TRIBUNNEWS.COM, SIAK - Malta Alfarel Nduru, seorang remaja berusia 13 tahun meninggal dunia secara tragis di perkebunan PT Sawit Uniseraya, Kampung Teluk Lanus, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau, Minggu (29/8/2021) malam.
Ia menjadi korban keganasan harimau sumatera ketika sedang mencari sinyal seluler di perkebunan tempat ayahnya bekerja.
Tubuhnya diterkam si belang lantas diseret ke hutan.
Saat ditemukan warga, kondisi tubuhnya cukup memprihatinkan.
Sebagian tubuhnya sudah tidak utuh lagi karena dimangsa harimau.
Peritiwa tersebut terjadi sekira pukul 19.00 WIB.
Saat itu, mesin genset untuk penerangan warga rusak.
Kemudian Rustam, ayah dari korban bersama beberapa warga memperbaiki genset tersebut.
Ridwansyah alias Dedek (29), seorang pekerja di perkebunan kelapa sawit milik PT Uniseraya menuturkan, orang yang tinggal di camp Sungai Belat tidak banyak.
Karyawan perusahaan hanya 5 orang dan karyawan kontrak 12 orang. Camp tempat tinggal berada di luar lokasi perkebunan sawit.
“Di tempat kami tinggal ini hutan semua, jadi penerangan kami menggunakan mesin genset,” kata Dedek kepada Tribunpekanbaru.com.
Baca juga: FAKTA Remaja di Riau Tewas Diterkam Harimau, Berawal Cari Sinyal HP, Berakhir Teriakan Minta Tolong
Setiap sebelum magrib, karyawan dan pekerja perkebunan menyalakan mesin genset untuk penerangan.
Kebetulan pada Minggu kemarin, mesin dalam keadaan rusak.
Maka sorang pekerja, Rustam memperbaikinya bersama karyawan lainnya.
“Sedangkan anak Pak Rustam dengan beberapa orang pergi ke jembatan dekat pelabuhan mencari jaringan internet. Setelah gelap, sekelompok orang yang mencari jaringan internet di jembatan sudah pulang,” kata Dedek.
Jembatan itu hanya berjarak sekira 50 meter dari lokasi perumahan atau camp pekerja.
Sesampainya orang-orang yang sebelumnya main game di jembatan di rumah, ternyata 1 orang tidak pulang, yakni Malta Alfarel Nduru anak Rustam.
“Pak Rustam inilah yang mencari anaknya ke arah jembatan, ia hanya menemukan ponsel dan melihat bercak darah. Pak Rustam minta tolong lalu kami ambil senjata seperti parang dan pisau di rumah untuk jaga-jaga,” kata Dedek.
Baca juga: Remaja Tewas Diterkam Harimau di Hutan, Awalnya Ditemukan Bercak Darah di Tanah
Setelah menelusuri jejak korban yang diduga diseret harimau, barulah didapati jasad korban yang tidak utuh lagi.
Rustam dan keluarganya histeris melihat jasad anaknya yang tak lagi utuh tersebut.
Pekerja yang tinggal di lokasi camp perusahaan itu juga histeris melihat kondisi jasad anak yang baru berusia 13 tahun tersebut.
“Jasad korban dibawa pihak keluarga ke kampungnya di kabupaten Nias. Ada dua keluarga dari Nias yang tinggal bersama kami di lokasi, mereka semuanya pulang,” kata dia.
Ponsel korban jadi petunjuk
Hal senada diungkapkan Camat Sungai Apit Wahyudi.
Ia mengungkap awalnya Rustam dan anaknya sedang memperbaiki mesin genset mesin camp PT Uniseraya.
Saat Rustam sedang sibuk memperbaiki mesin genset, korban meminta izin kepada ayahnya untuk pergi ke pelabuhan.
Maksudnya untuk mencari jaringan Ponsel, sebab di dekat camp tinggal korban tidak terdapat jaringan seluler.
Setelah beberapa saat, anaknya belum juga kembali dari pelabuhan.
Rustam gusar dan memangil- manggil anaknya tersebut sambil menyusul ke arah pinggiran sungai.
Saat itu, kondisi lampu camp masih padam.
“Rustam pergi mencari anaknya ke pinggir sungai dan setelah berjalan sekitar 150 meter, ia hanya menemukan Ponsel milik anaknya tergelatak di tanah,” kata dia.
Firasat Rustam mulai berbeda.
Baca juga: Remaja Meninggal Dunia Diterkam Harimau Sumatera di Siak, Berawal Saat Korban Cari Jaringan Seluler
Apalagi ia melihat bercak darah yang berserakan di tanah dan bekas seretan menuju ke dalaman hutan.
