TRIBUNNEWS.COM, MERAUKE -- Isu santet yang beredar di Lapas Klas II B Merauke, Papua menelan korban dua orang.
Melianus Gebze dan Sebastian Basik-Basik, tewas dikeroyok napi lainnya pada Sabtu (8/5/2021) pukul 16.25 WIT.
Kasus penghakiman oleh sesama napi ini dipicu karena kedua tahanan ini dituding memiliki ilmu hitam.
Plh Kepala Lapas Klas II B Merauke, Adhi Nugroho Utomo menceritakan munculnya isu tersebut.
Menurutnya, awalnya terdapat beberapa warga binaan meninggal sejak Maret hingga Mei 2021.
Baca juga: Dituding Kirim Santet, Pria di Bima Jadi Sasaran Amarah Tetangganya Hingga Ditusuk Pakai Keris
Berdasarkan pemeriksaan medis, mereka meninggal karena riwayat penyakit.
Sebagian warga binaan menganggap para narapidana itu meninggal karena disantet Melianus dan Sebastian.
Sebab, kasus kematian seperti itu tidak pernah ada di lapas tersebut.
"Karena meninggalnya beberapa orang ini baru terjadi di Lapas Merauke di situasi pandemi ini.
Tapi banyak warga binaan kami yang memiliki kepercayaan-kepercayaan memaknai kematian ini fenomena ilmu hitam," kata Adhi saat dihubungi Kompas.com melalu sambungan telepon seluler, Minggu (9/5/2021) dini hari.
Baca juga: Modus Cabut Jarum Santet Dari Tubuh, Dukun Gadungan Ini Cabuli Tiga Gadis Muda
"Kalau sesuai dengan surat keterangan dari petugas kesehatan Lapas, yang meninggal dunia itu ada karena usus buntu, sesak napas, asam lambung, gangguan jantung," tambah Adhi.
Adhi menuturkan, saat isu itu merebak, pihak lapas telah mengambil langkah antisipasi.
Pertemuan antara para napi, tokoh agama, dan tokoh adat digelar.
Bahkan telah dilakukan pemberkatan terhadap empat blok lapas pada 18 dan 27 April.
Kemudian pada 29 April, pihak lapas kembali melakukan doa bersama.
Lapas juga memberikan pemahaman kepada napi bahwa penyebab kematian warga binaan sebelum karena sakit.
Baca juga: Gara-gara Curiga akan Disantet, Seorang Anak Nekat Penggal Kepala Ayah Kandungnya
"Karena indikasinya kita mengacu pada hasil pemeriksaan medis," ujar Adhi.
Namun karena penyakit tersebut dianggap baru, warga binaan yang lain beranggapan jika penyakit itu muncul akibat dari adanya ilmu hitam atau santet dari korban.
"Karena meninggalnya beberapa orang ini baru terjadi di Lapas Merauke di situasi pandemi ini.
Tapi banyak warga binaan kami yang memiliki kepercayaan-kepercayaan memaknai kematian ini fenomena ilmu hitam," kata Adhi saat dihubungi Kompas.com melalu sambungan telepon seluler, Minggu (9/5/2021) dini hari.
Karena persoalan itu, kedua korban yang dituding memiliki ilmu hitam itu lalu dikeroyok napi lainnya.
Petugas lapas saat kejadian itu tidak bisa berbuat banyak. Sebab, selain kalah jumlah juga pintu blok menuju lokasi kejadian dikunci oleh narapidana.
Situasi keributan di dalam lapas itu baru dapat dikendalikan setelah aparat kepolisi datang untuk melakukan pengendalian keamanan.
Namun naasnya, nyawa kedua orban tidak berhasil diselamatkan.
"Magrib tadi situasi sudah dapat dikendalikan," tutur Adhi.
Adapun kasus tersebut saat ini masih dilakukan pendalaman penyelidikan oleh pihak kepolisian.
"Kita serahkan kepada penegak hukum untuk bekerja mengungkap siapa pelaku-pelaku dari massa yang keroyok dan motif sesungguhnya," jelas Adhi.
(Kontributor Kompas TV Timika, Irsul Panca Aditra)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kronologi Dua Napi Tewas Dikeroyok di Dalam Lapas, Gegara Dituduh Punya Ilmu Santet"