TRIBUNNEWS.COM - Koordinator Penyuluh Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Sukoharjo, Agus Widanarko memiliki cara unik dalam menyampaikan sosialisasi anti narkoba.
Aksi uniknya dalam memberikan sosialisasi mendapat sambutan positif dari para pendengar.
Hal tersebut terlihat pada unggahan-unggahan video di akun YouTube pribadinya.
Satu di antaranya yaitu saat Danar memberikan sosialisasi di Bengkulu.
Para peserta tampak antusias mendengarkan Danar.
Terlebih saat Danar membawakan lagu bersama rekannya, di sela-sela mengisi materi.
Tidak sedikit peserta yang mengabadikan momen tersebut.
Saat dihubungi Tribunnews.com melalui sambungan telepon, Danar mengaku memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan materi, Rabu (13/11/2019).
Ia menggunakan cara yang dapat menarik perhatian supaya materi yang disampaikan terserap dengan baik.
"Saya ingin penyuluhan ini menarik. Jangan sampai ketika pulang dari sosialisasi lalu lupa apa yang disampaikan," kata Danar.
Berbekal cara unik yang ia miliki, Danar pun pernah diundang ke istana untuk tampil di depan Presiden Jokowi.
Berbagai penghargaan pun telah diraihnya, termasuk penghargaan dari presiden.
Sejak 2012, Danar tidak sendirian dalam menyampaikan sosialisasi.
Ia selalu mengisi materi bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam grup bernama 'The Blangkon'.
Terkadang Danar juga melakukan sosialisasi bersama sang istri.
"Setiap menyampaikan materi, saya membuat sebuah konsep yang namanya edutainment," kata Danar pada Tribunnews.com.
Ia menjelaskan, edutainment merupakan konsep penyuluhan yang memadukan unsur edukasi dan hiburan.
Konsep edutainment sudah diterapkannya selama lima tahun terakhir.
Melalui konsep tersebut, Danar menyampaikan materinya dengan bernyanyi, bermain sulap hingga mengenakan kostum yang unik.
Awalnya, Danar hanya mengenakan kostum lurik dan blangkon saja.
Namun seiring berjalannya waktu, ia memiliki kostum yang semakin bervariasi.
Berangkat dari ide yang muncul saat mengisi sosialisasi jajanan sehat untuk anak-anak TK, Danar mulai mengenakan kostum superhero.
"Saat itu, saya menyesuaikan apa yang disenangi mereka. Karena mereka mengidolakan superhero maka saya tampil dengan kostum superhero," jelas Danar.
Danar mengaku sudah pernah tampil dengan kostum superhero seperti superman, spiderman, batman hingga kostum superhero lokal.
Kostum superhero lokal yang pernah ia kenakan yaitu kostum gatotkaca, gundala dan anoman.
"Kalau pakai kostum gundala, saya juga memakai helm. Tetapi gundalanya tidak memakai jaket, melainkan batik," tambah Danar.
Ia menambahkan, setiap kali mengenakan kostum superhero mancanegara, Danar akan memadukannya dengan budaya Indonesia.
"Contohnya sewaktu saya mengenakan kostum superman, saya memadukannya dengan kain khas bali," jelasnya.
Sementara itu, saat berkunjung ke daerah lain, Danar mengaku akan mengenakan kostum yang sesuai dengan adat daerah setempat.
"Saya pernah sosialisasi ke Kalimantan, di sana kami mengenakan baju Dayak," ujar Danar.
Begitu pula saat Danar berkunjung ke Papua, Sumatera, Jawa Barat, hingga Bali, Danar pun memakai kostum khas daerah tersebut.
Danar menyebutkan, dirinya memiliki prinsip 'di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung'.
Peribahasa tersebut memiliki arti bahwa dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus menghormati adat-istiadat tempatnya berada.
Sementara itu dalam bernyanyi, Danar mengganti sebagian lirik lagu dengan lirik yang berkaitan dengan isi materi.
Danar mengatakan, ia menyesuaikan lagu yang sedang disenangi oleh pendengarnya.
Saat ini, Danar mengaku sering menggunakan lagu-lagu Didi Kempot.
Ia menyebutkan, Didi Kempot pun mendukungnya menggunakan lagu-lagu tersebut.
"Misalnya lagu 'Banyu Langit', maksudnya daripada air alkohol, mending banyu langit," ujarnya.
Danar menceritakan, dengan membawakan lagu tersebut, anak-anak remaja lebih antusias mendengarkannya.
Koordinator Penyuluhan BNK Sukoharjo tersebut menjelaskan, konsep edutainment muncul karena kejenuhannya dalam menyampaikan materi.
Ia pun merasa tidak puas setiap kali materi penyuluhan narkoba yang ia sampaikan, tidak benar-benar diserap oleh peserta sosialisasi.
"Materi narkoba itu memang berat dan tidak semua orang mau menerimanya," kata Danar.
Danar menjelaskan, orang-orang yang tidak menginginkan sosialisasi narkoba bukanlah orang-orang yang menolak gerakan anti narkoba.
Kemungkinan, orang-orang tersebut adalah mereka yang merasa tidak mungkin menggunakan narkoba sehingga tidak perlu mendapat sosialisasi.
Padahal dalam penyuluhan narkoba, ada banyak hal yang perlu diketahui masyarakat.
Oleh karena itu, Danar mencoba cara-cara menarik untuk menyampaikan materi, yaitu dengan konsep edutainment.
Awalnya, pada tahun 2010, Danar mensosialisasikan narkoba dari kampung ke kampung melalui kegiatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Agar materinya tersampaikan dengan baik, Danar mengemasnya sebagai sosialisasi parenting agar orangtua dapat memastikan anaknya tidak memakai narkoba.
Danar pun membagikan door prize dalam sosialisasinya tersebut.
Adanya hadiah dan sosialisasi yang tidak berbayar, seiring berjalannya waktu, semakin banyak kampung yang mengundangnya mengisi sosialisasi narkoba.
Danar pun dapat mencapai targetnya untuk sosialisasi narkoba ke 1.000 kampung dalam waktu tiga tahun.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)