Laporan Wartawan Tribun Jabar, Seli Andina
TRIBUNNEWS.COM, SUMEDANG - Ribuan penari yang berasal dari 270 desa dari 26 kecamatan di Kabupaten Sumedang menarikan Tari Umbul di pesisir Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang, Selasa (31/12/2019).
Para penari tersebut menari lengkap menggunakan kostum tradisional, kebaya, kain samping kebat, selendang, kerudung, serta kaca mata hitam.
“Tari Umbul lahir sebagai bentuk ketidaksenangan masyarakat terhadap penjajah Belanda sehingga ekspresi tersebut disalurkan dalam bentuk tarian," ujar Tatang Sobana.
Awalnya, tarian ini disajikan pada pertunjukan longser sehingga ada unsur lagu, gerak tari, dan lawak.
Ciri khas Tari Umbul khas Sumedang ini adalah gerakan pinggul yang berbau erotis sehingga pada awal kemunculannya pernah mengalami penentangan.
Namun setelah mengurangi nilai-nilai erotiknya, Tari Umbul kembali muncul dan berkembang luas khususnya di wilayah Kecamatan Situraja dan Paseh.
Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, mengatakan, lewat Tari Umbul Kolosal tersebut, ia berharap dapat menarik minat wisatawan dari luar Sumedang agar datang ke Sumedang.
"Tari Umbul menjadi salah satu aset potensial dalam menunjang sektor pariwisata di Kabupaten Sumedang," ujarnya.
Bupati mengharapkan kegiatan tersebut akan turut mempromosikan objek wisata di sekitar Bendungan Jatigede, diantaranya Panenjoan, Tanjung Duriat, Puncak Damar, Kampung Buricak Burinong, Pesona Jatigede, dan destinasi wisata lainnya di Sumedang sehingga mampu mendongkrak kunjungan wisatawan baik dari dalam maupun luar Sumedang.
“Data kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sumedang dari awal tahun hingga awal Desember 2019 berjumlah 808.696 orang dan ke kawasan Jatigede di tahun yang sama sekitar 41.060 orang,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Tari Umbul Sumedang, Sempat Ditentang karena Erotis dan Kini Jadi Potensi Pariwisata, https://jabar.tribunnews.com/2019/12/31/tari-umbul-sumedang-sempat-ditentang-karena-erotis-dan-kini-jadi-potensi-pariwisata.