Namun keponakan seringkali hanya menyampaikan makanan kepada sang adik di depan toko sehingga tidak mengetahui kondisi bibinya.
Nyoman Sarji menuturkan, bahwa terakhir kali melihat GSI sekitar dua bulan yang lalu.
GSI sendiri dikenal warga sekitar seperti mengidap gangguan kejiwaan.
"Saya melihat terakhir 2 bulan yang lalu, keluar jalannya berduyun-duyun, pakai tongkat, hanya duduk di depan saja, tidak ngobrol, duduk di depan sambil melihat jalan dan aktivitas penjual bunga, memang seperti ada gangguan kejiwaan," bebernya.
Toko Redjeki yang dikelola sang Adik SA biasa buka pukul 09.00 Wita sampai dengan 21.00 Wita.
"ini sedang tutup mungkin menjaga kakaknya yang sakit," katanya.
Nyoman Sarji dan pedagang bunga lainnya mengaku tidak mengetahui GSI mengidap penyakit.
"Tidak, tidak pernah ada cerita masalah sakit," ujarnya.
Sosok SA, saudara GSI pernah berkomunikasi dengan Nyoman Sarji, ia mengaku pernah dinasihati untuk sabar dalam berjualan.
"Saya pernah dinasihati agar sabar saat berjualan, beberapa momen ngobrol ada kalau sama adiknya laki-laki, kalau sama yang kakaknya yang sakit belum pernah," ucapnya.
(TribunBali.com/Adrian Amurwonegoro)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Nenek Sakit Dirubung Belatung, Bertahun-tahun Hidup Tanpa Lampu di Denpasar