Makanya, ia sampai terjerumus seperti itu.
Bahkan, ia juga tak menampik tudingan kalau dirinya bisa dipakai saat menjual sabu-sabu, Yang pentingnya, si pria hidung belang itu mau beli sabu-sabu, ia siap memberikan bonus.
Yang penting, harga yang dimintanya itu disepakati oleh si pria hidung belang itu.
"Ya, buat tambahan karena saya itu ngopeni (membesarkan) tiga anak.
Dari mana, biayanya, wong saya ini single parent dan hanya bekerja sebagai pelayan di warung kopi (di Tulungagung)," akunya sambil matanya sembab.
Dari penjualan sabu-sabu itu, ia sebenarnya sadar kalau keuntungannya tak seberapa dibandingkan dengan risikonya.
Betapa tidak, misalnya, ia berhasil memasarkan sabu-sabu seberat 0,5 gram.
Itu hanya mendapatkan keuntungan Rp 200 ribu.
Sebab, harga kulakan Rp 500 ribu dan akan dijual kembali dengan harga Rp 700 ribu.
"Saya menyesal kalau sudah begini karena saya akhirnya jadi berpisah dengan anak-anak saya," pungkasnya.
Berita lain kasus narkotika.
(Surya/Imam Taufiq)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Cerita Janda Muda Blitar Jual Sabu 'Bonus' Layanan Plus di Warung Tulungagung, Bingung Hidupi 3 Anak