Laporan Wartawan Tribun-Papua, Musa Abubar
TRIBUNNEWS.COM, MIMIKA - Aksi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dalam satu pekan terakhir, telah membuat ketakutan dan ancaman terhadap masyarakat di Kabupaten Puncak, Papua.
Akibat aksi teror tersebut, korban jiwa dan korban materiil tak terhindarkan, bahkan sebagian masyarakat memilih meninggalkan Puncak dan mengamankan diri ke Kota Mimika.
Aktivis West Papua National Authority (WPNA) wilayah Domberai, Markus Yenu pun angkat bicara. Ia mengatakan ketidaksepahamannya dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh KKB.
Baca juga: Selamat dari Serangan KKB di Beoga, Kepala Suku Dambet Bakar Batu Sebagai Ungkapan Rasa Syukur
"Dari diri saya sendiri, tentu saya tidak sependapat dengan aksi yang dilakukan oleh KKB. Dari kabar yang beredar lewat hubungan keluarga dari Puncak, ada banyak kesalahpahaman yang terjadi. Tentu ini menyakitkan sebab korban sudah terlanjur berjatuhan," kata Markus kepada Tribun-papua.com, Minggu (18/4/2021).
Menurut Markus Yenu, KKB bertindak sangat ceroboh dan tidak dalam pertimbangan yang cukup matang, meski pihaknya mengklaim jika korban yang telah dibunuh adalah bagian dari mata-mata aparat keamanan, namun tindakan semacam itu justru sangat merugikan.
Baca juga: Daftar 16 Aksi Kekejaman KKB Terhadap Warga Sipil di Papua Dalam Kurun Waktu 4 Bulan Terakhir
Markus Yenu menyebutkan, tindakan keji dari KKB akan meruntuhkan 'perjuangan' yang sedang ia bangun.
Markus Yenu mengaku ia adalah aktivis yang juga memperjuangkan nama ‘Papua’ lewat jalur kemanusiaan.
"Kami sadar jika pertumpahan darah tidak akan memberikan kebebasan, kalaupun bebas kita sudah kehilangan anggota keluarga sendiri akibat dari penembakan-penembakan yang terjadi," ujarnya.
Sebelumnya, pada Kamis (8/4/2021) sekitar pukul.09.30 WIT, KKB melakukan aksi penembakan di sebuah kios di Kampung Julugoma. Oktovianus Rayo, guru SD Impres Beoga tewas karena ditembak.
Tak hanya itu, pada sore harinya KKB membakar tiga ruang kelas SMAN 1 Beoga.
Pada Jumat (9/4/2021) sore, kelompok tersebut melakukan penembakan kepada Yonatan Randen, guru SMPN 1 Beoga dibagian dada.
Korban yang sempat dibawa masyarakat ke Puskesmas Beoga akhirnya meninggal dunia.
Kemudian pada Minggu (11/4/2021) malam KKB membakar Helikopter milik PT Ersa Eastern Aviation di Bandara Udara Aminggaru Ilaga, Kabupaten Puncak.
Penembakan kembali dilakukan kelompok ini terhadap tukang ojek bernama Udin suku Bugis pada Rabu (14/4/2021) menembak.
Selanjutnya, pada Kamis (15/4/2021), KKB kembali berulah dengan menembak Ali Mom (16 tahun) di bagian kepala sebanyak dua kemudian dibacok di Kampung Tanggala, Distrik Ilaga.
Ali Mom adalah salah seorang siswa SMA Negeri 1 Ilaga yang bercita-cita hendak menjadi anggota TNI. (*)
Berita ini tayang di Tribun Papua dengan judul: Aktivis WPNA Kecam Aksi Teror KKB di Papua: Pertumpahan Darah Tidak akan Memberikan Kebebasan