TRIBUNNEWS.COM, SIGLI - Sedikitnya enam rumah warga rusak parah saat gelombang pasang purnama air laut menghantam kawasan pesisir Gampong Genteng Barat, Kecamatan Batee, Pidie, Jumat (22/5/2020).
Korban harus mengungsi ke rumah tetangga, karena tidak berani lagi tinggal di rumah.
Apalagi abrasi pantai di Geuteng Barat kini kian meluas, seiring gelombang laut silih berganti menerjang daratan sejak tiga hari terakhir ini.
Keuchik Genteng Barat, Saiful Azmi, kepada Serambi, Jumat (22/5/2020) mengatakan, gelombang pasang pada bulan Suci Ramadan sangat dahsyat.
Kini, enam rumah warga telah hancur dihantam ombak besar tanpa henti.
Rumah tersebut masing-masing milik Ainsyah (72), Mahdi (43), M Saleh (25), Abubakar Usman (35), Ummi (60) dan Nurhayati (65).
Dia menjelaskan, warga yang rumah rusak akibat pasang purnama kini harus mengusi ke rumah tetangga marena tidak berani lagi tinggal di rumah tersebut.
Apalagi, pasang purnama tanpa henti mengikis tanah warga yang didirikan rumah. Sehingga masyarakat Genteng Barat sangat gelisah dengan abrasi pantai yang terus terjadi.
"Pemkab Pidie dan Pemerintah Aceh maupun dewan tolong bantu kami masyarakat Gampong Genteng Barat. Sebab, masyarakat tidak tahu lagi harus mengadu untuk ditangani abrasi pantai tersebut," jelasnya.
Dikatakan, pasang purnama justru terjadi pada bulan Suci Ramadhan. Masyarakat terganggu dalam beribadah di bulan yang penuh berkah itu.
Selain itu, dua hari lagi warga akan menghadapi Hari Raya Idul Fitri, tapi masyarakat Genteng Barat justru kehilangan tempat tinggalnya.
"Kami sangat sedih menyambut Hari Raya Idul Fitri di tengah musibah bencana pasang purnama. Pemerintah hendaknya turun ke lokasi untuk melihat penderitaan rakyat dengan rumah telah rusak berat," jelas Saiful Azmi.
Dia menambahkan, saat ini yang harus ditangani pemerintah secara darurat, sebab menunggu pemasangan batu gajah dipasang di bibir pantai Genteng Barat belum kunjung dilaksanakan pemerintah.
Padahal, bencana yang sama telah berulang kali terjadi.
"Kami harapkan pemerintah menurunkan dua alat berat, guna melakukan pengerukan kuala sehingga pasang purnama tidak lagi meneror rumah warga. Jika penanganan darurat tidak dilakukan, maka rumah warga yang rusak itu akan tenggelam ke laut. Sebab, air laut terus mengikis tanah rumah," ujarnya.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Pidie, Dewan Anshari, kepada Serambi, Jumat (22/5/2020) menyebutkan, sebenarnya BPBD Pidie pernah mengusulkan ke BNPB Pusat untuk penganan abrasi pantai di Genteng Barat dengan anggaran Rp 32 miliar.
Tapi, sampai kini dana tersebut belum keluar.
Tapi, sekarang, kata Abu Dewan, penanganan pantai dari BNPB Pusat telah ditutup kran karena dana dialihkan untuk Covid-19.
"Kita dihadapkan dalam kondisi sulit sejak wabah corona ini. Tapi, kita akan duduk dengan Pak Wabup untuk mecari solusinya. Kalau penanganan darurat saya pikir tidak bisa karena terjangan gelombang lautcukup dasyat. Tapi, nanti kami akan turun melihat ke lokasi dan akan diputuskan hasil pertemuan dengan Pak Wabup," jelasnya.(naz)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Abrasi Pantai Rusak Enam Rumah