Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fakta bahwa mayoritas masyarakat saat ini mengalami masalah terkait penyediaan kuota internet Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara Daring (dalam jaringan) atau online bukan isapan jempol belaka.
Sudah banyak kisah perjuangan anak dan orangtua mencari rupiah guna membeli kuota internet agar bisa belajar secara online.
Siti Hidayati di Serpong, Tangerang Selatan misalnya harus begadang setiap malamnya bersama kakak perempuannya membantu sang nenek membuat olahan makanan tradisional untuk dijual di pasar Serpong.
Siti yang kini sekolah di sebuah SMP di kawasan Serpong diberi Rp10 ribu oleh sang nenek hasil keuntungan jualan makanan tradisionalnya guna membeli kuota internet, agar tetap bisa belajar secara daring.
Lalu ada Sulis Wulandari, Titania Asahro dan Eliana Purnamasari di Surabaya yang harus berjualan koran di pagi dan malam hari guna memenuhi kebutuhan kuota belajar daringnya yang tiap minggunya butuh Rp20-30 ribu.
Baca: Nadiem Makarim Tanggapi Keluhan Orang Tua Siswa hingga Bahas Dana BOS Rp 3 T untuk Sekolah Swasta
Ketua Dewan Pengawas (Dewas) Koperasi Satelit Desa Indonesia (KSDI), Budiman Sujadmiko mengatakan, proses belajar dan tatap muka online saat ini bukan lagi sebuah dunia maya belaka namun sudah menjadi sebuah dunia nyata.
Bukan hanya penyediaan kouta, akses jaringan khususnya di pedesaan menjadi masalah yang tidak kalah penting.
"Koneksi internet hingga ke desa-desa makin menemukan relevansinya di masa new normal ini," kata Budiman yang juga Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia.
Keresahan masyarakat atas masalah kuota atau ketersambungan internet hingga ke desa harus diadvokasi dan dibenahi.
Budiman Sudjatmiko menyatakan, KSDI telah membuat program bisa mengatasi persoalan pendidikan, seperti ketiadaan akses internet, kemudian juga layanan-layanan aplikasi yang berkaitan dengan kebutuhan rakyat di bawah," katanya.
Dengan sumber daya dan teknologi yang dimiliki, KSDI ujar Budiman, kedepannya harus mampu memajukan kekuatan teknologi dan kekuatan rakyat dengan kekuatan kewirausahaan.
KSDI sebagai koperasi yang berkaitan dengan desa ibarat seperti alat penyedot, dia bisa masuk ke lubang-lubang yang paling kecil.
"Kami optimis, kolaborasi teknologi dan digital ini akan menjadi sebuah pintu kita bersama, bukan hanya mencapai masyarakat adil dan makmur tapi juga masyarakat yang sehat jasmani dan rohani," ucap Budiman.
Dan sebagai langkah konkritnya, koperasi yang diawasinya ini pun baru baru saja menggelar pelatihan online untuk menjawab tantangan tadi, yaitu dengan sebuah program kolaborasi antara koperasi dan teknologi.