Hingga pukul 09.00 WIB, jenazah sang ayah masih belum diberi tindakan.
"Sampai kakak sepupu saya yang juga seorang dokter melakukan rapat bersama dokter lain dari RS tersebut, melihat riwayat sakit dan hasil rekam medis selama 3 tahun," ujarnya.
Pihak RS pun mengungkapkan kematian sang ayah karena gagal jantung.
Sementara itu, titik-titik putih di paru-paru yang terekam disebut dokter merupakan bakteri-bakteri yang ada karena pompa jantung yang tidak stabil.
Pemulasaran Mendiang
MR sekeluarga mencoba ikhlas dan memberangkatkan sang ayah ke tempat pemakaman keluarga.
MR mengungkapkan prosedur RS mengharuskan petugas hingga sopir ambulans mengenakan baju APD.
Sesampainya di tempat pemakaman keluarga, MR dan keluarga sempat mendapat penolakan dari warga.
Penolakan warga hanya didasarkan petugas medis yang mengenakan APD.
"Setelah debat yang panjang, akhirnya warga menerima dengan syarat memfotokopi surat kematian ayah saya."
"Alhamdulillah ayah saya sudah dimakamkan semua berjalan dengan lancar," ujarnya.
Karena merasa menanggung beban moril dengan stigma masyarakat tentang covid-19, MR dan keluarga berinisiatif untuk kembali ke RS.
Mereka meminta surat keterangan yang menjelaskan, kematian sang ayah bukan karena Covid-19, melainkan gagal jantung.
"Sesampainya di RS, saya bertemu dengan dokter yang menyolatkan jenazah ayah saya tadi."