"Saat kemarin memang APD habis. Saat ini ada tapi minim. Paling ada sekitar 10 pics APD itu dan tersebar di beberapa rumah sakit di Tasik," ungkapnya.
Sementara itu Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman menjelaskan APD yang biasanya dipakai di ruang isolasi selama ini dipergunakan satu kali pakai dan persediaannya telah habis.
Penggunaan jas hujan dan sepatu bot dilakukan karena minimnya ketersedian APD.
Ia mengaku telah berupaya meminta bantuan Kementerian Kesehatan untuk pengadaan APD karena alat tersebut sangat dibutuhkan.
"Kita sudah meminta bantuan ke Kementerian untuk pengadaan APD," jelas Budi, Jumat (6/3/2020).
Selain itu RSUD Soekardjo juga kesulitan membeli alat pengukur suhu tubuh karena stok di pasaran habis.
"Untuk alat pendeteksi suhu badan juga sekarang ini sulit didapatkan karena banyak yang memborong. Kami selama ini masih berharap agar Kementerian Kesehatan bisa membantu," harap Budi.
Baca: Jenazah Korban Virus Corona di Bali Dimakamkan Sesuai Prosedur Korban Penyakit Menular
Sementara untuk alat deteksi corona, pihaknya ingin membeli namun harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari World Health Organization (WHO).
"Saya tadinya semangat sudah beli saja alat pemeriksaan virus corona Covid-19 untuk di laboratorium RSUD, jadi kalau ada pasien nantinya di Kota Tasikmalaya tak harus dirujuk ke rumah sakit lain. Kalau sekitar Rp 1 sampai 2 miliar kita sanggup beli dari dana tanggap darurat cairkan. Tapi ternyata bukan alatnya yang sulit tapi izinnya harus di WHO," jelas Budi
Pakaian Hazmat
Di luar negeri, umumnya tenaga medis menggunakan pakaian Hazmat untuk merawat pasien Corona.
Pakaian yang sangat tertutup dan tampak seperti baju astronot ini bukan tanpa alasan dikenakan.
Hazmat suit diklaim dapat melindungi tubuh dari potensi paparan virus apa pun, termasuk virus corona yang tengah merebak di Wuhan, China.
Hazmat suit adalah kependekan dari Hazardous material suit.