Saat kontraksi bertambah kuat, tambahnya, tenaga kesehatan tersebut kembali memeriksa. Ternyata, pembukaan sudah menjadi enam centimeter, namun pasien belum ada perasaan ingin mengedan. Pada paginya, diperriksa lagi, namun tetap tak ada tanda-tanda perubahan pembukaan atau masih enam centimeter.
Karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan serta akses jalan dari Samar Kilang menuju ke ibu kota kabupaten kondisinya rusak parah, tambah Aliyin, maka tenaga kesehatan tersebut menganjurkan pasien untuk segera dirujuk ke Puskesmas. Sesuai anjuran dari petugas medis dan kesediaan pasien, Nurjannah dibawa ke RSUD Muyang Kute.
“Setelah dipasang infus, pukul 07.30 WIB pasien berangkat dari Samar Kilang. Karena kondisi jalan rusak parah, sehingga pasien mengeluh sakit, Karena itu, ambulans berhenti sejenak dan setelah rasa sakit yang dialami pasien berkurang, perjalanan dilanjutkan kembali,” ungkap dr Aliyin.
Ketika tiba di kawasan Pucuk Nuning--antara Rusep dengan Samar Kilang--pasien mengeluh sakit, sehingga ambulans kembali berhenti. Tidak lama kemudian, pasien ingin mengedan dan akhirnya melahirkan bayi pada pukul 09.00 WIB dengan ditolong oleh bidan desa, Rahmi Julita Wati AMd dari Kampung Rusep. “Bayi dan ibunya dalam keadaan sehat dan sekarang sudah kembali ke kampung,” sebutnya.
Terkait sopir ambulans tidak standby di Puskemas Samar Kilang, Kadis Kesehatan Bener Meriah, ini mengaku kecewaan. “Informasi yang saya dapatkan, saat itu sopirnya berada di Pondok Baru. Karena tadi (kemarin-red) kondisinya sangat urgen, akhirnya keluarga pasien yang menyopiri sendiri ambulansnya,” jelas Aliyin.
“Masalah ini saya sudah berkomunikasi dengan Kepala Puskesmas. Untuk sanksi, akan kita ambil sesuai dengan aturan yang ada. Sekali lagi saya tegaskan, saya sangat kecewa dengan sopir ambulans di Samar Kilang. Mudah-mudahan kejadian ini yang terakhir dan tidak terulang lagi di masa-masa mendatang,” tegasnya.
Terpisah, Direktur LSM Ramung Institute, Waladan Yoga, berharap ini adalah kasus yang terakhir dan harus menjadi pelajaran bagi semua pihak terkait. Menurutnya, para pengambil kebijakan juga harus membuka mata hati dan melihat kondisi di lapangan.
“Secara pribadi, saya tidak ingin masuk ke dalam ranah konflik antara DPRA dengan Plt Gubernur Aceh soal proyek multiyears,” ujarnya. Namun, menurut Waladan, proyek multiyears itu sangat dibutuhkan untuk kawasan pedalaman, seperti Samar Kilang. “Buka mata, tolong lihatlah kondisi masyarakat pedalaman Aceh secara keseluruhan, konflik di tingkat elite jangan sampai mengorbankan masyarakat,” tegas Waladan.
Kisah miris yang dialami Nurjanah, tambahnya, semoga bisa menggugah semua pihak terutama mereka yang ngotot membatalkan proyek multiyears. “Jangan tunggu korban lain akibat tak mendapatkan pelayanan terbaik di tengah kondisi infrastruktur yang sangat tidak layak,” pungkasnya.
(Serambi Indonesia/budi fatria)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Kisah Sedih Warga Pedalaman Bener Meriah, Nurjannah Melahirkan di Jalan yang Belum Beraspal