TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Sekilas tak ada yang berbeda dengan keberadaan Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Suasana pepohonan rindang menemani sepanjang jalan menuju desa, layaknya perkampungan pada umumnya.
Namun, beberapa hari terakhir kampung ini mendadak viral karena warganya berbondong-bondong membeli mobil.
Baca juga: Cerita Siti, Warga Desa di Tuban Mendadak Kaya, Dapat Rp 18 M, Borong 3 Mobil & Naik Haji Sekeluarga
Baca juga: 6 Fakta Ratusan Warga di Tuban Borong 176 Mobil Baru: Jual Tanah ke Pertamina, Kades Malah Khawatir
Para warga bak sultan baru itu mendapat durian runtuh dari PT Pertamina karena menjual tanahnya.
Perusahaan plat merah tersebut membangun kilang minyak Grass Root Refinery (GRR), patungan Pertamina-Rosneft asal Rusia.
Pembangunan dilakukan di tiga desa, di antaranya Sumurgeneng, Wadung dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu.
Kepala Desa Sumurgeneng, Gihanto membenarkan, mengenai video viral belasan mobil yang dibeli warganya secara bersamaan.
Bahkan, lebih dari itu sejak dimulainya pencairan lahan oleh Pertamina hingga kini sudah ada 176 warga yang membeli mobil baru.
Pembelian mobil bersama-sama itu dilakukan setelah warga mencairkan dana melalui konsinyasi dari Pengadilan Negeri Tuban. Adapula yang melalui pencairan di awal tanpa proses pengadilan.
"Mobil baru Minggu kemarin ada 17 yang datang, kalau sampai sekarang sudah ada 176. Semua baru," kata Kades di rumahnya, Rabu (17/2/2021).
Dia menjelaskan, jenis mobil yang dibeli warga berbagai macam jenis, seperti kijang Innova, Honda HR-V, Fortuner, Pajero dan Honda Jazz.
Rata-rata satu orang membeli satu mobil, namun ada juga yang satu orang beli 2-3 mobil.
Warga desanya terdapat 840 KK, sedangkan yang menjual tanahnya untuk kepentingan kilang minyak sekitar 225 KK.
Harga yang diterima warga untuk penjualan tanah per meter mulai dari Rp 600-800 ribu. Sehingga penjualan yang didapat warga rata-rata mencapai miliaran rupiah.
"Bermacam-macam untuk jenis mobilnya. Untuk penjualan tanah paling sedikit Rp 36 juta, paling banyak warga sini Rp 26 miliar, sedangkan ada warga luar mendapat Rp 28 miliar. Kalau rata-rata Rp 8 miliar," terangnya.
Kades mengaku sempat khawatir atas rejeki nomplok yang diterima warganya, dengan mendapat miliaran rupiah dari penjualan lahan.
Ia juga membeberkan, warga yang menjual tanah 90 persen digunakan untuk beli mobil, 75 persen untuk beli tanah, 50 persen bangun rumah.
Sedangkan untuk yang dibuat usaha sedikit.
Meski demikian, kekhawatiran kades mulai memudar lantaran warga penjual tanah mendapat pembekalan dari Pertamina.
Pembekalan itu terkait pengelolaan uang agar tidak digunakan semua untuk kebutuhan konsumtif.
"Sudah mulai lega, karena Pertamina sudah memberikan bekal bagi warga yang telah mendapatkan uang jual tanah, ya agar tidak digunakan beli barang semua," pungkas Kades.
Sekadar diketahui, kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektar.
Rinciannya, lahan warga 384 hektar, KLHK 328 hektar dan Perhutani 109 hektar.
Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi di 2026.
Kilang GRR ditarget mampu produksi 300 ribu barel per hari.