TRIBUNNEWS.COM - Seorang kakek bernama Abah Tono (70) ketahuan berbohong, setelah videonya yang mengaku hanya mendapat uang Rp 1.500 per hari dari hasil mencari rongsokan, viral di media sosial.
Abah Tono sebelumnya mengaku, sehari-harinya hanya makan kerupuk bahkan kadang tidak makan.
Namun, pengakuan Abah Tono itu ternyata berbanding terbalik dengan kondisi rumah yang ditinggali.
Pasalnya, ia tinggal di rumah dua lantai, dan mempunyai sepeda motor.
Berikut fakta-fakta yang Tribunnews.com rangkum dari berbagai sumber:
Bisa Bangun Rumah 3 Lantai
Dikutip dari TribunJabar.id, Minggu (10/5/2020) Abah Tono tinggal di Desa Pangauban, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung.
Kepala Desa Pangauban, Enep Rusna menyebut, Abah Tono bisa membangun rumah tiga lantai, meski belum selesai dibangun.
Penghasilan yang didapat dari mencari barang rongsokan juga cukup untuk makan sehari-hari.
"Itu lebih dari cukup, bikin rumah tiga lantai, dengan penghasilan segitu masa bisa, kenapa saya saja tidak bisa," ujar Enep.
Baca: Abah Tono Viral, Ternyata Bohong Ngaku Dapat Rp 1500 dari Memulung, Rumah Bagus, Tetangga Dicibir
Menurutnya, anak-anak Abah Tono juga mencukupi kebutuhan makan setiap hari.
"Tapi kalau bilang dia tidak makan, tetangga juga geram, merasa dipermalukan oleh beliau, kan dosa kalau ada orang atau tetangga yang sampai enggak makan," katanya.
"Dia juga memiliki dua motor, kalau tidak salah, anaknya satu dia satu," lanjut Enep.
Banyak Dermawan Datang
Dikutip dari Kompas.com, Senin (11/5/2020), Enep mengatakan, setelah video pengakuan tak makan tersebut viral, banyak orang dermawan yang datang ke rumah Abah Tono.
Namun setelah melihat kondisi asli Abah Tono, para dermawan mengaku kecewa dan merasa tertipu.
"Kalau yang mengadu ke saya ada tiga orang merasa ketipu. Ada dua kali saya dengar dia bilang seperti kena prank, atau apalah gitu."
"Karena banyak yang merasa tertipu, akhirnya yang tadinya mau ngasih bantuan ke Pak Tono malah ngasihnya ke tetangga Pak Tono yang benar-benar miskin," ungkap Enep.
Pihak Desa Tetap Beri Bantuan
Dikutip dari Kompas.com, Enep mengungkapkan, pihak Desa sebelumnya memberi bantuan kepada Abah Tono setiap bulannya.
Namun, Enep berjanji pemerintah Desa Pangauban akan tetap memberi bantuan setiap bulannya, meski Abah Tono telah membuat malu masyarakat sekitar.
"Bukanya mau menyetop, tapi menurut saya masih banyak yang harus dikasihani. Kalau mau kasih bantuan jangan karena viral Pak Tono yang membohongi diri sendiri," katanya, saat dihubungi Kompas.com, Minggu.
Dipaksa saat Wawancara
Sementara itu, Abah Tono mengaku, dirinya dipaksa oleh seorang pemuda untuk wawancara.
Ia mengungkapkan, dirinya sempat menolak, tapi pemuda tersebut terus memaksanya.
Abah Tono juga spontan saat menyebut penghasilannya hanya Rp 1.500 per hari.
"Itu si adik itu terus maksa. Dia nanya pendapatan Abah sehari berapa, Rp. 1.500 betul itu yang keluar dari mulut Abah."
"Dia nanya cukup? Saya jawab cukup kalau buat beli kerupuk sama air minum. Dia ada lagi, saya langsung lari, begitu," ungkap Abah Tono, dikutip dari Kompas.com, Senin.
Baca: Sudah Dua Kali Ditegur Karena Mengemis, Keluarga Tono Kini Kena Batunya
Ia pun berterimakasih kepada orang-orang yang telah memberi bantuan kepada dirinya.
"Kepada yang sudah memberi bantuan kepada Abah, Abah mngucapkan banyak-banyak terima kasih atas bantuan dari kalian. Semoga dibalas sama Allah."
"Mohon maaf saja kepada semua relawan-relawan atau bantuan dari semua pihak. Kepada tetangga, saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih," terangnya.
Baca: Ketahuan Bohong Berpenghasilan Rp 2.000 Sehari, Ternyata Punya Rumah Tingkat 3, Bah Tono Kini Malu
Diketahui, dalam video viral Abah Tono itu, dia mengaku kadang tak mendapat uang dari hasil mencari barang rongsokan.
Ia mengatakan, dirinya hanya makan dengan kerupuk, dan kadang tak bisa makan.
"Saban hari bapak cari rongsokan, ada dapat ada enggak. Kalau dapat syukur, kalau enggak dapat ya enggak apa-apa."
"Itu kan cari nafkah, kalau makan ya bisa makan. Makan bukan kerupuk saja, ada sayuran, ada apa aja," katanya dalam video tersebut.
(Tribunnews.com, TribunJabar.di/Lutfi Ahmad Mauludin, Kompas.com/Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana)