Sudah ada beberapa bulan ini suami Santi tidak lagi bisa menafkahi dirinya bersama dua anaknya.
"Gurunya menanyakan kenapa Cantika (anak pertama) tidak mengerjakan tugas hingga sebulan lebih. Saya sedih dan malu. Soalnya HP saya gadaikan dan belum bisa kami tebus," ucap Santi lirih.
Anak pertamanya itu sekolah di SDN Kapasan V. Santi berniat meminjam HP tetangga tapi harus masuk grup sekolah.
Saat ini, Santi makin bingung karena untuk makan saja susah. Tak ada lagi jasa kuli bangunan untuk suaminya.
Hampir semua barang-barang di rumahnya habis digadaikan.
Tidak hanya HP, sejumlah pakaian sampai kartu keluarga (KK) pun sudah masuk pegadaian.
Anaknya yang masih duduk di kelas II SD pun ikut bingung. Sebab, sebentar lagi akan dilaksanakan ujian kenaikan kelas.
“Kalau sampai tidak naik kelas bagaimana. Saya tidak tega, kasihan," lanjut Santi.
Sementara adiknya Nesya Anindita, anak keduanya hendak masuk TK.
Santi mengaku sedih melihat teman-teman Nesya, adik Cantika, yang sudah persiapan masuk TK. Anak keduanya itu kadang bengong.
Keluarga Santi saat ini memang sudah tercatat sebagai masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Artinya berhak atas bantuan sosial tunai (BST).
Baca juga: Dendam dan Masalah Utang Piutang, 2 Pria Ini Nekat Habisi Nyawa Ibu dan Anak di Aceh Timur
Namun, bantuan langsung Rp 300 ribu per bulan yang sudah diterima selama ini habis hanya untuk makan.
Karena tidak tahu harus mengadu ke siapa, Santi memutuskan untuk menghubungi Baktiono, anggota Fraksi PDI Perjuangan yang juga Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya.
Baktiono adalah anggota dewan dari Dapil Tambaksari.