Respons keluarga korban
Keluarga Halimatulsadiah (29) membantah kabar perselingkuhan di balik pembunuhan tersebut.
Rizkia Helma Nadia Putri (20), adik Halimatulsadiah menuturkan, kakaknya itu tidak seperti yang diceritakan sang suami.
”Itu tidak benar. Tidak ada perselingkuhan sama sekali,” tegas Rizkia, pada TribunLombok.com, saat ditemui di rumah duka, Dusun Terong Tawah Barat, Desa Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat, Senin (19/4/2021).
Kakanya itu tidak pernah jalan dengan laki-laki lain.
Juga tidak pernah kencan dan pergi dengan orang lain.
Sebab Halimatulsadiah sehari-hari sibuk bekerja, jualan untuk menafkahi kedua anaknya.
Dia merupkan wanita yang bekerja keras. Sudah menjadi pedagang sejak masih gadis.
Bahkan, saat mereka sempat bercerai, Halimatulsadiah masih menjalankan usahanya.
Sehingga tidak ada waktu untuk pergi dengan orang lain seperti disangka sang suami.
Di samping itu, setiap hari mereka selalu bersama.
Baca juga: Suami dan Anaknya Masih Positif Covid-19, Tipang Umumkan Hamil Anak Kedua
Mereka sama-sama berangkat dari rumah sampai tempat jualan, hampir tidak pernah pisah.
Dari pagi sampai malam, mereka selalu bekerja berdua. Saat berjualan pun mereka tetap bersama sampai pulang.
”Pagi sampai malam sama suami, mana ada waktu buat selingkuh,” kata Rizkia.
Di mata keluarga, Halimatulsadiah, merupakan sosok wanita yang tangguh dan mencintai keluarganya.
Bahkan dialah yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga dengan menjadi pedagang buah.
Meski demikian, selama 11 tahun menikah dan dikarunia 2 orang anak, keduanya kerap cek cok dan berkelahi.
Tidak jarang sang suami memukul istrinya.
Hal itu diketahui keluarga karena mereka tinggal di rumah keluarga istri, di Dusun Terong Tawah Barat.
”Kelahi sedikit main pukul, itu saja sudah. Dia memang suka kekerasan,” ujarnya.
Keluarga tidak tahu persis penyebab mereka sering berkelahi, tetapi pelaku diketahui merupakan sosok yang pencemburu.
Jika melihat istrinya ngobrol dengan orang lain, dia cepat cemburu.
Bahkan dengan pelanggan pun dia kerap cemburu.
Bila melihat sang istri melayani pembeli dengan ramah, si suami akan memarahi.
”Tidak bisa manis-manis jualannya itu, dia akan marah,” tuturnya.
Minta Hukuman Setimpal
Puncaknya, Halimatulsadiah dan Muhammad Ali Asgar sempat bercerai.
Mereka pun sempat berpisah beberapa bulan lalu.
Sampai akhirnya rujuk kembali belum lama ini.
Tapi 15 hari setelah rujuk, insiden kelam itu terjadi, Sabtu (17/4/2021), dini hari.
Saat mereka rujuk, keluarga pun sangat mendukung.
Sebab Halimatulsadiah bisa kumpul lagi bersama keluarganya, suami dan anak-anaknya.
Mereka kemudian pindah tempat tinggal ke rumah keluarga suami di Lingkungan Moncok Karya, Kelurahan Pejarakan Karya, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.
Hj Faridah, sang ibu pun kala itu merasa senang.
Dia mendukung keduanya rujuk karena khawatir Muhammad Ali Asgar berbuat nekat.
Karena meski bercerai sang suami masih mencari dan cemburu.
Sayangnya, niat keluarga mendukung rujuk agar korban aman, justru sebaliknya.
Sang suami justru menghabisi nyawa Halimatulsadiah dengan tusukan pisau buah.
Perbuatan itu pun dilakukan pelaku di depan anak mereka yang masih 3 tahun.
Kebetulan, anak paling kecil mereka bawa jualan buah.
Dia menyaksikan sang ibu ditusuk ayahnya mempakai pisau.
Kini dua anak korban tinggal di rumah neneknya, di Lombok Barat.
Atas kejadian itu, keluarga meminta pelaku dihukum setimpal.
”Kalau bisa nyawa harus dibayar nyawa, kami harap dia dihukum mati,” tegas Rizkia.
Keluarga berharap kepada aparat kepolisian memberi hukuman setimpal kepada pelaku. (Tribunlombok.com/ Sirtupillaili)
Sebagian dari artikel ini telah tayang di TribunLombok.com dengan judul Update Suami Tusuk Istri di Mataram: Keluarga Bantah Korban Selingkuh, Minta Pelaku Dihukum Mati