News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gempa Besar dan Tsunami Ancam Selatan Jawa, Ini Kata BNPB

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Benarkan Kabar Gempa yang Berpotensi Tsunami di Pantai Selatan Jawa, BMKG: Masyarakat Tidak Perlu Cemas dan Takut

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Bahaya gempa bumi dengan magnitudo besar disertai tsunami di pantai selatan Jawa masih mengintai.

Hasil riset yang dilakukan BNPB dan ITB menyebutkan, potensi gempa disusul tsunami ada di dua lokasi selatan Jawa.

Dua lokasi tersebut berada di kawasan selatan Banten-Jawa Barat dan selatan Jawa Tengah-Jawa Timur.

Mengantisipasi temuan ilmiah yang sudah dipublikasikan di dalam jurnal International Nature tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) mendesain upaya mitigasi terintegrasi.

Salah satu Langkah yakni pembangunan greenbelt yang akan dilakukan dalam waktu dekat.

Greenbelt atau sabuk hijau yang akan dibangun merupakan gugusan tanaman yang mengkombinasikan dua jenis pohon, yaitu mangrove dan pohon palaka.

Baca juga: 16 Tahun Lalu Tsunami Dahsyat Melanda Aceh dalam Suasana Idul Adha

Mangrove ditanam di sisi menghadap ke laut dengan jenis pandanus atau jenis mangrove lain yang bisa tumbuh di substrat pasir.

Tanaman ini berfungsi untuk mereduksi energi tsunami. Sedangkan palaka, pohon yang termasuk tanaman keras ini berfungsi sebagai lapisan pelindung di sisi belakang atau sisi darat.

Direktur Pemetaan dan Evakuasi Risiko Bencana BNPB, Abdul Muhari, menuturkan bahwa ketebalan dan formasi penanaman vegetasi ini akan diatur sedemikian rupa berbasis perhitungan ilmiah agar penetrasi tsunami tidak terlalu jauh ke arah darat dan dapat meminimalisir korban dan kerusakan di daratan.

Baca juga: Kabar Keluarga Personel Band Seventeen Usai 2 Tahun Tsunami Banten, Berjuang Sebagai Single Parent

“Kegiatan penanaman ini diupayakan akan dimulai pada awal tahun dengan berkoordinasi dengan Pemda setempat,” ujar Muhari saat memaparkan hasil riset di hadapan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Provinsi Jawa Tengah, pada Senin (28/12/2020).

Selanjutnya, Muhari menambahkan bahwa berdasarkan hasil riset ini, terdapat segmen yang berada di selatan Banten-Jawa Barat dengan potensi energi hingga magnitudo 8,8.

“Sedangkan segmen Jateng-Jatim berpotensi memiliki energi magnitudo 8,9, yang jika terlepas secara bersamaan akan menghasilkan potensi energi setara magnitudo 9,1,” ujarnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyambut baik informasi yang telah disampaikan sekaligus memberikan arahan agar para kepala daerah segera menindaklanjuti informasi tersebut.

Baca juga: Info BMKG: Kabupaten Bantul Diguncang Gempa Bumi dengan Kekuatan 5,4 M, Tak Berpotensi Tsunami

Rencana mitigasi berbasis ekosistem greenbelt tersebut perlu segera dilakukan karena dapat digunakan sebagai frontline yang mengurangi dampak tsunami.

“Kita harus memanfaatkan momentum musim hujan yang masih berlangsung hingga bulan Maret tahun depan agar penanaman ini dapat berjalan baik dan vegetasi yang dinaman bisa tumbuh sempurna,” tegas Ganjar.

Berdasarkan data dari BNPB masih banyak kabupaten yang belum memiliki dokumen perencanaan penanggulangan bencana di antaranya Kajian Risiko Bencana (KRB).

Ganjar mendorong agar kabupaten yang belum memilikinya agar segera melakukan penyusunan KRB dengan pendampingan dari provinsi dan BNPB.

Hal ini dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi risiko bencana di seluruh kabupaten untuk selanjutnya menetapkan rencana aksi yang diperlukan.

Hal lain yang menjadi perhatian Ganjar adalah hasil riset yang disampaikan oleh Abdul Muhari pada saat tsunami 2011 di Jepang, yang menunjukkan bahwa tsunami seringkali menghasilkan kerusakan tambahan atau collateral damage.

Kerusakan disebabkan, seperti kebakaran karena gelombang yang menerjang kilang minyak menghancurkan tempat penyimpanan minyak berskala besar, sehingga bahan yang mudah terbakar tersebut akan terbawa air dan membakar apa saja yang ditemukannya, baik di darat atau di laut.

Menyikapi potensi tersebut, Ganjar menyampaikan perlu dilakukan pertemuan dengan pihak Pertamina yang memiliki fasilitas penampungan bahan bakar minyak di Kabupaten Cilacap.

Pertemuan ini bertujuan untuk mendiskusikan perlunya penguatan atau perbaikan fasilitas-fasilitas vital yang akan berpotensi memberikan collateral damage pada saat tsunami terjadi.

Di sisi lain, pemerintah juga perlu memperkuat upaya pengurangan risiko bencana (PRB), seperti kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami.

Kesiapsiagaan tersebut dapat dilakukan dengan memperkuat desa tangguh bencana, melakukan latihan kesiapsiagaan bersama dengan pemerintah dan masyarakat terutama di daerah sepanjang selatan Jawa, minimal tiga kali dalam satu tahun.

Beberapa daerah teridentifikasi telah memiliki tempat evakuasi sementara (TES), namun tidak seluruhnya karena beberapa daerah terletak di dataran rendah.

Menyampaikan untuk daerah-daerah yang berada di dataran rendah, TES dapat memanfaatkan sekolah atau bangunan-bangunan tinggi yang tahan gempa dan tsunami.

Selain itu, fasilitas umum seperti jembatan penyeberangan juga dapat digunakan sebagai temporary vertical evacuation, seperti yang sudah dilakukan di Jepang.

Fasilitas tersebut harus didesain sedemikian mudah dijangkau oleh masyarakat yang akan berlari untuk menyelamatkan diri. (Muhamad Syarif Abdussalam)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Jabar dan Banten Berpotensi Dilanda Gempa Magnitudo 8,8 dan Tsunami, BNPB Sebut Dibutuhkan Greenbelt

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini