TRIBUNNEWS.COM, INDRAMAYU - Pilkada serentak yang digelar 9 Desember lalu masih menyisakan banyak cerita.
Salah satunya adalah soal kekalahan kader Partai Golkar di Kabupaten Indramayu.
Pasalnya, Golkar selama ini dikenal berjaya di Indramayu.
Dalam data KPU, hasil hitung cepat (quick count) pemilihan bupati Indramayu, pasangan calon nomor 4 Nina Agustina Dai Bachtiar-Lucky Hakim berhasil jadi jawara.
Pasangan yang didukung PDI Perjuangan, Gerindra, dan NasDem ini meraih suara 36,8 persen atau 314.111 suara.
Sementara pasangan yang diusung Partai Golkar, Daniel Mutaqien Syafiuddin-Taufik Hidayat (Mantap) meraih 28,4 persen atau 242.558 suara pemilih.
Kemudian menguntit di bawahnya adalah pasangan nomor urut 1 Muhamad Sholihin-Ratnawati.
Paslon yang diusung PKB, PKS, Demokrat, dan Hanura ini meraih 26,1 persen atau 222.975 suara.
Baca juga: Unggulnya Nina Agustina-Lucky Hakim, Jadi Pukulan Keras Bagi Golkar Indramayu
Dan terakhir, pasangan nomor urut 2 Toto Sucartono-Deis Handika yang maju dari jalur independen (perseorangan) meraih 8,6 persen atau 73.495 suara.
Mengenai fenomena itu, pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Muhammad Iqbal Syafrudin mengatakan bahwa kekalahan Partai Golkar di Kabupaten Indramayu bukan tanpa alasan.
Setidaknya ada dua faktor menurutnya, yang melatarbelakangi kekalahan tersebut.
Pertama adalah faktor internal Golkar.
Faktor internal ini ditandai dengan dugaan adanya pergesekan dan konflik internal Partai Golkar.
"Saya kira internal Golkar di Kabupaten Indramayu dalam Pilkada kemarin enggak selesai, sehingga soliditas kader dalam memenangkan Pak Daniel yang sudah resmi diusung DPP sangat lemah, dan itu yang menjadi alasan utama kenapa Partai Golkar di sana bisa kalah meskipun sudah berjaya puluhan tahun," kata Iqbal dalam keterangan persnya, Selasa (15/12/2020).
Akibat konflik itu kata dia, kader-kader Partai Golkar tidak satu suara dalam memenangkan calon yang diusung secara resmi.
"Loyalitas kader kepada partai menjadi lemah. Jika masalah loyalitas ini diabaikan, maka sangat buruk terhadap demokrasi itu sendiri. Tidak hanya di Partai Golkar, tapi juga partai-partai lainnya," ujarnya.
Oleh karena itu DPP Golkar diminta sikapi kekalahan di Indramayu.
Kedua, adalah faktor masih kuatnya politik uang (money politics).
Menurut Iqbal, faktor ini tidak bisa dipandang sebelah mata, karena praktik ini sangat masif terjadi dalam Pilkada Kabupaten Indramayu.
"Konon, politik uang di Kabupaten Indramayu dalam pilkada kemarin sangat masif. Jika ini terus terjadi sangat disayangkan, karena ini akan berpengaruh besar tidak hanya pada siapa yang dipilih, tetap juga pada kualitas demokrasi kita yang dipastikan bisa makin memburuk," jelasnya.
Dikritik tokoh senior
Sementara itu, Tokoh Senior Partai Golkar Indramayu, Djahidin mengatakan, kekalahan Paslon Mantap yang diusung Partai Golkar menjadi pukulan keras.
Ia menilai, dengan kekuatan yang dimiliki Partai Golkar, seharusnya Pilkada Indramayu 2020 bisa dimenangkan kembali oleh partai berlogo pohon beringin tersebut.
"Dalam hitungan dan kalkulasi perolehan 22 kursi DPRD Indramayu, seharusnya dapat menghantarkan Paslon Mantap sebagai pemenang," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Jumat (11/12/2020).
Menurut Djahidin, ada beberapa faktor penyebab kekalahan Partai Golkar yang tidak disadari oleh elit partai baik di tingkatan daerah maupun pusat.
Salah satunya adalah mengabaikan program tree sukses tinggalan era dulu yakni sukses konsolidasi, sukses pemilu dan sukses pembangunan.
Ia menjelaskan, sukses konsolidasi partai di Kabupaten Indramayu tidak dapat dilakukan secara masif dan terukur.
Mengingat kondisi kepengurusan partai ditingkat daerah dalam sengketa di Mahkamah Partai yang seharusnya itu tidak terjadi tak dapat dihindari
Bahkan perpecahan pengurus internal partai semakin meruncing dan terkesan dibiarkan oleh elit DPP Partai Golkar.
Maka upaya konsolidasi yang merupakan faktor penentu kemenangan agenda politik partai tidak dapat tercapai secara maksimal.
“Tree sukses itu konsolidasi dulu, internal partai dikuatkan, baru hadapi pemilu.
Nah sekarang apa yang dilakukan ketika kedua program sukses tidak tercapai, tidak akan mampu menjalankan tree sukses pembangunan sebagai strategi partai Golkar sejak dulu,” ujar dia.
Hal senada juga disampaikan Tokoh Senior Golkar Indramayu lainnya, Uryanto Hadi.
Ia meminta kepada semua pihak untuk kembali bersatu.
“Kami masih meyakini, Golkar Indramayu kedepan masih besar, jika dipimpin oleh sosok yang memiliki akar rumput dan gresroot bawah, maka saya meminta kepada semua elit mari selamatkan Golkar di Indramayu untuk agenda politik berikutnya,” tutur Uryanto Hadi yang sekaligus Mantan Anggota Fraksi Golkar Indramayu.
Sementara itu, Senior Golkar yang juga Mantan Birokrasi, Mulya Sedjati mengaku terpukul atas hasil Pilkada Indramayu Golkar Indramayu belum bisa menghantarkan kadernya melanjutkan Visi Indramayu Remaja untuk 5 tahun kedepan.
Persoalan internal partai yang tak kunjung selesai, alat konsolidasi tidak bisa berjalan secara efektif, hingga terbuai oleh optimisme sebagai lumbung suara Golkar tanpa memikirkan strategi penguatan internal harius segera diselesaikan.
Persoalan itu terkesan terus digantung oleh DPP Partai Golkar.
Ia berharap kepada semua pihak yang terlibat pada kebesaran partai Golkar untuk bisa menyelamatkan kejayaan Partai Golkar dengan kembali bersatu.
“Jika sejak dulu Musda Golkar sudah disahkan, saya pastikan tidak akan terjadi seperti ini, kenapa, karena alat konsolidasi dipatahkan oleh elit – elit partai yang mungkin sudah memberikan jaminan kemenangan kepada Paslon Mantap,” ujar Mulya Sedjati.
Sumber: Tribunnews.com/Tribun Jabar