TRIBUNNEWS.COM -- Fakta baru keretakan hubungan rumah tangga hakim Jamaluddin terungkap.
Hakim Jamaluddin disebut tak tahan lagi membina rumah tangga dengan istrinya Zuraida Hanum.
Bahkan rencana menggugat cerai istrinya itu diungkapkan Jamaluddin sekitar tiga bulan sebelum ia ditemukan tewas dengan penyebab misterius.
Adalah perempuan yang berprofesi sebagai Advokat mengungkapkan hal ini. Sebut saja namanya Maimunah. Sebelumnya Maimunah juga sudah mengungkapkan kepada Tribun-Medan.com, bahwa pada malam sebelum kematian hakim Jamaluddin sempat mendatangi rumahnya.
Jamaluddin didampingi oleh tiga orang berbadan tegap yang mendorong hakim Jamaluddin hingga ke depan pintu rumahnya.
Saat diwawancarai Tribun-Medan.com sebelumnya, Maimunah belum mengungkap perihal hubungannya dengan hakim Jamaluddin. Kali ini ia membuka semua ceritanya.
Ternyata Maimunah adalah pengacara yang akan dipakai jasanya oleh hakim Jamaluddin untuk menggugat cerai istri Jamaluddin, Zuraida Hanum.
Maimunah memastikan apa yang diterangkannya ini persis sama dengan yang disampaikan saat terakhir diinterogasi Polisi, Senin (16/12/2019).
Maimunah menyebutkan bahwa dirinya akan menjadi kuasa hukum Jamaluddin untuk mengurus kasus perceraiannya dengan istrinya Zuraida Hanum di Pengadilan Agama Medan.
"Awalnya kami itu bertemu karena saya sedang mengurus perkara di Agustus 2019 lalu, jadi disitu pertama kenal. Baru setelah itu dia curhat kalau ada niatan mau cerai," jelasnya saat ditemui Tribun-Medan.com di Pengadilan Negeri Medan, Selasa (17/12/2019).
Lalu ia menjelaskan bahwa setelah itu sebagai calon klien, Jamaluddin menyampaikan maksud tersebut kepada istrinya Zuraida Hanum.
"Jadi saya semalam (senin) diperiksa di Polrestabes sampai jam setengah 1 malam, saya bilang bahwa niatan cerai pertama sudah disampaikan ke ibu (istri Jamaluddin) di bulan September. Jadi di pertemuan kedua pada 22 September 2019 dibilang Bapak (Jamaluddin) kalau ibu tidak terima, karena Bapak bilang ibu nggak mau harta tersebut dibagikan sama anak-anak dari istri yang pertama," tuturnya sembari menirukan ucapan Jamal kepada dirinya.
Hingga puncaknya pada 26 November hakim Jamaluddin menyampaikan kepada Maimunah bahwa tekatnya sudah bulat untuk mendaftarkan gugatan cerai.
"Lalu terakhir ketemulah kami pada tanggal 26 November tiga hari sebelum bapak meninggal, bapak udah bilang. Maimunah saya enggak sanggup lagi ceraikan saja katanya kayak gitu, daripada banyak kali dosa. Yaudahlah kalau bapak udah niat untuk cerai terserah bapaklah itu. Tapi kalau urusan harta nanti saja itu pak nanti lama kali cerainya, panjang kali perkaranya," tuturnya memperaktikkan komunikasinya saat itu kepada Jamal.
Kemudian, selaku orang yang dipercaya untuk mengurus perceraian tersebut, Maimunah mempersiapkan setiap pemberkasan untuk gugatan cerai. Namun di hari Rabu dan Kamis dirinya tak jadi pergi ke Pengadilan Negeri Medan.
"Hari selasa kami ketemu, disitu janji akan jumpa pada Rabunya tanggal 27 November mau ngurus surat bapak cerai tapi karena ada salinan putusan saya yang belum selesai dan orang PN udah bilang kalau belum selesai, jadi saya batal ke PN untuk urus berkas cerai tersebut. Rabu itu saya ada urusan ke Polda dan kamis juga enggak jadi keluar," tuturnya.
Lebih lanjut, pada hari Jumat 29 November 2019 Maimunah akhirnya hendak menemui Jamaluddin di PN Medan namun ia tak ada di ruangan Humas.
