TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil membagikan pengalamannya saat menjadi relawan ujicoba vaksin Covid-19 di Indonesia.
Kang Emil sapaan akrabnya diketahui menjadi satu dari dari 1.620 relawan yang ikut serta ujicoba fase 3 di Universitas Padjajaran Bandung beberapa waktu.
Ia mengaku meski menjadi bagian pemerintah yang menangani langsung, merelakan dirinya untuk menjadi salah satu dari relawan vaksin Covid-19.
Kang Emil meyakinkan masyarakat bahwa uji klinis vaksin yang dilaksanakan di Universitas Padjajaran Bandung melalui tiga tahap fase uji klinis beberapa waktu lalu dan disaksikan Presiden Joko Widodo.
"Tahap satu vaksin disuntikkan pada relawan yang jumlahnya di bawah 100 orang. Tahap dua, disuntikkan pada relawan dengan jumlah antar 100 hingga 1.000 orang."
"Dan tahap tiga untuk relawan di atas 1000 orang dan tepatnya 1.620 relawan," kata Kang Emil dikutip dari channel YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (11/10/2020).
Baca: Menlu Dorong Gerakan Non Blok Bersatu Memperjuangkan Akses yang Berkeadilan Terhadap Vaksin Covid-19
Mantan Wali Kota Bandung ini melanjutkan, berdasarkan pengalamannya dalam menjalani uji coba itu, syaratnya harus mendatangi hingga 5 kali kunjungan.
Pertama melakukan tes PCR, rapid test dan sejenisnya untuk pengkondisian.
Kunjungan kedua, menerima suntikan vaksin tahap satu, kunjungan ketiga disuntikkan tahap kedua.
Sementara kunjungan keempat dan kelima diambil darahnya untuk dicek reaksi dari vaksin yang disuntikkan.
"Apakah setelah disuntik vaksin, di dalam tubuh saya ini antibody berlimpah atau tidak."
"Nah, kalau berlimpahnya sampai 90%, berarti badan saya siap melawan virus Covid-19 yang akan menyerang tubuh saya."
"Pengambilan darah kedua akan dilakukan Desember 2020 dan untuk melihat hasilnya."
"Nah kalau hasil uji darah Desember kelak berhasil, maka produksi vaksin secara massal baru bisa dimulai dan dilanjutkan vaksinasi massal," kata dia.
Baca: Masyarakat Tetap Jalankan Protokol Kesehatan Meski Presiden Sudah Teken Perpres Pengadaan Vaksin
Kang Emil mengakui upaya yang dilakukan pemerintah ini tidaklah mudah dan masih ada kelompok masyarakat yang meragukan keamanan vaksin.
Bahkan ia yang mengikuti proses relawan vaksin pun dituding hanya berpura-pura atau menyebarkan hoaks (berita bohong), ketika fotonya saat proses pengambilan darah diunggah akun media sosial pribadinya dan beredar luas di media sosial.
"Persepsi publik, orang-orang yang tidak paham menyangka saya bohong. Karena menurut yang tidak paham, jarum suntik itu masih seperti model yang lama, padahal dalam tes vaksin menggunakan jarum suntik modern yang disebut vacutainer," ungkapnya.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat yang tidak paham tentang prosesnya, jangan berkomentar yang memprovokasi.
Baca: Sri Mulyani Bahas Pengadaan Vaksin Covid-19 di Acara Bank Dunia
Kang Emil menyarankan warga untuk bertanya agar memahami prosesnya.
Ia pun meyakinkan masyarakat, sejauh ini yang ia rasakan, tidak ada dampak medis yang ditimbulkan akibat vaksin tersebut.
Diberitakan sebelumnya, hingga saat ini terdapat beberapa kandidat vaksin Covid-19 yang akan digunakan di Indonesia.
Diketahui kandidat itu diantaranya vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Ada pula kandidat vaksin kolaborasi Bio Farma dengan Sinovac dari Tiongkok, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab, dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)