TRIBUNNEWS.COM- Seorang ibu hamil melahirkan dalam perjalanan ke rumah sakit.
Ibu tersebut tak bisa menahan lagi saat harus melewati jalan rusak dan berlubang.
Si ibu melahirkan di atas tikar yang digelar di jalan tak beraspal.
Penderitaan warga pedalaman di Kabupaten Bener Meriah sepertinya tak kunjung berakhir. Kali ini, kisah sedih menimpa Nurjannah, warga Kampung (Desa) Samar Kilang, Kecamatan Syiah Utama. Lamanya masa tempuh dari desa itu ke RSUD Muyang Kute yang berlokasi di Redelong, ibu kota kabupaten tersebut, akibat jalan rusak dan berlubang, memaksa Nurjannah melahirkan dalam perjalanan pada Kamis (29/10/2020). Ia tak mampu lagi menahan sakit untuk bisa sampai Muyang Kute setelah dirujuk dari Samar Kilang.
Postingan tentang apa yang dialami Nurjannah di akun Facebook milik warga Samar Kilang, Bustanil Aripin Bust, dan dibagikan ke beberapa grup WhatsApp (WA) itu, sontak membuat warganet heboh.
Bustanil Aripin yang dihubungi Serambi, kemarin, menceritakan awal mula peristiwa itu. “Tadi malam (Rabu malam) Nurjannah mulai merasakan kontraksi sehingga dibawa ke rumah tenaga kesehatan (nakes) di kompleks Puskesmas Samar Kilang. Setelah sempat ditangani oleh nakes tersebut, pada Kamis pagi pihak keluarga memutuskan untuk membawa Nurjannah ke RSUD Muyang Kute,” ujar Bustanil.
Saat hendak dirujuk ke RSUD Muyang Kute, menurut Bustanil, ternyata tak ada sopir ambulans yang standby di Puskesmas Samar Kilang. Sehingga, ambulans langsung dikemudikan oleh keluarga pasien. “Dalam perjalanan atau saat berada di antara Rusep dengan Samar Kilang, Kecamatan Syiah Utama, Nurjannah tidak mampu lagi menahan sakit. Akhirnya ia melahirkan di atas tikar yang dibentang di atas jalan yang belum beraspal,” jelasnya.
Baca juga: Pria Ini Kaget Temukan Bayi Membeku di Freezer, Ternyata Remaja Putrinya Baru Melahirkan
Baca juga: Siswi SMA Buang Bayi Depan Panti Asuhan, Terbongkar dari Buku Catatan, Akui Malu Hamil di Luar Nikah
Sambil menunggu bidan yang dijemput dari Rusep, proses awal persalinan Nurjannah dibantu oleh seorang ibu yang dikenal masyarakat setempat sering membantu ibu melahirkan. Perjalanan untuk menjemput bidan ke Kampung Rusep membutuhkan waktu sekitar satu jam.
Kemudian, bidan dari Rusep dan ibu itu bersama-sama membantu proses persalinan Nurjannah. Tak lama kemudian, bayi itu pun lahir dengan selamat. “Saat ini, bayi dan ibunya dalam keadaan sehat dan sudah dibawa pulang ke Kampung di Samar Kilang,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Samar Kilang merupakan perkampungan di pedalaman Bener Meriah. Untuk menuju ke sana, dibutuhkan waktu sekitar 3 jam dari ibu kota kabupaten dengan akses jalan yang sangat memprihatinkan.
Terkait peristiwa itu, Kadis Kesehatan Bener Meriah, dr Aliyin, via telepon kepada Serambi, kemarin, mengatakan, proses persalinan pasien bernama Nurjanah di jalan itu ditangani oleh bidan desa bernama Rahmi Julita Wati AMd dari Kampung Rusep, Kecamatan Syiah Utama.
“Bidan desa di Samar Kilang bukan tidak mendampingi pasien, tapi karena ia masih dalam masa penyembuhan setelah menjalani operasi caesar,” ujar dr Aliyin.
Awalnya, kata Aliyin, suami pasien datang ke rumah tenaga kesehatan (nakes) di kompleks Puskesmas Samar Kilang dengan keluhan istrinya mau melahirkan. Kemudian, nakes tersebut melakukan pemeriksaan dan diketahui pasien itu sudah pembukaan tiga centimeter. Karenanya, bidan tersebut menganjurkan pasien untuk istirahat atau tidur dengan posisi miring kiri/kanan.
