TRIBUNNEWS.COM, PADANG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan semakin sering terlepas energinya, maka potensi gempa berkekuatan besar akan berkurang.
Artinya, semakin sering terjadi gempa, semakin berkurang terjadinya potensi gempa dengan skala yang lebih besar hingga Megathrust.
Sebelumnya, peristiwa gempa pada 30 September 2009 silam berkekuatan 7.6 Skala Richter, yang terjadi di 25 kilometer/KM -- arah Barat Laut (SW) dari Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Sedikitnya 1.117 orang tewas, 1.214 luka-luka, 181.665 bangunan hancur atau rusak dan sekitar 451.000 orang pengungsi di daerah Padang - Pariaman.
Akibat gempa tersebut telah membuat tanah longsor, aliran listrik dan komunikasi terganggu di daerah tersebut.
Peta goncangan gempa bumi Padang dilaporkan meruntuhkan banyak bangunan di Kota Padang dan sekitarnya karena kekuatan getarannya yang cukup tinggi.
Berdasarkan perhitungan intensitas gempa bumi, goncangan di kota Pariaman dan Padang mencapai skala Instrumental Intensity VI-VIII, (VI) di Bukittinggi, (IV) di Bengkulu, Duri, Mukomuko dan Sibolga, (III) di Pekanbaru. Juga terasa (IV) di Gunungsitoli, Nias dan (II) di Jakarta, Jawa.
Baca: Anggota Komisi XI Sambut Baik Rencana Pemerintah Terbitkan Perpres Vaksinasi
Baca: BMKG: Gempa Magnitudo 4,2 Guncang Pangandaran Jawa Barat Siang Ini
Dirasakan di seluruh Sumatera dan di sebagian besar Jawa. Merasa (III) di Singapura dan di George Town, Johor Bahru, Kuala Lumpur, Petaling Jaya Alam, Shah dan Sungai Chua, Malaysia.
Dirasakan di sebagian besar Semenanjung Malaysia dan jauh seperti Chiang Mai, Thailand. A 27-cm (pusat-ke-puncak) tsunami lokal tercatat di Padang, Sumatera Barat.
Menurut data historis gempa bumi merusak telah terjadi di daerah Padang dan sekitarnya sejak 26 Agustus 1835 sampai dengan 12 September 2009. Terdapat 16 kali gempabumi merusak dalam periode tersebut