Sayangnya, dari total bantuan kuota yang diberikan, ternyata tidak bisa digunakan dengan bebas.
Hanya sebagian kecil sekitar 3 gigabite saja yang bisa dipergunakan untuk membuka sistem browsing.
Sebagian besar, katanya, kuota bantuan itu bisa digunakan untuk aplikasi belajar yang sudah ditunjuk oleh pemerintah.
Meski begitu, ujung-ujungnya juga anak disuruh untuk mencari bahan pelajaran dengan browsing internet di Google atau Yahoo.
Baca juga: Kemendikbud Kucurkan Dana BOS Rp 52 Triliun, Sebagian untuk Biayai Prokes Belajar Tatap Muka
"Itu pakai paket internet reguler dan harus keluar uang juga karena kuota bantuan tidak cukup. Tapi setidaknya jika ada bantuan, pengeluaran saya tidak sebesar sekarang. Makanya saya berharap ada bantuan kuota internet lagi," harapnya.
Senada, orang tua siswa SMP 15 Semarang, Fitriani mengatakan, pengeluarannya menjadi membengkak hanya untuk memfasilitasi anak mengikuti pembelajaran daring.
Pembengkakan tersebut dikarenakan seluruh kebutuhan kuota internet harus menggunakan uang pribadi.
"Waktu masih ada bantuan kuota dari pusat, itu masih lumayan membantu mengurangi beban. Lha dari Januari 2021 sampai sekarang belum ada bantuan lagi. Makanya saya keluar uang lebih banyak," kata Fitri, sapaannya.
Kondisi yang sama juga dialami orang tua siswa SMA di Kabupaten Demak, Nur Solikhin.
Pengeluarannya justru lebih banyak lagi karena anaknya yang sudah beranjak remaja, mengenal game online.
Sehingga, jika tidak ada tugas sekolah, anaknya menggunakan handphone untuk bermain game.
"Sampai kesal rasanya. Sedikit sedikit minta uang buat beli paket data internet. Jika tidak diberi, anak ngancam tidak ikut pembelajaran daring atau tidak mau mengerjakan tugas," tuturnya.
Kata Disdikbud Jawa Tengah
Menanggapi kondisi tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah, Hari Wulyanto mengatakan, bantuan kuota internet kepada siswa pada 2021 ini memang belum cair. Pihaknya pun tidak bisa berbuat banyak karena itu kebijakan dari pemerintah pusat.