Karena muka suaminya penuh luka lebam seperti baru menerima pukulan.
"Sudah bukan seperti Mas Fauzi. Bibirnya juga seperti habis kena pukul tapi siapa yang melakukan saya gak tahu," ujarnya.
Iin juga mengungkap saat petugas mengirim jenazah ke rumah duka, keluarga dilarang membuka jenazah.
"Jenazah Suami saya datang ke rumah jam 11 malam. Saat itu keluarga tidak boleh membuka jenazah. Polisi langsung meminta langsung dimakamkan," tuturnya.
Baca juga: Depresi karena Rumah Tangganya Retak, Pria 35 Tahun di Malang Ditemukan Tewas Gantung Diri
Bahkan, sampai hari ini polisi belum memberikan surat hasil autopsi. Kejanggalan lain juga masih menyelimuti pikiran Iin.
Kali pertama ditemukan tewas, Fauzi mengenakan baju batik dan celana kolor, padahal setahu dia, suaminya tidak pernah memiliki baju itu.
"Beda waktu pertama ditangkap. Di rumah juga gak ada baju kayak itu," ungkapnya.
Kejanggalan lain yang dirasa Iin adalah kronologi pelarian suaminya sejak dikabarkan kabur dari Polsek.
Sebenarnya sebelum ditemukan tewas, Iin mengaku sempat mendapat kabar soal keberadaan suaminya.
Katanya, setelah Fauzi kabur dari Polsek bersembunyi di rumah guru ngajinya yang berada di Desa Curah Temu.
"Saya dapat telepon dari guru ngajinya. Bilang, suami saya ada di sana. Saya sempat mikir mungkin besok Mas Fauzi pulang tapi ternyata saya dapat kabar dia sudah tewas. Jadi gak sempat ke rumah," ujarnya.
Iin pun berharap polisi bersedia melakukan outopsi ulang karena menurutnya masih ada yang janggal dari hasil gelar perkara.
"Saya kalau punya uang mungkin akan melakukan autopsi mandiri. Tapi itu gak mungkin, saya berharap pak polisi bisa berkenan melakukan autopsi lagi," harapnya.
Sementara, membahas soal riwayat dunia hitam Fauzi, sang istri mengaku baru mengetahui sebulan sebelum akhirnya ditangkap polisi.