TRIBUNNEWS.COM - Kakak korban selamat tragedi susur Sungai Sempor, Nindia (21) menceritakan, saat ini kondisi adiknya yang bernama Annisa Ramadhani (15), masih terguncang.
Siswi kelas 8 SMPN 1 Turi Sleman ini masih terkejut, karena teman satu kelasnya yakni Nur Azizah (15) meninggal dunia.
Nindia berujar, keluarga saat ini terus menenangkan hati Annisa.
Keluarga juga tak lagi bertanya pada Annisa tentang tragedi susur Sungai Sempor pada Jumat (21/2/2020) lalu.
Sebab, Annisa akan marah jika dirinya mendapat pertanyaan tersebut.
"Sekarang dia juga takut kalau lihat air, kalau di kamar mandi sendiri jadi takut," ungkap Nindia, dikutip dari TribunJogja.com, Senin (24/2/2020).
Soal Tragedi Susur Sungai
Nindia mengatakan, keluarga Annisa tak tahu adanya kegiatan susur sungai untuk siswa SMPN 1 Turi Sleman pada sore itu.
"Tidak ada pemberitahuan dari sekolah, adik saya juga tahunya dari status WA sehari sebelumnya."
"Dia juga enggak bilang ke keluarga kalau mau susur sungai, cuma minta dijemput jam 4 sore," jelasnya.
Ia langsung mencari keberadaan Annisa saat mendengar peristiwa tersebut.
Setelah khawatir karena tak kunjung bertemu adiknya, ia lega karena Annisa sudah berada di sekolah.
Nindia menyebut, adiknya sempat mengukur kedalaman air Sungai Sempor.
Baca: Kondisi Siswa SMPN 1 Turi setelah Insiden Susur Sungai, Trauma Memprihatinkan, Nangis Teriak-teriak
Baca: Penuturan Pria yang Selamatkan Belasan Siswa SMPN 1 Turi, Masih Teringat Jeritan Korban : Saya Sedih
Menurut Annisa, saat itu tingginya air sungai mencapai lutut dan leher para siswa.
Annisa pun sempat mengajak temannya untuk naik dari dalam sungai.
"Saat itu, adik saya sempat mengukur sungai, memang ada yang selutut tapi ada juga yang seleher. Adik saya mengajak teman-temannya untuk naik," ungkapnya.
Sayangnya, teman-teman Annisa, tak menghiraukan anjuran dari Annisa.
"Nanti kalau enggak turun dimarahi pembina loh," ujarnya menirukan ucapan teman Anissa.
Menurutnya, adiknya yang sudah mengukur kedalaman air sebelumnya, akhirnya tak ikut turun ke sungai.
Dari atas sungai, Annisa melihat teman-temannya terseret air sungai, dan segera meminta pertolongan.
"Tapi adik saya ngeyel, dia naik bersama lima orang lainnya, baru balik badan sebentar ternyata teman-temannya yang lain sudah ada keseret. Adik saya terus cari pertolongan ke warga," imbuh Nindia.
Pendampingan Psikolog untuk Siswa
Para siswa SMPN 1 Turi Sleman kelas 7 dan 8, menjalani pendampingan dan terapi dari tim psikolog serta relawan di sekolah sejak Senin (24/2/2020).
Ketua IPK Wilayah DIY, Siti Urbayatun mengatakan, tragedi susur Sungai Sempor pada Jumat lalu merupakan kejadian luar biasa.
Sehingga, para siswa selamat perlu mendapat pendampingan psikolog.
"Kita membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan yang kondusif."
"Universitas di Yogyakarta yang memiliki Fakultas Psikologi kami minta bantuan, organisasi masyarakat juga banyak yang membantu," kata Siti, dikutip dari TribunJogja.com, Senin.
Dalam pendampingan psikologi hari pertama, ada enam siswa yang mengalami gejala gangguan psikologis.
Baca: Siswi SMPN Turi Tita Farza Dengar Peringatan Warga, Pembina Pramuka Bilang Mati Urusan Tuhan
Baca: Kakek 71 Tahun Nekat Nyebur Selamatkan Siswa SMPN 1 Turi Meski Sempat Hanyut saat Gendong Korban
Menurut Siti, ada yang menangis hingga berteriak-teriak.
"Sekali lagi ini baru gejala bukan gangguan, ada yang menangis dan berteriak-teriak misalnya."
"Kami akan terus mendata gejala yang ditunjukkan adik-adik," jelas dia.
Dibuka dua posko untuk penanganan psikis siswa, dengan tenaga kesehatan dari Puskesmas Turi dan SMPN 1 Turi.
"Kemungkinan sampai seminggu ke depan kami stand by di dua posko. Jika diperlukan kami juga melakukan home visit," imbuh Siti.
Pendampingan Psikolog untuk Keluarga Korban
Mengutip Kompas.com, Koordinator Posko Data dan Informasi BPBD DIY, Makwan mengatakan, tim psikolog juga akan melakukan pendampingan pada keluarga korban meninggal.
Tim akan mendatangi rumah kesepuluh korban jiwa atas tragedi susur sungai tersebut.
"Home visit untuk orangtua yang (anaknya) korban meninggal. Yang siswa kelas 7 dan 8 selamat akan dilaksanakan di sekolah," jelasnya.
Polda DIY menurunkan 2 tim, yakni untuk di sekolah dan ke rumah korban meninggal.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (TribunJogja.com/Santo Ari) (Kompas.com/Luthfia Ayu Azanella)