Laporan Wartawan Tribun Jateng Akhtur Gumilang
TRIBUNNEWS.COM,SEMARANG - Macan tutul yang mati di lereng Gunung Muria wilayah Pati, Jateng mengalami luka cukup parah di bagian anusnya.
Ini terkuak dari hasil pemeriksaan dokter hewan dari Bonbin Mangkang, Semarang, Rabu (15/1/2020) ini.
Pejabat Pengendali Ekosistem Hutan Muda, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng, Budi 'Ambong' Santoso menuturkan, macan tutul Jawa berumur 1,5 tahun itu ditemukan mati dengan luka pada bagian anusnya.
"Sempat dikubur warga setempat, namun pihak kami mengevakuasinya untuk dibawa ke kantor BKSDA Jateng Jalan Suratmo Semarang. Saat diperiksa, bagian anusnya berdarah. Kemungkinan besar mati karena sakit," jelas Budi kepada Tribunjateng.com, Rabu (15/1/2020).
Diperkirakan, macan tutul tersebut sampai turun ke lereng Gunung Muria lantaran faktor ketersediaan sumber makanannya.
Selain itu, dia pun menduga macan itu turun karena dipicu kekurangan sumber air.
Meski demikian, kata Budi, habitat macan tutul di kawasan Gunung Muria cukup banyak.
"Karena habitatnya masih terjaga dengan baik. Sebarannya ke semua wilayah Pegunungan Muria. Itu tertangkap pantauan kamera Trap BKSDA," jelasnya.
Dalam kamera tersebut, pihaknya berhasil menangkap lima penampakan macan tutul yang berbeda-beda.
Ke depan, pihaknya akan fokus melakukan pemantauan ke Pegunungan Muria.
Sebab, selama ini pihaknga hanya fokus memantau kawasan hutan di wilayah Nusakambangan, Cilacap saja.
"Kalau ada kawanan macan tutul, indikasinya bahwa habitat di sana masih bagus. Dikatakan bagus apabila masih ada macan tutul dan elang dalam habitat tersebut. Maka dari itu, Pegunungan Muria akan kami fokuskan saat ini," pungkasnya.
Ditemukan Warga
Seekor anak macan tutul (Panthera Pardus Melas) berusia sekira 1,5 tahun ditemukan dalam keadaan mati di kawasan hutan Gunung Muria, tepatnya di Kebun Sekar Gading, Desa Plukaran, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Minggu (12/1/2020) lalu.
Mengenai hal ini, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Tengah Darmanto menjelaskan, bangkai macan tutul berjenis kelamin jantan tersebut ditemukan oleh Siti, istri dari Tarmuin, warga Dukuh Beji RT 3 RW 2, Desa Plukaran, Kecamatan Gembong.
“Lokasi ditemukannya kira-kira 50 meter dari kendang sapi. Bangkai macan tutul yang ditemukan dalam kondisi anus berdarah tersebut kemudian dikuburkan oleh masyarakat, sehari setelah ditemukan,” ujar Darmanto dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunjateng.com, Selasa (14/1/2020).
Ia menyebut, Balai KSDA Jawa Tengah baru mendapat informasi mengenai kematian satwa dilindungi tersebut pada Senin, 13 Januari 2020 sore.
Pihaknya pun langsung melakukan evakuasi.
Jelang tengah malam, sekira pukul 23.30 WIB, bangkai macan tutul tersebut sampai di Kantor Balai KSDA Jateng, diantarkan oleh petugas Resort Konservasi Wilayah (RKW) Pati dan Ketua Paguyuban Masyarakat Pelindung Hutan (PMPH) Gunung Muria, Shokib.
“Selanjutnya, kami bersama Drh Hendrik dari Semarang Zoo melakukan pemeriksaan kematian dengan rontgen dan uji laboratorium lambung dan usus,” jelasnya.
Pada hari ini, Selasa (14/1/2020), hasil pemeriksaan di Klinik Hewan Griya Satwa Lestari menyatakan, tidak ditemukan adanya proyektil/benda asing maupun luka baru di tubuh macan tutul tersebut.
Struktur tulangnya pun tidak mengalami perubahan.
“Selanjutnya, untuk mengetahui penyebab kematian lainnya, direncanakan akan dilakukan uji laboratorium lambung dan usus di Departemen Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga,” pungkasnya. (Tribunjateng/gum/mzk).
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Macan Tutul Mati di Lereng Gunung Muria Alami Luka Parah di Anusnya