TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Pasien dalam pengawasan virus corona meninggal dunia setelah dirawat di Rumah Sakit umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi Semarang, Minggu (23/2/2020).
Saat hendak dimakamkan, tubuh jenazah dibungkus plastik.
Namun, pihak rumah sakit menyebut meninggalnya pasien itu bukan karena positif virus corona, melainkan karena gangguan napas berat.
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Kariadi Semarang, Agoes Oerip Poerwoko, mengatakan, proses pemakaman pasien yang meninggal sudah sesuai prosedur.
"Pada saat memandikan jenazah pasien, petugas memakai alat pelindung diri dari baju, masker, kacamata, topi sesuai prosedur. Area jalan ke kamar mayat juga kita bebaskan. Lalu jenazahnya diberi penutup terbungkus plastik untuk memastikan agar tak menular ke keluarganya," kata Agoes saat diwawancarai Kompas.com, di rumah sakit, Rabu (26/2/2020).
Baca: Ingat Yongki AFI? Tak Jadi Peyanyi, Kini Alih Profesi Jadi Dokter, Wajah Tetap Ganteng Bak Artis!
Baca: Nyawa Aktor Inggris Ini Hampir Melayang Gara-gara Insiden Saat Main Golf
Menurutnya, pasien itu baru pulang ke Indonesia seusai perjalanan dari Spanyol dan transit di Dubai.
Pasien tersebut kemudian menjalani perawatan di ruang isolasi ICU RSUP Kariadi.
Karena model pemakaman tersebut, sempat terjadi simpang siur informasi bahwa pasien tersebut meninggal karena virus corona.
Untuk meluruskan informasi itu, RSUP Dr Kariadi Semarang kembali menyelenggarakan konferensi pers terkait pasien yang diduga terjangkit virus corona tersebut, Rabu (26/2/2020) siang di Gedung Penunjang Lantai 1.
Konferensi pers tersebut dihadiri oleh Direktur Medik dan Keperawatan RSUP drKariadi, dr Agoes Oerip Purwoko, SpOG(K) MARS; Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr M Abdul Hakam,SpPD; Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dr Yulianto Prabowo MKes; Tim Medis RUP drKariadi, dr Fathur Nurcholis SpPD-KP dan dr Nurfarchanah SpPD-KPTI.
Menurut Direktur Medik dan Keperawatan, dr Agoes Oerip Purwoko, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sudah memberikan dua istilah mengenai pasien yang diduga terkena virus corona.
"Yakni Pasien Dengan Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP). Itu perlu kami sampaikan siang hari ini," kata dr Agus, Rabu (26/2/2020) siang kepada awak media.
Menurutnya, pasien dalam pengawasan itu adalah pasien dengan gejala klinis demam, batuk, dan sesak nafas kemudian pernah punya riwayat kunjungan ke beberapa negara yang positif corona oleh World Healht Organization (WHO).
Sementara, orang dalam pemantauan adalah orang yang hanya punya riwayat kunjungan ke negara-negara yang dinyatakan positif, tapi tidak menunjukkan gejala klinis.
Baca: Klarifikasi 3 Tersangka Susur Sungai soal Penggundulan Kepalanya: Ini Permintaan Kami
Baca: Saat Banjir Tengah Merepotkan Jakarta, Kepala BPBD Mundur, Anies Baswedan: Sama Sekali Tak Terganggu
"Maka, kedua kategori tersebut berbeda perlakuan. Yang kami rawat adalah orang dalam pengawasan, jadi memang ada gejala klinis. Jadi dari Januari sampai hari ini ada 10 pasien. Pada hari Minggu (23/2/2020) memang ada pasien dalam pengawasan yang meninggal dunia," ujar dia.
"Jadi memang secara klinis pasien masuk dalam pengawasan, karena memang pasien ada riwayat kunjungan ke luar negeri dan menunjukkan gejala klinis bisa demam, batuk, sesak nafas, dan gangguan nafas berat," ungkapnya.
Agus menyampaikan, pasien dalam pengawasan itu diperlakukan sesuai dengan pedoman yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Yaitu, penanganan dan pemeriksaan penunjang yang tujuannya adalah mencari penyebab utama apakah terjadi infeksi virus corona.
Keterangan Medis dan Penyebab Meninggal
Menurut dr Fathur Nurcholis, SpPD-KP, medis yang menangani pasien tersebut, pasien dengan pengawasan terkait Covid-19 kemudian dinyatakan meninggal.
"Ternyata hasil pemeriksaan yang kami lakukan di Litbangkes, karena kita khawatirkan penyebabnya adalah virus corona itu tidak terbukti. Pasien yang kemarin meninggal itu karena infeksi di paru-paru yang bersifat berat," tuturnya.
Dia menuturkan, pasien itu meninggal karena kerusakan akibat sesuatu. Akibat sesuatu itu apa? Dia menegaskan kembali, jelas bukan virus corona.
Baca: Rekam Jejak Kasus Narkoba Vitalia Sesha, Dulu Pernah Buat Kapolsek Ditegur Tito Karnavian
Baca: Viral! Buru-buru Bawa Pasien, Sopir Ambulans Ketiban Apes Dimaki-maki Hingga Ditonjok Pengemudi Lain
"Hasil yang kami kirimkan ke Jakarta hasilnya negatif corona. Lalu apa saja penyebabnya? Penyebabnya infeksi, nah infeksi itu bermacam-macam. Secara garis besar yakni virus, bakteria, dan jamur atau makhluk hidup yang lain. Kasus seperti yang kemaren meninggal itu bisa terjadi kepada siapapun dan seban apapun juga, termasuk oleh bakteri," ujarnya.
"Kondisi tersebut bernama bronco pnemoni. Nah, bronco pnemoni angka kematiannya banyak. Penyebabnya apa? yang jelas bukan Covid-19," ungkapnya.
Dia menuturkan, seseorang dengan bronco pnemoni mengalami peradangan infeksi di saluran nafas di paru, maka orang ini akan mengalami gangguan dalam hal bernafas.
Sehingga orang ini tidak mengambil oksigen dan tidak bisa mengeluarkan co2 ini yang namanya gagal kondisi nafas.
"Pada pasien-pasien dengan kriteria yang berat apapun penyebabnya salah satunya bronco pnemoni itu akan mengalami suatu komplikasi yang namanya komplikasi multi organ, sehingga walaupun penyebab awalnya di saluran pernafasan komplikasinya bisa ke seluruh organ.
Kalau semua organ-organ ini mengalami kelelahan, mengalami kerusakan. Secara otomatis sel-selnya akan mengalami kematian," tuturnya.
"Jadi penyebab meninggalnya, satu karena gagal nafas dan kedua karena shapesis shock dengan multiorgan. Yang perlu ditegaskan kembali kasus bronco pnemoni itu, sekali lagi penyebabnya banyak, ada yang bakteri, virus, dan jamur itu bisa terjadi kepada siapapun. Baik orang ini dalam pengawasan dan pemantauan terkait covid-19 atau bukan," tandasnya.
Baca: Casemiro Sesumbar hingga Kekesalan Zinedine Zidane Warnai Kekalahan Real Madrid atas Manchester City
Baca: Pertemuan Ahmad Dhani & Maia Estianty, Dul Keceplosan Ingin CLBK, Mulan Jameela Ikut Unggah Video
Dia menjelaskan, bahkan orang Indonesia yang tidak punya riwayat ke luar negeri, bahkan tidak kemana-mana, bahkan tidak bersentuhan dengan orang yang dari luar negeri bisa menderita bronco pnemoni.
Dokter medis lain, dr Nurfarchanah SpPD-KPTI yang juga menangani pasien tersebut menuturkan, terkait masa inkubasi bakteri lebih cepat akut lebih cepat dibanding kronis.
"Kalau untuk inkubasi bakteri, waktunya 5-7 hari. Karena itu penyakit atau infeksi akut memang cepat. Kalau kronis itu lebih lama," tuturnya.
Warga Jateng
Seorang pasien dalam pengawasan virus Corona yang dirawat di RSUP dr Kariadi meninggal dunia pada Minggu (23/2/2020).
Hal itu disampaikan oleh Kabid Pelayanan Medik, dr Nurdopo Broto. Menurutnya, pasien yang meninggal tersebut dirawat di Ruang Isolasi Icu.
"Menurut hasil laboratorium yang kita terima Senin (24/2/2020) kemarin, pasien tersebut negatif Corona," kata dr Nurdopo kepada Tribunjateng.com, Selasa (25/2/2020) malam.
Baca: Penderitaan Warga Jakarta Rumahnya Terendam Banjir, Kehilangan Pekerjaan hingga Jatuh Miskin
Baca: Heboh Anggaran Rp 72 Miliar untuk Influencer, Inilah Klarifikasi Menpar Wishnutama
Saat ini pasien sudah dikembalikan ke keluarga, dan keluarga sudah diberi edukasi terkait penanganan pasien yang meninggal tersebut.
"Karena sebelumnya pasien yang meninggal belum tahu penyebabnya, maka kami perlakukan pengawasan virus covid-19. Sehingga, perlakuan yang kami lakukan seperti pasien yang terkena virus Corona," tambahnya.
Pasien tersebut merupakan WNI dari Jawa Tengah.
"Kami tidak bisa menyampaikan pasien tersebut asal daerahnya mana, karena hal itu akan membuat resah," tuturnya.
Direktur Medik dan Keperawatan, dr Agoes Poerwoko menyampaikan RSUP dr Kariadi pada data terakhir sudah menerima pasien dengan gejala virus corona berjumlah 23 orang.
Di antaranya 13 dalam pemantauan yang artinya boleh pulang, untuk 10 orang dalam pengawasan.
"Untuk yang pengawasan ini lah yang diuji di lab dan hasilnya negatif. Untuk yang pemantauan sudah lewat 15 hari dalam perawatan dan tidak ada gejala. Untuk sekarang, baru masuk kemarin sore kami menangani 1 pasien WNI masih dalam pengawasan karena ada kontak dengan orang Korea dan China di Indonesia. Hasil pemeriksaan sudah kami kirim ke Jakarta untuk diuji lab, dan sekarang kami masih menunggu," ungkapnya. (kan/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Jenazah Dibungkus Plastik Sebelum Dimakamkan, Warga Jateng Meninggal Seusai Pulang dari Spanyol