"Di hari Jumat saya berencana pergi ke PN, sebelum berangkat ada orang yang mengajak untuk berjumpa di cafe daerah Ring Road urusan kayu. Rupanya disitu orang yang menghubungi engga bisa dihubungi lagi. Baru sampai lah saya di pengadilan jam 1, lalu langsung pergi ke ruangan pak Jamal mau ambil berkas cerai, tapi enggak ada di ruangan. Lalu pergilah saya ambil salinan putusan jam 2.15 siang. Biasanya kan bapak itu berseliwuran di PN itu, karena tidak ada, baliklah saya ke kampus karena ada pengabdian masyarakat," jelasnya.
Maimunah menjelaskan bahwa dirinya datang tersebut untuk meminta berkas guna didaftarkan perkara perceraian ke Pengadilan Agama pada Senin 2 Desember 2019.
"Ya disitu saya mau mempersiapkan berkasnya ada buku nikah, KK dia, KTP dia, akte lahir anak-anaknya dan surat harta. Bapak (Jamaluddin) ini calon klien. Jadi disitu belum sempat didaftarkannya perkaranya karena rencana senin akan didaftarkan ke Pengadilan Agama," tutur Maimunah.
Hingga akhirnya, Maimunah mendapatkan kabar bahwa calon kliennya (Jamaluddin) ternyata sudah tak bernyawa lagi saat akan ditemui pada tanggal 29 November tersebut.
"Barulah jam 7 malamnya saya mendapatkan WA dari teman yang menyebut bahwa Bapak (Jamaluddin) sudah meninggal. Disitu bergetarlah badan saya, saya enggak habis pikir ternyata alasan dia datang ke rumah saya itu (baca berita Tribun Medan sebelumnya) sudah dalam keadaan bahaya," jelas Maimunah.
Maimunah turut menjelaskan mengapa dirinya ditunjuk hakim Jamaluddin, menurutnya kemungkinan hanya karena sudah dipercaya oleh Jamaluddin.
"Saya juga ditanya polisi kenapa harus sama saya Pak Jamal jadi kuasa, ya karena dekat berkonsultasi karena pak Jamal yang tahu rumah saya karena ada alamatnya. Dan sudah kenal juga. Sebelumnya pada tanggal 7 September juga saya sudah ajak rekan saya advokat laki-laki untuk berkonsultasi. Jadi dari awal Pak Jamal ini minta dirahasiakan namanya karena enggak mau ribut karena dia hakim. Jadi disitu saya juga enggak mau sendirian makanya saya ajak advokat laki-laki supaya orang tidak berpikir lain-lain," katanya.
Baca: Misteri Kematian Hakim Jamaluddin Saat Akan Bercerai, Istri Sudah 7 Kali Diperiksa Polisi
Baca: Hakim PN Medan Berniat Cerai Sebelum Tewas, Ini Pengakuan Terbaru Putri Jamaluddin
Baca: Pengacara Ini Ungkap Hakim Jamaluddin Berniat Ceraikan Istrinya, Zuraida Hanum
Terakhir, Maimunah menjelaskan bahwa dirinya sudah ada 5 kali diperiksa oleh kepolisian. "Itu awalnya diinterogasi di tanggal 2 Desember 2019 di Polrestabes Medan, baru tangal 9 Desember di Kok Tong Ringroad sama polisi, baru 4 hari lalu di Polrestabes. Dan di Jumat malam datang, dan terakhir semalam (Senin) juga disuruh datang," pungkasnya.
Sementara, saat dikonfirmasi terkait keterangan-keterangan dari Maimunah khususnya soal keretakan rumah tangga Jamaluddin dan istrinya hingga rencana menggugat cerai itu, Onan Purba, kuasa hukum dari Zuraida Hanum, mengaku tidak tahu-menahu dan belum pernah mendengar informasi tersebut.
“Sepanjang sampai hari ini saya belum pernah mendengar istilah itu, baik dari pemeriksaan saksi-saksi yang didengar di sini belum ada. Sampai sekarang ini sampai jam berapa belum ada sepatah kata pun indikasinya seperti itu," kata Onan Purba menjawab Tribun-Medan.com, Selasa (17/12/2019).
Ia mengungkapkan, keterangan yang diberikan Zuraida Hanum kepadanya pun tidak ada terkait rencana perceraian dengan hakim Jamaluddin.
"Tidak ada pengakuan dari Ibu Zuraidah. Aku kan objektif memberikan penafsiran, sampai sekarang belum ada," cetusnya.
Menurut Onan, isu perceraian itu mestinya dikonfirmasi kepada orang yang mengeluarkan statement tersebut.
"Kalau memang ada pengacaranya mengatakan begitu ya itu aja dikejar, nanti salah kalau aku mengomentari karena aku tidak tahu," jelas Onan.
Lebih lanjut, Onan membeberkan bahwa kliennya, Zuraida Hanum, sudah 7 kali diperiksa oleh pihak kepolisian.
Onan juga berharap agar kasus ini segera terungkap.
"Kalau di Medan saya sudah dampingi 4 kali (pemeriksaan) sampai sekarang ini. Kalau di Aceh, saya lihat pemeriksaannya 3 kali. Total ada 7 kali pemeriksaan. Dan, harapan kita supaya segera terungkap," tegasnya.
Anak Hakim Jamaluddin Minta Atensi Mahkamah Agung dan Mabes Polri
Anak Hakim Jamaluddin, Kenny Akbari Jamal (23), kembali angkat bicara tentang kasus pembunuhan ayahnya yang masih misteri.
"Harapan saya terlebih kepada pihak Mahkamah Agung dan Mabes Polri ikut memantau kasus ini, karena udah lama sekali, udah dua minggu lebih," kata Kenny kepada Tribun Medan, Selasa (17/12/2019) lewat sambungan selular.
Selain itu, Kenny Akbari didampingi pamannya (abang Hakim Jamaluddin) terlihat mendatangi PN Medan sekitar pukul 15.40 WIB.
Rombongan itu berniat menemui Ketua PN Medan, Sutio Jumagi Akhirno.
Namun, Sutio tidak bisa ditemui sehingga Kenny dan pamannya akhirnya pulang.
Ia mengaku ingin meminta bantuan pihak PN Medan dan Ikatan Hakim Indonesia (Ikahi) Medan untuk membantu menyelesaikan kasus pembunuhan ayahnya.
"Saya minta tolong kepada PN Medan dan Ikahi Medan untuk bantu mendesak penyelesaian kasus ini.
Supaya kasus ini cepat terungkap. Tadi saya silaturahmi ke Pak Ketua PN juga bermaksud minta bantuan ini.
Saya berharap kalau ada desakan dari lembaga, pihak Polda dan Polrestabes lebih sigap," tuturnya.
Kenny menyebutkan bahwa dirinya masih satu kali diperiksa terkait kematian ayahnya.
Pemeriksaan berlangsung di Nagan Raya, Aceh, di sela-sela proses pemakaman hakim Jamaluddin.
"Saya sudah ada sekali diperiksa di Nagan Raya waktu pemakaman ayah.
Nanti katanya ada pemeriksaan lanjutan, tapi belum dikasih tahu kapan.
Soalnya lagi dikoordinir sama mereka, nanti kalau perlu dipanggil," tambahnya.
Kenny menuturkan, saat ayahnya ditemukan tewas pada 29 November 2019, diirnya ketika itu sedang Ko-as di RS Pirngadi.
"Pas pulang dari RS memang ada Bunda, jam 2 aku pulang terus tidur siang baru bangun sekitaran jam 6 sore.
Itu pun dibangunkan tetangga sama beberapa polisi dan lurah, dikasih kabar ayah sudah tidak ada," tuturnya.
Disinggung kabar terbaru tentang rencana perceraian antara ayahnya dengan Zuraida Hanum, Kenny menyatakan tak tahu menahu soal itu.
"Belum pernah dengar (perceraian), ayah enggak cerita juga, mungkin karena tidak mau membebani anak, jadi belum pernah cerita. Ayah tidak ada cerita apa-apa," ujarnya.
Hakim Jamaluddin Didorong 3 Pria Tegap hingga Depan Pintu Rumah Pengacara Ini
Sebelumnya, pengacara wanita Maimunah (nama samaran) akhirnya buka suara terkait kedatangan hakim Jamaluddin ke rumahnya pada Kamis (28/12/2019) malam sekitar pukul 21.35 WIB.
Adapun hakim Jamaluddin ditemukan tewas di areal kebun sawit warga di Dausun II Namo Rindang, Desa Suka Rame, Kecamatan Kutalimbaru, Deliserdang, Sumatera Utara, Jumat (29/11/2019).
Berikut keterangan Maimunah, dalam wawancara Eksklusif dengan Tribun-Medan.com, Jumat (13/12/2019).
Maimunah menjelaskan bahwa rumahnya didatangi hakim Jamaluddin pada malam sebelum kematiannya.
"Dia ke rumah saya, manggil-manggil saya tiga kali, itu pukul 21.35 WIB lah itu ketepatan waktu acara Suratan Tangan di ANTV acara Uya Kuya itu," jelasnya.
Maimunah yang merasa tak punya kepentingan dengan hakim Jamaluddin, tidak membukakan pintu, meskipun hingga tiga kali dipanggil oleh Jamaluddin.
Menurut Maimunah, saat itu hakim Jamaluddin tidak sendirian.
Ia bersama tiga orang pria berbadan tegap keluar dari mobil.
"Dia manggil tiga kali, ”Maimunah” katanya dengan logat Acehnya. Pemanggilan pertama saya pergi ke ruang tamu mengintip. Rupanya bapak itu, tapi di situ dia sudah ada kawannya, waktu itu ada bertiga," cetusnya.
"Dia kan manggil 3 kali, panggilan ke-2 saya udah dekat ruang tamu. Sampai panggilan ke-3 saya enggak keluar, di rumah aja. Saya berpikir saya tidak ada kepentingan sama bapak ini. Janji saya Jumat mau ke kantor pengadilan. Di malam Jumat itu perasaan saya sudah enggak enak," tambah Maimunah.
Ia pun menerangkan bahwa ada yang mendorong hakim Jamaluddin dari mobil hingga ke pintu rumah Maimunah.
"Ada 3 oranglah mendorong dia untuk masuk. Sama sopir satu orang, kemungkinan mereka ada 4 atau 5 orang sama Pak Jamal. Karena itu terlihat di mana pintu ujung sama kiri itu bunyi gedor (ditutup)," tuturnya.
Disinggung adakah tekanan wajah Jamaluddin saat itu, Maimunah mengaku tidak bisa memastikan. Sebab, ia tidak melihat secara jelas raut wajah hakim Jamluddin.
"Saya tidak berpikir ke situ, karena saya pikir tidak ada urusan. Ya saya datar-datar saja," ungkapnya.
Saat itu, Maimunah mengaku sempat mendengar hakim Jamaluddin meminta dirinya untuk ikut dengan rombongan tersebut.
"Gini dibilangnya 'bisa ikut bentar ada yang mau dikonfrontir atau ditanyakan', hati saya sudah enggak enak hari itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Maimunah menjelaskan setelah 15 menit di depan rumahnya, akhirnya rombongan hakim Jamaluddin pulang.
"Jadi pergilah orang itu kira-kira 15 menit, saya merasa enggak ada kepentingan ngapain jumpai. Lagian tengah malam ada apa, saya bertanya-tanya ada apa," tuturnya.
Baru ternyata pada keesokan harinya, Jumat (29/11/2019), Maimunah terkejut mendengar kabar Hakim Jamaluddin ditemukan tewas di Dusun II Namo Rindang, Desa Suka Dame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.
"Besoknya saya dapat info dari kawan di WhatsApp hampir jam 7 malam, Pak Jamal meninggal. Saya terkejut, bergetar badan saya, ada apa?" jelasnya.
Maimunah lantas bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang kedatangan hakim Jamaluddin, pada malam sebelum kematiannya.
"Saya merasa jantungan, kenapa tengah malam itu dia datang ke rumah saya. Dia (Jamaluddin) kan bisa berteriak kalau memang ada sesuatu malam itu."
"Saya berpikir pada saat itu datar-datar aja. Saya tidak ada berpikir ke situ (dibunuh). Jumatnya kejadian jadi buat saya berpikir ada apa dengan saya, ada apa dengan dia (Jamaluddin), kenapa saya didatangin," tuturnya.
Ia kemudian memberikan keterangan kepada kepolisian pada 1 Desember 2019.
"Apa yang terjadi tersebut, Senin tanggal 1 saya sudah menghadap (polisi), saya merasa tidak nyaman," cetusnya.
Sebagai orang yang memiliki pendidikan hukum, Maimunah memperkiraan bahwa kehadiran hakim Jamaluddin saat itu adalah untuk mempertanyakan hubungan dirinya dengan Hakim Jamaluddin.
Bahkan ia menduga apabila malam itu membukakan pintu, maka nasibnya akan sama dengan hakim Jamaluddin.
"Sepertinya di malam itu ada yang mau minta dikonfrontir antara saya dan Pak Jamal."
"Padahal saya tidak punya hubungan apa-apa, berarti kalau malam itu mereka menjemput saya dan buka pintu, kemungkinan keselamatan saya terancam," terangnya.
Ia memperkirakan bahwa ada oknum yang tidak bertanggungjawab membuat seolah-olah ada hubungan antara dirinya dengan hakim Jamaluddin.
"Jadi sebenarnya saya itu enggak terlalu penting kali sama bapak (Jamaluddin) tapi seolah-olah dibuat penting."
"Ada orang lain yang mengompori keadaan ini. Kalau saya berurusan sama bapak itu, saya ada nomor HP-nya," jelasnya.
Saat kejadian itu, Maimunah mengaku sedang bersama ibu dan adiknya di rumah.
Sedangkan sang adik, sedang keluar rumah bersama anak-anaknya.
Selain itu, Maimumah menyebutkan, sebelum kejadian tersebut, sudah ada orang-orang yang melakukan pengintaian di sekitar rumahnya.
"Karena belakangan ini sering orang lewat di depan rumah naik mobil Honda Jazz dan Toyota Camry, habis itu kayak ditungguin. Kalau saya mau pergi kerja pagi itu ada di depan rumah pakai mobil Honda Jazz, saya udah berangkat kerja, baru pergi. Lalu sejak 2 minggu sebelum kematian (Jamaluddin) mobil itu pantau-pantau saya. Saya cuma lihat (tulisan) Toyota aja yang di depan, warna hitam," jelasnya.
Bahkan, Maimunah menjelaskan bahwa belakang rumahnya sering dilemparin benda padat, hingga akhirnya ia merasa terancam keselamatannya. Bahkan setelah memberikan kesaksian tersebut.
"Makanya saya takut juga karena merasa terancam juga, kalau dia enggak datang ke rumah saya, saya tidak berpikir sampai situ. Rumah saya dilempar dari belakang, dari Senin kemarin, sampai lah saya berikan kesaksian. Bahkan dua hari yang lalu yang ikut sama bapak (Jamaluddin) malam itu, lewat depan rumah saya naik kereta Revo, orangnya tinggi besar," ungkapnya.
Terakhir, Maimunah berharap bisa mendapatkan perlindungan hukum baik dari kepolisian maupun Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Ia merasa mendapat intimidasi terkait kasus kematian hakim Jamaluddin.
Maimunah pun berharap kasus ini segara diselesaikan hingga terungkap pelakunya.
"Di tingkat Polda saya sudah berikan kronologi semuanya. Sudah bisa mereka ambil tindakan, tidak perlu lagi diajarin untuk melakukan ini dan itu, karena saya percaya mereka sudah ahlinya," pungkasnya.
Sementara, Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi mengakui sudah mendapatkan informasi dari Maimunah.
Ia pun menyebut sudah mengirimkan tim untuk memberi perlindungan kepada Maimunah.
"Sudah ada tim LPSK yang kita kirim ke sana untuk memberikan perlindungan. Jadi untuk saksi sudah bisa langsung berkoordinasi," ujarnya.
Anak Korban Merasa Janggal dengan Keterangan Sang Ibu
Kenny Akbari, anak dari hakim PN Medan Jamaluddin yang ditemukan tewas terbunuh, membeberkan sejumlah kejanggalan atas peristiwa yang menimpa sang ayah.
Kejanggalan yang dirasakan Kenny Akbari, termasuk keterangan sang ibu, Zuraida Hanum.
Kenny Akbari memaparkan kejanggalan itu saat menjadi narasumber di acara Fakta Tv One dilansir TribunJakarta pada Selasa (10/12/2019).
Mulanya, Kenny Akbari menyatakan keseharian sang ayah yang biasanya tak pernah keluar rumah di pagi hari buta.
"Yang biasanya keluar rumah duluan itu aku sekitar pukul 6.00 - 6.30 WIB atau bisa lebih cepat dari itu, ayah aku belakangan biasanya," ucap Kenny Akbari.
Kediaman Almarhum Jamaluddin di Perumahan Royal Monaco, Medan Johor, Kamis (5/12/2019). (Tribun Medan)
Lebih lanjut, Kenny Akbari menjelaskan waktu pulang sang ayah sekitar pukul 22.00 WIB atau bergantung pada selesainya pekerjaan hakim PN Medan itu.
Kenny Akbari menuturkan, ia pertama kali mendapatkan informasi sang ayah tewas diduga dibunuh ketika kembali ke rumah sekitar pukul 14.00 WIB.
"Rumah saat itu kosong, terus aku ke lantai atas melihat istri Om Pia dan dua adik,” ujarnya.
“Sekitar pukul 18.00 WIB, datang tetangga, polisi dan lurah.
Aku kebangun dan terkejut karena ramai orang.
Polisi mempertanyakan pakaian dan waktu pergi ayahnya dari rumah.
Tetapi saya jawab enggak tau karena baru pulang jam 2 siang," jelas Kenny Akbari.
Kenny Akbari menuturkan, saat itu ia diberitahu bahwa ayahnya hakim Jamaluddin telah tiada.
"Saat itu aku sendirian enggak ada (orang di rumah)," ungkap Kenny Akbari.
Lebih lanjut, Kenny Akbari menyoroti pernyataan ibundanya yang menuturkan bahwa ponsel hakim Jamaluddin sempat mati dan tak bisa dihubungi.
Kenny Akbari merasa hal tersebut jarang dilakukan sang ayah.
"Pasti dia jawab walaupun lagi sidang sekalipun dan dia enggak pernah pergi sepagi itu," tegas Kenny Akbari.
Kenny Akbari tak memungkiri banyak kejanggalan dari peristiwa yang menimpa sang ayah, Jamaluddin.
"Iya janggal juga sih, selama aku tinggal di sini dia enggak pernah pergi sepagi itu.
Katanya keluar pukul 5 pagi dan mau jemput kenalan di bandara, itu seperti bukan ayahku sekali," kata Kenny Akbari.
Kenny Akbari bersikukuh bahwa perginya sang ayah di pagi hari buta itu bukanlah kebiasaan ayahnya.
Tak hanya itu, Kenny Akbari juga bingung dengan pernyataan sang ibu, Zuraida Hanum tentang adanya teror ke rumahnya seminggu sebelum hakim Jamaluddin ditemukan tewas.
"Aku bingung kapan ditabraknya itu pagar.
Katanya pagi ditabraknya, mungkin aku enggak ada di rumah.
Tetapi seharusnya ada bekas ditabraknya di pagar itu kalau memang benar.
Pasti aku tahu kok beda ya pagar rumahku, tetapi itu tak ada," beber Kenny Akbari.
Meski begitu, Kenny Akbari secara tegas menyatakan sang ibu tidak mungkin terlibat dalam peristiwa pembunuhan hakim Jamaluddin.
"Enggak mungkin. Kalau memang iya, apa motifnya?" tegas Kenny Akbari.
Kenny Akbari menilai, sang ayah selalu memberikan seluruh kebutuhan ibundanya.
"Secara finansial, apa sih yang enggak dikasih ke bunda?" ucap Kenny Akbari.
Didalangi orang dekat
Sebelumnya diketahui sempat menyeruak kabar bahwa aktor di balik tewasnya Jamaluddin didalangi oleh orang terdekat.
Hal itu disampaikan oleh Kapolda Sumut Irjen Agus Andrianto.
"Perkembangan Jamaluddin, kita masih mendalami informasi-informasi dan alibi yang diberikan oleh saksi," kata Kapolda Sumut Agus Andrianto usai menghadiri acara di Mapolrestabes Medan, Senin (9/12/2019).
Dijelaskan Agus, bahwa pihaknya terus mendalami hasil pemeriksaan labfor dan forensik dengan harapan kasus ini bisa segera selesai dan terungkap jelas siapa pelaku dibalik pembunuhan tersebut.
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Tatan Dirsan Atmaja mengatakan, penyidik melakukan pemeriksaan tambahan terhadap empat saksi baru dalam kasus ini.
"Kita melakukan penambahan saksi, yaitu (total) sebanyak 29 orang yang kita tanya terkait tewasnya Jamaluddin," kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Tatan Dirsan Atmaja, Selasa (10/12/2019).
Tatan Dirsan Atmaja juga membeberkan tentang mobil Toyota Land Cruiser jenis Prado BK 77 HD, di mana mayat hakim Jamaluddin ditemukan.
Menurut dia, berdasarkan keterangan sang istri yang diperiksa di Nagan Raya, Aceh, diketahui bahwa mobil tersebut dibeli secara kredit.
"Ada surat kuasa dari leasing untuk mobil itu. Jadi ke depan kita akan meminta keterangan kepada pihak leasing," katanya.
