"Yang mereka (kucing) tahu adalah bumi milik bersama, bukan milik manusia saja," imbuh Anisa.
Baca: Kekerasan pada Hewan yang Buat Heboh, Kucing Dicekoki Ciu dan Terbaru Kucing Dipukul hingga Tewas
Bukan hal yang berbahaya
Anisa menilai, dengan beredarnya surat pelarangan kucing di lingkungan kampus seolah-olah keberadaan hewan bernama latin Felis catus berbahaya untuk manusia.
Sehingga perlu diambil langkah untuk mengatasi masalah tersebut.
"Bahwa itu konflik yang berbahaya. Hingga harus melakukan langkah pembebasan, lokasi tersebut dari kucing kucing liar," katanya.
Anisa menjelaskan, pada dasarnya manusia bisa hidup berdampingan baik dengan hewan, khususnya kucing dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan pola ini telah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu pada zaman Mesir Kuno.
"Mereka (manusia dan kucing) kan juga sejak 15.000 tahun yang lalu, hidup bersama. Manusia hidup berdampingan dengan kucing."
"Itu sudah ada sejak dulu, dan tidak ada yang membahayakan jika kita hidup dengan mereka (kucing)," kata Anisa.
Baca: Viral Video Tendang Sang Ibu, Remaja Jebolan The Voice Indonesia Batal Ditahan, Terungkap Fakta Lain
Saran Natha Satwa Nusantara untuk pihak kampus
Anisa menjelaskan terdapat sejumlah cara yang dapat diambil pihak kampus untuk menyelesaikan permasalahan antara manusia dengan keberadaan kucing.
"Kita bisa lakukan langkah bersama-sama, seperti sterilisasi kucing di sana supaya tidak beranak-pinak dan pemberian vaksin," ucapnya.
Kemudian civitas akademika lainya seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) bisa dirangkul oleh pihak kampus untuk membantu.
"Mungkin bisa bikin suatu wadah, buat mahasiswa yang khusus penyayang binatang. Untuk menjadi bagian langsung untuk mengurusi kucing," tutur Anisa.
Menurutnya cara di atas sangat efektif untuk mengatasi keberadaan kucing yang dianggap menganggu. Hal ini berdasarkan pengalaman Anisa ketika berkuliah.