TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Selepas salat Jumat, jam tugas Aziz Apri Nugroho sebagai driver Puskemas Depok 1, sebenernya telah selesai.
Ia bisa langsung pulang, tapi tiba-tiba Kepala Puskemas, mendapat informasi dari Public Safety Center (PSC) Dinas Kesehatan DIY ada pasien perempuan di Maguwoharjo terkonfirmasi positif antigen.
Pasien itu membutuhkan bantuan untuk dibawa ke Rumah Sakit rujukan.
Baca juga: Wacana Lockdown, Wakil Wali Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Tak Panic Buying
Aziz yang kebetulan saat itu sedang bersama Kepala Puskemas, diminta untuk mengantar pasien itu.
Tanpa pikir panjang, dirinya menyanggupi.
Ternyata, pasien tersebut adalah seorang anak kos di wilayah Sambilegi.
Ia tinggal di Yogyakarta sebatang kara.
Keluarganya berada di Bogor.
"Awalnya, saya hanya diminta untuk mengantar ke RS Hermina. Karena kata temannya (si pasien), di sana ada bed. Tapi setelah dicroscek, ternyata penuh," kata dia, mengawali cerita kepada Tribunjogja.com, Sabtu (19/6/2021).
Aziz bersama satu perawat yang sudah kadung memakai APD lengkap, tidak mungkin membatalkan tugas.
Ia merasa memiliki tanggung jawab.
Terlebih, pasien mengalami batuk darah.
Bahkan, terlihat sudah lemas.
Saturasi oksigen (spo2) si pasien menunjukkan 88 persen.
Artinya rendah, di bawah normal (95-100).
Baca juga: Protes Pembubaran Kuda Lumping, Kini Pidato Bupati Banjarnegara Tuai Polemik, Warganet Beri Dukungan
Ia juga mendengar si pasien menelepon Ibunya di Bogor, Jawa Barat, katanya sudah tidak kuat lagi.
Saat itu, Aziz mengaku merasakan greget untuk bisa mencarikan RS rujukan bagi pasien.
Sayangnya, mencari RS rujukan di tengah kondisi penyebaran COVID-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta yang begitu tinggi bukan perkara mudah.
Aziz dibantu perawat, PSC, Korlap Dinas Kesehatan DIY hingga satpam puskemas semuanya ikut mencari RS rujukan.
Satu persatu RS di DIY dihubungi.
Jawabannya hampir semuanya sama : penuh.
Aziz tidak mau putus asa.
Ia mencari bed hingga RS di luar Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ia menghubungi RSUD Tidar kota Magelang, RSUD Moewardi Surakarta hingga RS di Purworejo, semuanya tidak bisa menerima.
"RSUD Merah Putih di Magelang yang biasanya ada peluang bisa menerima, ternyata juga penuh. Pokoknya, semuanya sudah ditelepon ke mana-mana, hampir semua RS penuh," ujar Aziz.
Baca juga: Aksi Kapolsek di Jambi Bantu Perempuan Pendarahan Pakai Double Kabin ke RS
Belakangan, dirinya mengetahui bahwa sore itu pasien yang sedang menunggu antrean masuk di RS juga banyak.
Beberapa rekan Aziz yang ikut dalam misi mencarikan bed rujukan itu nyaris putus asa.
Namun, sore hingga malam itu, ia terus berusaha.
Alasan kuat mengapa mau mencarikan bed, karena dirinya pernah merasakan menjadi penyintas COVID-19.
"Takutnya (pasien) tambah parah atau bahkan meninggal dunia. Pokoknya, begitu ada rumah sakit rujukan, saya langsung akan berangkat mengantarkan," ujar dia.
Upaya mencari RS rujukan ini dimulai sejak pukul 15.00 WIB.
Aziz mengaku sudah sangat terbiasa mengantar pasien COVID-19.
Bahkan, sudah dilakukan sejak awal pandemi melanda.
Menurut dia, baru kali ini merasakan kondisi yang sangat crowded.
Sore itu, jarum jam terus berganti.
Aziz berpacu dengan waktu.
Upaya mencari bed rujukan dengan melobi sejumlah RS terus dilakukan lewat Puskesmas.
Setelah memakai APD selama enam jam, dan terus melaporkan ke sejumlah pihak, kabar baik itu akhirnya datang.
Aziz mengatakan, seorang pejabat di Dinas Kesehatan melaporkan kejadian yang terjadi itu ke PJ RSUP Sardjito.
Ia mengaku, awalnya sudah menghubungi RSUP Sardjito namun kondisi di sana memang penuh.
Dengan pertimbangan kondisi si pasien, akhirnya satu-satunya cara bagaimana caranya "diseselke" di RSUP Sardjito.
"Intinya diseselke di sana," kata dia.
Baca juga: Covid-19 di UNS Solo: 3 Dosen Meninggal, Kampus Lockdown, Hampir Setiap Fakultas Ada Kasus Positif
Aziz bersama perawat, menjemput pasien di indekos Sambilegi dan mengantarkannya ke RSUP dr Sardjito sudah malam, sekira pukul 20.57.
Itu pun sempat terkendala.
Pihaknya mengaku harus menulis dan melengkapi tiga berkas identitas untuk dibuatkan RM (rekam medis) pasien.
"Kira-kira butuh setengah jam. Sekitar setengah sepuluh malam, pasien baru bisa masuk," terang lelaki yang ikut Komunitas SAR Sena Indonesia itu.
Hari itu, merupakan hari yang panjang bagi Aziz.
Setelah berkutat enam jam dalam pencarian bed, ia pulang ke rumah larut malam.
"Saya pulang nyampe rumah pukul 23.30 WIB," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kisah Perjuangan Mencari RS Rujukan di Yogyakarta, 6 Jam Baru Peroleh Bed,