"Bapak saya, tukang tensi keliling dari kampung ke kampung. Ibu hanya di rumah. Saya tinggal di Jakarta bersama kakak," ujarnya.
Baginya, pengalaman menjadi tenaga pengajar di SLB Ajiterep Cimahi, SLB Adzkia, SLB Budi Nurani, SLB Bakti Pertiwi dan tenaga lepas di kantor BPJS membuat pengalamannya bertambah.
Sulit Mencari Pekerjaan
Diakuinya, pada 2012, ia merasakan susahnya mencari pekerjaan.
Keputusan kuliah pun ia lakukan agar mendapat kompetensi yang mumpuni.
Beruntung, pemerintah mengeluarkan peraturan jika setiap instansi wajib membuka peluang satu persen dari jumlah yang dibutuhkan untuk disabilitas.
Aksesibilitas kaum difabel pun dibangun agar kesempatan semakin terbuka lebar.
"Tentu saya berharap, nanti bisa bekerja, menjaga integritas, nama baik, tidak korupsi, jujur, agar mendapat keberkahan."
"Selain itu, bisa memotivasi orang lain, untuk tergerak lebih maju," katanya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjelaskan, pihaknya sudah sering meminta seluruh gedung perkantoran dan pelayanan publik harus ramah difabel, termasuk pedestrian.
Kalangan difabel pun juga dilibatkan dalam proses pembangunan.
Misalnya dalam Musrenbangwil Jateng di beberapa wilayah akhir-akhir ini.
"Bantuan pelatihan maupun sarana dan prasarana juga kami berikan," tandasnya.
Saat memberikan SK kepada Hikmat, Ganjar juga berpesan untuk memiliki semangat dan pantang mundur, menjaga integritas dan tidak korupsi dan tidak berbohong.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani) (TribunJateng.com/Faisal Affan)