Nina menilai, cuitan tersebut memang menggarisbawahi supaya setiap orang lebih dahulu mempersiapkan diri secara ekonomi sebelum memiliki anak.
Namun, Nina mengatakan, setiap orang tidak bisa memilih hidup dalam kondisi ekonomi seperti apa.
"Kalau tadi saya baca di Twitternya, dia menggarisbawahi kalau kita belum siap secara ekonomi, jangan punya anak dulu gitu ya."
"Tapi permasalahan yang ada adalah tidak ada orang yang bisa memilih dia hidup dalam kondisi ekonomi yang seperti apa, tapi saya juga nggak nyalahin sih sama mbaknya," kata Nina pada Tribunnews.com, Kamis (16/7/2020).
Baca: Viral di Medsos, Seorang Nelayan Temukan Ikan yang Punya Bibir dan Gigi Mirip Manusia
Nina menjelaskan, pendapat yang dilontarkan akun tersebut tentunya berasal dari apa yang sudah pernah dialami ataupun dilihatnya.
Ia pun tak menampik bahwa memiliki anak tentu memerlukan biaya yang cukup besar.
Namun, Nina menekankan, anak merupakan berkat yang diberikan Tuhan pada manusia.
"Itu pasti berawal dari apa yang sudah dia alami saat ini, apa yang sudah dia lihat juga, bahwa dalam pandangannya, mempunyai anak itu pasti akan membutuhkan biaya yang cukup besar, ya kita tidak menafikkan hal itu, betul adanya," kata Nina.
"Tetapi kembali lagi, sebagai makhluk yang bertuhan, anak itu adalah berkat yang dikirimkan Tuhan pada kita," sambungnya.
Menurut Nina, peribahasa bahwa anak membawa centong-nya (rezeki) masing-masing adalah benar adanya.
"Karena sama saja sebenarnya kalau dihitungkan punya anak atau tidak punya anak pun kondisi ekonomi semua orang sudah ada takarannya, hanya kita mau berusaha atau tidak," lanjut Nina.
Baca: VIRAL Keluhan Customer Tak Bisa Refund Tiket Online Travel Agent, Tagihan Menumpuk 2 Kali Lipat
Oleh karena itu, Nina menambah, dari sisi spiritualitas, semestinya hal semacam ini tidak perlu dipertanyakan.
Sedangkan, jika dibicarakan secara nalar dari sisi manusia, maka perekonomian memang perlu disiapkan ketika akan memiliki anak.
Nina menambahkan, anak-anak sebenarnya menjadi sumber motivasi orang tua untuk bekerja lebih keras.