News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Potret Pilu di Hari Guru Nasional, Penghasilan Rendah Rp 85 Ribu hingga Saat Malam Rela Jadi 'Hantu'

Penulis: garudea prabawati
Editor: Miftah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Musri guru honorer SDN 105364 Desa Lubuk Rotan, Kecamatan Perbaungan, Serdangbedagai mendapat penghargaan pada Hari Guru, Senin, (25/11/2019). (Kiri) Musri saat beraksi menjadi hantu. Sosoknya ketika jadi hantu.

"Di rumah kami pakai lampu pelita. Kalau malam kerja perangkat pembelajaran, kami andalkan lampu pelita saja. Susah sekali sebenarnya, tetapi karena sudah terbiasa, jadinya nyaman juga. Untuk yang punya hanphone itu harus pergi cas di orang yang ada mesin generator," tutur Beti.

Sinyal pun hanya bisa didapat bila berjalan kaki sejauh 3 kilometer lagi.

Dengan gaji seadanya, Beti tinggal di rumah sederhana dengan alas tikar belahan bambu.

Meski harus hidup dengan segala keterbatasan, Beti mengaku tetap semangat mengajar di sekolah tersebut.

"Capek sebenarnya, tetapi berpikir, pasti ada hikmah di balik perjuangan ini," ungkap Beti.

Ia berharap, ke depan pemerintah bisa menyambung jaringan listrik dan telepon ke Desa Watu Diran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, alamat SMPN 3 Waigete.

Pantauan Kompas.com, Beti tinggal di rumah yang sangat sederhana, beratapkan alang-alang, dinding belahan bambu, dan lantai tanah.  

Baca: Viral Pidato Nadiem Makarim Soal Hari Guru Nasional, Dian Sastro Turut Soroti & Beri Pujian Ini

Kamar istirahatnya juga sangat sederhana, hanya beralaskan tikar di atas belahan bambu.

Pakaian juga digantung tanpa lemari. Begitu pula dengan buku-buku.  

Alat masak Beti juga masih menggunakan tungku tradisonal dari batu.

Untuk memasak, ia menggunakan kayu api yang didapatkan dari kebun.

Beti juga terkadang menumbuk padi untuk menjadi beras. Di tempat itu memang tidak ada penggiling padi.  

Di tengah keterbatasan uang dan fasilitas, serta tidak adanya saluran informasi, Beti tetap bertahan untuk mengabdi di SMPN 3 Waigete, Desa Watu Diran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka.

Beberapa berita di atas mengungkap bahwa begitu kelam sejumlah potret guru honorer di Indonesia.

3. Guru Honorer tinggal di Toilet Sekolah, Gaji Hanya Rp 350 Ribu

Bu Nining, guru honorer di SDN Karyabuana 3 di Desa Karyabuana, menunjukkan isi rumahnya yang menempati bagian toilet sekolah SDN Karyabuana 3, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten, Senin (15/7/2019). (KOMPAS.com/ ACEP NAZMUDIN)

Nining Suryani (44), seorang guru honorer sebuah sekolah dasar, menjadi salah satu contoh kurangnya kesejahteraan untuk guru honorer.

Nining Suryani sebagai guru honorer di SDN Karyabuana 3 Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Banten, ini terpaksa harus tinggal di dalam toilet sekolah lantaran tidak punya rumah.

Nining mengaku, gajinya sebesar Rp 350 Ribu tidak cukup untuk menyewa rumah.

Jadilah ia sebagai guru honorer yang tinggal di toilet walaupun sudah mengajar di sekolah tersebut selama 15 tahun.

Ibu dua anak ini punya alasan khusus mengapa tetap bertahan sebagai guru honorer kendati gajinya kecil.

Nining berharap untuk diangkat menjadi PNS dan mendapat penghasilan yang sesuai dengan pengabdiannya.

"Kalau nggak diangkat juga enggak apa-apa, setidaknya ada kebijakan dari pemerintah berapa kenaikan per bulan. Mau kecil mau besar, saya ikhlas terima," kata Nining saat ditemui di SDN Karyabuana 3, Kecamatan Cigeulis, Senin (15/7/2019).

Namun tahun demi tahun mengajar, status Nining belum naik juga.

Berbagai upaya sudah dia lakukan, termasuk kuliah lagi untuk mendapatkan gelar sarjana.

Nining sempat merasa putus asa dan menyerah.

Apalagi usianya saat ini sudah melebihi batas ambang persyaratan menjadi PNS.

"Anak saya yang kedua sekarang masih sekolah di pesantren, tiap bulan butuh biaya," kata dia.

Sebelum tinggal di toilet sekolah, Nining tadinya tinggal di sebuah rumah petak di dekat sekolah.

Namun dua tahun lalu, rumah tersebut roboh lantaran sudah lapuk.

Tidak ada pilihan lain, bersama suaminya, Ebi Suhaebi (46), dia mengisi ruangan toilet di SDN Karyabuana 3 yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa.

Baca: 7 Kisah Inspiratif Guru, Lewati Medan di Pedalaman Papua hingga seorang Guru Tidur di Toilet Sekolah

Guru honorer di Banten tinggal di toilet sekolah, gaji tiap bulan kecil tak sanggup sewa rumah (Acep Nazmudin/Kompas.com)

Tempat tersebut dia jadikan tempat tinggal sejak dua tahun lalu.

Nining mengaku tidak bisa menyewa rumah dengan kondisi keuangan yang minim.

Sementara suaminya hanya berkerja serabutan dengan penghasilan tidak menentu.

Pihak sekolah tadinya sempat melarang, namun akhirnya mengizinkan lantaran tidak ada lagi tempat tinggal untuk Nining dan keluarganya.

"Kepala sekolah bantu beliin kayu, saya dan suami yang bangun, alhamdulillah bisa nyaman tinggal di sini," ujar dia.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (Tribunnewswiki.com/Dinar Fitra Maghiszha) (dra/tribun-medan.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini