TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengunggah video dari seorang perawat sebelum menangani pasien virus corona.
Dalam video di fitur IGTV akun Instagram @ganjar_pranowo, Jumat (10/4/2020), terlihat perawat perempuan tersebut tengah melakukan persiapan dengan memakai alat pelindung diri (APD).
Perawat tersebut memakai masker medis, baju medis, dan juga sarung tangan.
Ia dibantu oleh rekannya menggunakan APD berwarna putih dan masker N95.
Tak lupa, perawat tersebut juga harus menggunakan pelindung mata dan kepala.
Rekannya yang lain membantunya memastikan agar tak ada celah dari APD tersebut.
Meskipun sudah mengenakan sarung tangan sebelumnya, perawat tersebut masih harus memakai sarung tangan lagi.
Ia mengenakan sepatu boots untuk alas kakinya selama bertugas menangani pasien virus corona.
Sebelum meninggalkan ruangan tersebut, ia tak lupa memanjatkan doa kepada Tuhan.
Dalam keterangannya, Ganjar mempertanyakan sikap dari pihak yang telah menolak pemakaman perawat korban virus corona di Semarang pada Kamis (9/4/2020) lalu.
"Beginilah para dokter, perawat & tenaga kesehatan menyiapkan diri utk merawat pasien.
Lalu ada sebagian warga yg menolak pemakaman jenazah seorang perawat? ya Allah manusia spt apa saya ini," tulis Ganjar Pranowo.
Ganjar Minta Maaf
Sebelumnya, melalui IGTV akun Instagramnya, Ganjar mengaku mendapatkan laporan soal warga yang menolak pemakaman perawat korban virus corona.
"Saya mendapatkan laporan yang mengejutkan, sekelompok warga Ungaran menolak pemakaman pasien Covid-19. Ini kejadian kesekian kali," ujarnya.
Ia meminta maaf dan mengajak masyarakat agar menunjukkan rasa kemanusiaan yang dimiliki.
Ganjar menegaskan, jenazah korban corona tidak akan menularkan virus.
"Saya tegaskan sekali lagi kalau jenazah itu sudah dikubur, virusnya ikut mati di dalam tanah. Tidak bisa keluar dan menjangkiti warga."
"Majelis ulama pun sudah berfatwa bahwa mengurus jenazah itu wajib hukumnya, sementara menolak jenazah itu dosa," terangnya.
Gubernur Jawa Tengah ini mengimbau agar tak terjadi peristiwa serupa.
"Saya berharap kejadian di Ungaran ini menjadi yang terakhir, jangan lagi ada penolakan jenazah apalagi seorang perawat," imbaunya.
Mewakili masyarakat Jateng, Ganjar lalu meminta maaf kepada para tenaga medis.
"Kepada perawat, dokter, tenaga medis, saya mewakili seluruh warga Jawa Tengah mengharap maaf dari panjenengan semua. Mari berjuang bersama-sama melawan corona," ungkapnya.
"Kalau warga sudah paham, saya yakin semua menerima dan mencegah berkembangnya isu yang tidak benar atau hoaks, yang seringkali ini memecah belah masyarakat," imbuh dia.
Pengakuan Ketua RT
Ketua RT bernama Purbo menjadi sorotan dalam peristiwa penolakan jenazah Covid-19 di Semarang tersebut.
Purbo mengaku, warga di wilayahnya tak mau jika perawat korban virus corona itu dimakamkan di TPU Sewakul, Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.
Penolakan yang ia sebut aspirasi warga itu tak bisa diabaikannya sebagai Ketua RT.
"Mereka meminta untuk tak dimakamkan di sini," ujarnya, dikutip dari TribunJateng.com, Jumat (10/4/2020).
Purbo mengatakan, dirinya mempunyai tanggung jawab sebagai Ketua RT untuk para warga di wilayahnya.
"Karena saya ketua RT, maka saya punya tanggung jawab moral untuk warga di RT saya," jelasnya.
Setelah mendapat desakan dari warga untuk menolak proses pemakaman, Purbo menemui petugas pemakaman.
Ia mengaku, saat itu warga panik, karena banyak kendaraan di TPU Sewakul.
"Mereka kepanikan, karena banyak mobil. Saya sudah tidak masalah, tetapi warga punya pendapat mereka sendiri," ungkap dia.
Purbo lalu meminta maaf atas peristiwa penolakan jenazah Covid-19 di wilayahnya.
Ia juga merasa bersalah terhadap perawat di seluruh Indonesia.
"Saya atas nama pribadi dan juga mewakili masyarakat saya, mohon maaf atas kejadian kemarin."
"Saya juga meminta maaf kepada perawat seluruh Indonesia," imbuh Purbo.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (TribunJateng.com/Akbar Hari Mukti)