TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Walaupun tingkat konsumsi susu sapi masyarakat Indonesia termasuk yang paling rendah di ASEAN, di sisi lain kebutuhan pasar meningkat dari tahun ke tahun.
Namun ternyata, peningkatan permintaan akan susu ternyata tidak sejalan dengan suplai dari peternak lokal karena kuantitas dan kualitas yang belum memadai.
Dengan pertumbuhan konsumsi susu sapi sebesar lima persen per tahun, produksi susu sapi lokal hanya meningkat sebanyak dua persen per tahun, Itupun dengan rentang kualitas yang beragam.
“Danone melalui Sarihusada berupaya untuk berbagi pengetahuan dan memberikan pendampingan kepada peternak lokal mitra Sarihusada yang ada di Jogjakarta dan Jawa Tengah," kata Karyanto Wibowo, Sustainable Director Danone Indonesia, di sela-sela diskusi bersama media dalam rangka hari Gizi 25 Januari nanti.
Melalui upaya ini, kata dia diharapkan susu hasil peternak lokal yang berkualitas tinggi dapat diserap oleh industri susu secara nasional serta dapat berkontribusi pada pengembangan usaha lokal pengolahan makanan dan minuman berbasis susu.
Danone mendorong peningkatan kualitas susu segar melalui tiga pendekatan yaitu dengan membantu penerapan good farming practices dan good manufacturing practices, meningkatkan pengetahuan peternak dan memberikanbantuan sarana, prasarana serta proyek percontohan.
Baca: Buku Kelola Sampah Sejak Dini untuk Indonesia yang Lebih Bersih Diluncurkan
Baca: Ramai-ramai Dukung Upaya Pemerintah Gunakan Energi Terbarukan
Baca: Inovasi Pembiayaan Air Minum dan Sanitasi Sukses Beri Manfaat Bagi 750 Ribu Masyarakat Indonesia
Program Peningkatan Mutu Susu berupaya mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh peternak lokal antara lain terbatasnya ketersediaan bibit sapi perah berkualitas, keterbatasan lahan untuk penanaman hijauan, rendahnya minat generasi muda menjadi peternak.
Masalah lain adalah terbatasnya pakan konsentrat yang berkualitas dengan harga terjangkau, kelangkaan sumber air hingga rendahnya pengetahuan peternak dalam menerapkan teknologi dalam memelihara sapi perah.Berbagai tantangan tersebut menghasilkan kualitas dan produktivitas susu yangtidak memadai.
“Tantangan besar peternak adalah kualitas yang belum layak untuk diterima industri. Untuk itu, salah satu keberhasilan program kami saat ini adalah melalui penerapan good farming practices dan good manufacturing practicesdi beberapa peternak binaan. Sebagai hasilnya mereka kini dapat memproduksi susu segar dengan kualitas yang jauh lebih baik yaitu dengan trend angka kuman terus menurun dimana dalam tujuh tahun terakhir berada di bawah 1 juta cfu/ml”, jelas Agus Budiyanto, Head of Raw Material Ingredients C&PDanone Indonesia.
Angka kuman (TVC) merupakan salah satu parameter penting dalam menilai suatu kualitas susu segar, karena ini akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan.
Susu segar dengan angka kuman tinggi biasanya akan cenderung lebih mudah rusak/pecah sebelum diolah, yang akan mempengaruhi rasa produk yang dihasilkan.
Baca: Danone-AQUA Berkolaborasi dengan Berbagai Komunitas Bikin Gerakan #BijakBerplastik
Baca: Aqua Raih Penghargaan Sebagai Pelaku Usaha Pengagas MRV
Berbagai retailer dan pengusaha makanan dan minuman berbasis susu kini banyak yang membeli langsung susu segar di koperasi binaan Sarihusada karena memiliki angka kuman yang rendah, dan tingkat lemak yang tinggi.
“Setiap hari peternak menyetor susu rata-rata 3800 liter di koperasi kami, dan jumlah itu selalu habis karena tingginya permintaan. Bahkan sering kami tidak dapat memenuhi pesanan dari pengusaha lokal”, jelas Esti selaku manager persusuan KJUB Puspetasari.
Sigit Bintara, dosen Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta menambahkan bahwa program kemitraan ini sangat membantu memberikan ruang bagi akademisi dan keilmuan untuk diterapkan secara tepat guna di lapangan.