“Tiba-tiba pada tengah malam ketuban pecah. Lalu, diperiksa kembali dan kemudian diketahui bahwa pembukaan bertambah menjadi lima centimeter. Namun, kontraksi berkurang sehingga pasien bisa tidur,” ujar Aliyin.
Saat kontraksi bertambah kuat, tambahnya, tenaga kesehatan tersebut kembali memeriksa. Ternyata, pembukaan sudah menjadi enam centimeter, namun pasien belum ada perasaan ingin mengedan. Pada paginya, diperriksa lagi, namun tetap tak ada tanda-tanda perubahan pembukaan atau masih enam centimeter.
Karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan serta akses jalan dari Samar Kilang menuju ke ibu kota kabupaten kondisinya rusak parah, tambah Aliyin, maka tenaga kesehatan tersebut menganjurkan pasien untuk segera dirujuk ke Puskesmas. Sesuai anjuran dari petugas medis dan kesediaan pasien, Nurjannah dibawa ke RSUD Muyang Kute.
“Setelah dipasang infus, pukul 07.30 WIB pasien berangkat dari Samar Kilang. Karena kondisi jalan rusak parah, sehingga pasien mengeluh sakit, Karena itu, ambulans berhenti sejenak dan setelah rasa sakit yang dialami pasien berkurang, perjalanan dilanjutkan kembali,” ungkap dr Aliyin.
Ketika tiba di kawasan Pucuk Nuning--antara Rusep dengan Samar Kilang--pasien mengeluh sakit, sehingga ambulans kembali berhenti. Tidak lama kemudian, pasien ingin mengedan dan akhirnya melahirkan bayi pada pukul 09.00 WIB dengan ditolong oleh bidan desa, Rahmi Julita Wati AMd dari Kampung Rusep. “Bayi dan ibunya dalam keadaan sehat dan sekarang sudah kembali ke kampung,” sebutnya.
Terkait sopir ambulans tidak standby di Puskemas Samar Kilang, Kadis Kesehatan Bener Meriah, ini mengaku kecewaan. “Informasi yang saya dapatkan, saat itu sopirnya berada di Pondok Baru. Karena tadi (kemarin-red) kondisinya sangat urgen, akhirnya keluarga pasien yang menyopiri sendiri ambulansnya,” jelas Aliyin.
“Masalah ini saya sudah berkomunikasi dengan Kepala Puskesmas. Untuk sanksi, akan kita ambil sesuai dengan aturan yang ada. Sekali lagi saya tegaskan, saya sangat kecewa dengan sopir ambulans di Samar Kilang. Mudah-mudahan kejadian ini yang terakhir dan tidak terulang lagi di masa-masa mendatang,” tegasnya.
Terpisah, Direktur LSM Ramung Institute, Waladan Yoga, berharap ini adalah kasus yang terakhir dan harus menjadi pelajaran bagi semua pihak terkait. Menurutnya, para pengambil kebijakan juga harus membuka mata hati dan melihat kondisi di lapangan.
“Secara pribadi, saya tidak ingin masuk ke dalam ranah konflik antara DPRA dengan Plt Gubernur Aceh soal proyek multiyears,” ujarnya. Namun, menurut Waladan, proyek multiyears itu sangat dibutuhkan untuk kawasan pedalaman, seperti Samar Kilang. “Buka mata, tolong lihatlah kondisi masyarakat pedalaman Aceh secara keseluruhan, konflik di tingkat elite jangan sampai mengorbankan masyarakat,” tegas Waladan.
Kisah miris yang dialami Nurjanah, tambahnya, semoga bisa menggugah semua pihak terutama mereka yang ngotot membatalkan proyek multiyears. “Jangan tunggu korban lain akibat tak mendapatkan pelayanan terbaik di tengah kondisi infrastruktur yang sangat tidak layak,” pungkasnya.
(Serambi Indonesia/budi fatria)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Kisah Sedih Warga Pedalaman Bener Meriah, Nurjannah Melahirkan di Jalan yang Belum Beraspal