA sedang menyusun rencana untuk melakukan aksi teror di Bali.

"Di dalam jejaring komunikasi media sosialnya, mereka (DA dan terduga teror lainnya) berencana melakukan aksi terorisme di Bali," ujar Dedi di Markas Korps Brimob, Depok, Jawa Barat, Kamis (14/11/2019), dikutip dari Kompas.com.

Dedi mengatakan, penyusunan rencana aksi teror tersebut dilakukan bersama seorang pria berinisial I.

Menurutnya, I merupakan narapidana perkara terorisme yang saat ini mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II, Kota Medan, Sumatera Utara.

"Yang bersangkutan (DA) cukup aktif di media sosial dan secara fisik sudah pernah berkomunikasi lewat Facebook (dengan I)," kata Dedi.

Saat ini DA masih diperiksa secara intensif oleh tim Densus 88 Antiteror Polri untuk pengembangan kasus bom bunuh diri suaminya, beserta aksi teror yang direncanakannya.

Sebelumnya, Densus 88 mengamankan DA dari hasil pemeriksaan saksi dan temuan dari TKP bom bunuh diri.

"Dari hasil pemeriksaan beberapa saksi, kemudian dari hasil analisa dari beberapa temuan dari TKP, Densus 88 sudah mengamankan seorang perempuan atas nama DA," ungkap Dedi, Kamis (14/11/2019) di siaran KOMPASTV.

Ia mengatakan, perempuan berinisal DA tersebut statusnya sebagai istri pelaku bom bunuh diri Mapolrestabes Medan.

"DA ini setelah dilakukan pemeriksaan oleh Densus 88, ternyata DA ini statusnya istri daripada RMN yaitu pelaku," jelasnya.

Sebelumnya diungkapkan polisi bahwa RMN berstatus sebagai mahasiswa, namun dari hasil pemeriksaan di lapangan, diketahui status dari pelaku sudah menikah.

"Meskipun dalam manifes atau data kepribadian dari MNS atau dari hasil pengecekan sampai data dari dukcapil, yang bersangkutan statusnya belum menikah, atau statusnya mahasiswa atau pelajar, tapi dari temuan polisi di lapangan, statusnya sudah beristri," jelas Dedi.

Ia menambahkan, DA ini sudah terpapar radikalisme terlebih dulu sebelum suaminya RMN.

"Dari hasil pemeriksaan, istri RMN tersebut ternyata sudah terpapar (radikalisme) terlebih dahulu," lanjutnya.

Dengan ditangkapnya istri pelaku bom bunuh diri di Medan ini, menurut mantan pimpinan Jamaah Islamiyah Nasir Abbas mengatakan, peran perempuan dalam jaringan radikal dan teroris tidak bisa lagi dianggap sebelah mata.

Sementara itu, menurut Nasir Abbas, dari penangkapan istri pelaku bom bunuh diri ini, terlihat bahwa wanita mempunyai peran, dan sekarang wanita sudah terlihat mulai berani.

"Seperti menunjukkan bahwa wanita yang berperan, wanita yang berperan dan memengaruhi, dan wanita yang kita lihat sudah mulai menjadi berani," ujarnya.

Ia juga mengatakan, tidak menutup kemungkinan jika wanita yang terlibat dalam tindakan terorisme ini ingin melibatkan dirinya.

"Jangan-jangan wanita yang mau melibatkan diri, dia dilibatkan, namun dia mau melibatkan diri," tambahnya.

Nasir Abbas kemudian menyangkutkan keterlibatan perempuan dalam kasus tersebut dengan kejadian ledakan bom bunuh diri di Surabaya pada Mei 2019 lalu.

Perempuan yang terlibat tersebut dinilai telah memiliki dorongan yang keliru karena melibatkan orang lain.

"Kita sudah lihat yang di Surabaya, sampai dia tega membawa anaknya berlari bersama, itu ibu macam apa itu, sehingga tega untuk membunuh anaknya, itu karena dorongan yang keliru," ungkapnya.

Nasir mengatakan, saat ini ibu-ibu sudah banyak yang terkena paparan paham radikalisme dan terorisme.

"Sekarang sudah terkena, sudah terpapar pada ibu-ibu, kita nggak tahu sudah berapa banyak ibu-ibu yang terkena ini," katanya.

Ia juga berharap untuk memberi perncerahan pada perempuan, khususnya istri dari mantan narapidana atau narapidana pelaku terorisme.

Diharapkan seusai diberi pencerahan bahwa paham radikalisme itu salah, mereka yang belum terpapar paham ini bisa dicegah.

"Oleh karena itu, sekarang bukan hanya pada mantan napi, bukan hanya pada narapidana yang diberi pencerahan, tapi juga pada ibu-ibu, istri-istri yang berpotensi mengembangkan paham tersebut," lanjutnya.

(Tribunnews.com/Nuryanti) (Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini