Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dodi Esvandi
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Puji Astuti setiap hari hanya bisa tergolek lemah pada ranjang kayu di rumahnya yang sangat sederhana.
Tak ada aktivitas lain yang bisa dilakukannya selain berbaring.
Itu lantaran cacat cerebral palsy dan microcephaulus yang diidapnya sejak lahir 19 tahun silam.
Cerebral palsy atau lumpuh otak adalah gangguan otak non progresif yang mengakibatkan kaku pada keempat anggota geraknya yang diakibatkan oleh otak dan jaringan didalamnya tidak berkembang secara sempurna sehingga berukuran lebih kecil.
Bergantung pada jenis dan tingkat keparahannya, penderita mikrosefali dengan cerebral palsy akan mengalami gangguan perkembangan secara fisik maupun kognitif (kemampuan anak untuk berpikir dan memahami hal baru).
Orang tua Puji hanya seorang petani miskin di Dusun Sengrong, Desa Terban, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sehingga, tak ada yang bisa dilakukan keluarganya untuk mengobati Puji.
Namun pada Jumat (20/12) siang kemarin, rumah Puji yang sederhana tiba-tiba ramai dikunjungi orang.
Mulai dari ibu-ibu PKK berseragam batik, hingga aparat kepolisian bersenjata laras panjang memadati rumah berdinding kayu tersebut.
Namun tak hanya mereka, siang itu Puji kedatangan tamu istimewa. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawanti.
Bintang datang tak sendiri. Ia didampingi Siti Atikoh Suprianti, istri Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Selain itu tampak pula Bupati Semarang Mundjirin ES. Bintang sengaja datang jauh-jauh ke kediaman Puji untuk memberikan hadiah istimewa kepada perempuan penyandang disabilitas itu. Sebuah bed (ranjang) yang bisa diatur untuk duduk, persis ranjang untuk pasien di rumah sakit.
”Kami tak pernah bermimpi rumah ini akan dikunjungi oleh Ibu Menteri,” kata Tasiem, orang tua Puji, yang langsung menggendong putri kesayangan mereka itu ke ranjang baru tersebut.
Di ranjang baru yang bisa didorong dan dilipat tersebut, Puji bisa berbaring atau duduk. Ia juga bisa melihat orang-orang lewat di depan rumahnya.
Menteri Bintang kemudian mengajak Puji melambaikan tangan kepada warga dan wartawan yang bergerombol di depan rumahnya.
"Senang ya ramai kayak gini? Ayo dadah-dadah. Dadah...," kata Bintang dan Atiqoh mengajak Puji melambaikan tangan kepada awak media yang sibuk mengabadikan momen tersebut.
Kegiatan Menteri Bintang ke rumah Puji merupakan rangkaian Peringatan Hari Ibu 2019 yang dipusatkan di Kota Semarang.
"Kita semua bisa melihat Puji, dengan kondisi seperti ini ia harus didampingi terus. Dengan kita memberikan tempat tidur yang fleksibel yang bisa dia pakai, mungkin ibunya bisa beraktivitas seperti biasa," kata Bintang.
Selain Puji, di Desa Terban ternyata juga ada beberapa penyandang disabilitas lainnya.
"Di desa ini ternyata ada difabel-difabel lain yang membutuhkan uluran dan tanggung jawab kita bersama. Kami di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak akan mengidentifikasi permasalahan yang ada, siapa yg berbuat apa, apakah masih bisa ditangani oleh masing-masing pihak. Kalau kami di pusat sesuai dengan arahan Presiden Jokowi bahwa kita harus bekerja sama secara tim sehingga harapan presiden untuk mewujudkan SDM unggul menuju indonesia maju dapat dilakukan. Karena hal itu tidak bisa dilakukan oleh pusat saja, harus ada kerjasama dari daerah juga," katanya.
Perempuan Pejuang
Selain bantuan ranjang untuk Puji, Menteri Bintang juga memberikan bantuan kepada empat perempuan pejuang 45 di Kota Semarang berupa kursi roda, tongkat kaki empat, kebutuhan spesifik lansia, dan sembako.
Eempat perempuan pejuang yang menerima bantuan itu adalah Endang Sarwosih yang pada 1946 bersama teman-temannya ditugaskan mencari dana dari para pedagang yang akan masuk ke garis demarkasi, dan Wediniati, yang diakui pemerintah sebagai salah satu pelaku Pertempuran Lima Hari di Kota Semarang.
Kemudian, Soedarti, salah seorang pendiri Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) yang merupakan organisasi kemasyarakatan perempuan tingkat nasional, dan Belia Soedarjati, yang pernah bertugas di Kantor Kementerian Pertahanan Pabrik VIII Bidang Administrasi dan menjadi pasukan sukarela bagian logistik.
"Beliau-beliau ini adalah pelaku perempuan pejuang. Semangat beliau harus menjadi inspirasi ke depan bagi kita perempuan-perempuan Indonesia," kata Bintang saat menyerahkan bantuan di Semarang.
Bintang menambahkan perempuan setiap generasi pasti berubah, tetapi hanya satu yang tidak berubah, yaitu perempuan pejuang.
Bintang berharap ke depan akan muncul perempuan-perempuan pejuang di bidang lainnya, yaitu ekonomi, pendidikan, dan sosial budaya.
”Banyak yang bisa kita ambil hikmah dari beliau-beliau. Semangat beliau-beliau harus menjadi inspirasi," katanya. (tribun network/dod)