Awalnya, Kristina mengaku sempat terganggu oleh anting itu, terutama ketika ia sedang tidur.
Namun lama kelamaan menjadi terbiasa. Bahkan, ia bisa bebas berburu meski telinganya panjang.
"Anting ini tidak karat. Orangtua saya ambil dari Sarawak, Malaysia," kata perempuan kelahiran 1949 ini.
Tradisi yang mulai punah
Daerah Long Pahangai berdekatan dengan Sarawak, Malaysia. Orang Dayak di wilayah itu sering pergi ke Sarawak melewati sungai dan perbukitan.
Di era Kristina, rata-rata perempuan Dayak di wilayah itu memiliki cuping telinga panjang dengan puluhan anting. Namun, tradisi ini kini ditinggalkan.
Sejak era 1970-an penggunaan anting panjang terus berkurang hingga kini.
Data Yayasan Telinga Panjang menyebutkan, total perempuan Dayak yang kini memiliki cuping telinga panjang tak lebih dari 100 orang di Kaltim.
Sebanyak 60 persen di antaranya berada di Kabupaten Mahakam Ulu, termasuk kedua nenek ini.
"Sekarang tidak ada lagi. Hanya kami dua saja yang punya," sambung Tipung Ping.
Simbol kecantikan
Kata keduanya, cuping telinga panjang menurut kepercayaan perempuan Dayak adalah simbol kecantikan.
"Supaya lebih cantik. Zaman dulu semakin panjang cuping telinga, semakin cantik," sebut keduanya.
Kristina dan Tipung mengaku sudah sering kali membujuk cucu-cucunya untuk memanjangkan cuping dengan menggunakan anting besar.