Ia mengaku saat pihaknya melakukan pemeriksaan kepada istrinya di Nagan Raya, cuma bertanya seputar kebiasaan korban dan kawan-kawan almarhum.
"Termasuk kepada siapa saja yang tidak senang dengan korban dan apakah ada istri lain, selain istrinya yang sekarang," ujarnya.
Penjelasan PN Medan
Sebelumnya, Humas PN Medan, Erintuah Damanik menjelaskan saat kejadian kematian Hakim Jamaluddin pada 29 November 2019 lalu ternyata CCTV di rumahnya ternyata dicabut.
"Info dari kepolisian itu menyebutkan kalau CCTV itu tidak dicolokkan, tapi sebenarnya itu berfungsi jadi disengaja," tuturnya.
Hal janggal lainnya dimana ditemukan dari CCTV di sebelah rumah Jamaluddin dimana sekitar pukul 04.00 WIB memang ada mobil Land Crusher Prado yang keluar dari rumah Jamal namun dengan arah yang berbeda.
"Jadi hal janggal lainnya diambil dari CCTV rumah tetangga, kalau mobil itu keluar biasanya ke kanan. Tapi kalau hari itu ke kiri bukan ke arah pengadilan. Dan setelah mobil itu lewat ada sepeda motor yang mengikuti," jelasnya.
Erintuah juga menjelaskan bahwa pada hasil dari autopsi pada malam kejadian hasilnya Jamal ternyata sudah meninggal sejak dini hari.
"Kita mendengar hasil bahwa sebelum visum dalam itu itu, dinyatakan bahwa korban 20 jam sebelumnya sudah meninggal.
Itu menyatakan bahwa 20 jam sebelum diautopsi itu dia meninggal, artinya jika dihitung mundur 20 jam itu dia meninggal sekitar jam 3 atau 4 subuh," pungkasnya.
Kesaksian Satpam Perumahan
Satpam Perumahan Royal Monaco, Muhyadin pada subuh di hari kejadian kematian Hakim Jamal tanggal 29 November 2019 melihat istri terdakwa membuka pagar.
"Saya yang jaga malam terakhir itu memang ada lihat bapak itu keluar jam 5 pagi dari rumah.
Tapi tidak tahu bapak itu, bahwasannya sama teman atau sendiri, tapi yang buka gerbang rumah itu istrinya," jelasnya, Jumat (6/12/2019).
Ia membenarkan bahwa mobil yang dipakai Hakim Jamal adalah jenis Land Crusher Prado berplat nomor BK 77 HD.
"Betul, memang mobil yang di pakai sehari hari itu BK 77 HD. Sopir kami tidak pernah nampak, sehari-harinya bapak itu sendiri," jelasnya.
Terakhir, Muhyadin membeberkan bahwa Jamal adalah sosok yang mudah bergaul dan ramah kepada petugas keamanan.
"Dia (Jamal) tinggal bersama istri, anak, keluargalah. Dia sangat baik, ramah, bertoleransi. Ramahnya dia selalu menegor, sering memberi perhatian sama kami kalau lagi jaga malam, begitu juga istri sama anaknya ke kami," pungkasnya.
Keterangan Istri Jamaluddin
Fakta terbaru ini tidak sinkron dengan keterangan istri Jamaluddin, Zuraida Hanum.
Melansir Serambinews, pada wartawan di kediamannya di rumah duka di Nagan Raya setelah prosesi pemakaman suaminya, Sabtu (30/11/2019) petang, Zuraida menceritakan Jamaluddin berangkat dari rumah pukul 5.00 WIB.
Zuraida mengatakan semua perlengkapan seperti baju, sepatu dan perlengkapan kantor sudah disiapkannya di dalam mobil.
Namun, kata Zuraida, ia sudah menyarankan kepada suami untuk didampingi pergi ke bandara.
Namun suami tidak mau dengan alasan karena sudah pagi.
Almarhum juga mengatakan setelah ke bandara akan langsung ke kantor PN Medan.
“Siapa yang akan dijumpai saya tidak tahu. Bapak tidak cerita ke saya siapa yang ingin berjumpa,” sebutnya dalam wawancara dengan sejumlah wartawan di kediamannya di rumah duka di Nagan Raya setelah prosesi pemakaman suaminya pada Sabtu (30/11/2019) petang. (*)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Terungkap Alasan Hakim Jamaluddin Ingin Cerai dengan Zuraida Hanum, 'Daripada Banyak Kali Dosa'