Menurut Ilham, para narasumber tersebut merupakan rekannya saat melaksanakan exchange program maupun international congress.
Ia mengatakan, hal itu bertujuan untuk membuat anak-anak mampu berimajinasi bahwa dirinya tinggal di dunia yang luas.
Baca juga: Fasilitas Belajar Online Masih Minim, Dion Wiyoko Apresiasi Penyaluran Donasi Bagi Anak Kurang Mampu
Selain itu juga berguna untuk memberikan pengalaman pada anak-anak dalam hal berkomunikasi dengan masyarakat luar negeri.
Diketahui, para narasumber dari luar negeri tersebut dihadirkan secara virtual melalui video conference.
"Jadi selama pembelajaran ini, kami udah undang dua narasumber, satu dari Australia dan satu dari Serbia," kata Ilham.
Ilham menambahkan, pembelajaran bahasa asing tersebut lebih difokuskan untuk level SMP hingga SMA.
Pasalnya, menurut Ilham, anak-anak berusia di bawah 10 tahun lebih baik untuk difokuskan belajar bahasa ibu.
Sementara, dalam hal pendidikan berbasis kreativitas, Saung Sahara menarget anak-anak PAUD hingga SD.
Sementara itu, metode pembelajaran berbasis kreativitas dilakukan dengan menciptakan sejumlah karya seni maupun mainan dari bahan dasar yang sederhana.
"Kita buat mobil-mobilan dengan bahan dasar kardus, kertas, sesimpel itu, sehingga mereka dapat berimajinasi dan menambah kreativitasnya sendiri," jelas Ilham.
"Berbeda dengan kalau misalnya beli mainan langsung jadi gitu kan instan, cara pemikirannya instan."
"Nah kalau dia punya mainan yang bisa dia ciptakan sendiri itu beda bentuk pengembangan otaknya, jauh lebih signifikan karena berbasis kreativitas," sambungnya.
Tetap Terapkan Protokol Kesehatan
Ilham menjelaskan, ketika hendak membentuk Saung Sahara, pihaknya sempat berdiskusi dengan ketua RT dan lurah setempat.