“Rustam berlari ke camp sambil berteriak meminta tolong, kemudian rekan-rekan kerja PT Uniseraya datang bersama-sama untuk mencari korban,” kata dia.
Sebelum korban ditemukan, masyarakat telah menduga korban dimangsa binatang buas, yakni diterkam Harimau.
Apalagi saat itu kondisi lampu padam, sehingga luput dari pandangan masyarakat di camp perkebunan sawit itu.
“Warga melakukan pencarian lebih 4 jam lamanya, menggunakan penerangan senter, lampu colok, dan membawa parang atau kayu untuk berjaga-jaga,” kata dia.
Pukul 23.30 WIB malam itu, warga berhasil menemukan korban masih di dalam perkebunan sawit PT Uniseraya tersebut.
Kondisi korban saat ditemukan tidak lagi utuh, beberapa bagian tubuh sudah hilang.
Baca juga: Penjual Kulit Harimau Diamankan saat akan Transaksi, Taring Beruang hingga Janin Disita Petugas
“Setelah korban dievakuasi di camp, pihak keluarga sepakat membawa jenazah korban ke Kabupaten Nias, Sumatra Utara,” kata dia.
Jenazah korban dievakuasi menggunakan ambulans pukul 02.30 WIB, Senin dini hari.
Hasil koordinasi Polsek Sungai Apit dan Pemerintah Kecamatan Sungai Apit, saat ini telah diturunkan tim dari BBKSDA Provinsi Riau ke Kampung Teluk Lanus untuk melakukan pengamanan satwa liar.
“Hambatan kita adalah lokasi yang sulit dijangkau, tidak ada jaringan selular, kawasan hutan yang berdampingan dengan perkebunan sawit masih terdapat binatang buas membahayakan,” kata Wahyudi.
Berdasarkan analisa tim Polsek Sungai Apit dan Pemerintah Kecamatan setempat, korban diduga telah diterkam Harimau di hutan pinggiran sungai Belat Kampung Teluk Lanus.
“Dengan adanya tanda seretan dan darah di lokasi tempat ditemukannya HP korban bahwa dapat di prediksikan korban telah diterkam dan diseret oleh oleh Harimau,” kata dia.
Saat ini Polsek Sungai Apit melakukan penyelidikan atas kejadian tersebut.
Kemudian melakukan penggalangan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dalam beraktifitas di tempat rawan binatang buas.
Warga pilih pulang
Dedek dan sejumlah pekerja yang tinggal di Sungai Belat, Teluk Lanus ketakutan.
Mereka terpaksa meninggalkan lokasi itu dan pulang ke kampungnya di permukiman kampung Teluk Lanus.
“Lokasi tempat kami tinggal itu memang hutan dan habitat harimau. Kami takut harimau tersebut datang lagi ke camp, makanya kami pulang ke rumah,” kata dia.
Jarak Sungai Belat dari permukiman warga Kampung Teluk Lanus sebenarnya tidak jauh, hanya 17 Km.
Namun tidak ada jalan darat yang menghubungkan karena lokasi hutan belantara. Akses satu-satunya adalah jalur laut.
Pekerja datang dan pulang dari kampung Teluk Lanus menggunakan pompong atau sampan mesin.
“Perjalanan menggunakan pompong ke Teluk Lanus satu jam setengah sampai dua jam. Kami pulang dulu karena kondisi seperti ini tidak memungkinkan lagi bagi kami untuk tinggal di camp,” kata Dedek.
Sebagai karyawan perusahan perkebunan sawit, Dedek dan pekerja lainnya sudah mendapat izin untuk meninggalkan Sungai Belat.
Baca juga: Ditemukan dalam Kondisi Lemas, Harimau di Pasaman Mati lalu Dikubur di Depan Rumah Ninik Mamak
“Apakah ini harimau yang pernah memangsa ternak warga di Teluk Lanus atau bukan, kami tidak tahu. Di Sungai Belat itu memang habitatnya, sedangkan hewan ternak yang pernah dimangsa bukan di Sungai Belat tetapi dekat ke perkampungan,” kata dia.
Dedek tidak tahu kapan akan masuk lagi ke Sungai Belat untuk menjalankan aktifitasnya sebagai pekerja di perkebunan sawit. Ia berharap ada keamaman di lokasi tersebut.
“Yang kami butuhkan sekarang adalah keamanan, jika kami merasa tidak aman tentu kami was -was,” kata dia.
Wilayah kantong harimau
Lokasi peristiwa yang menewaskan remaja di Siak itu diketahui masuk dalam wilayah kantong Harimau Sumatera.
"Itu bagian kantong Harimau Sumatera, itu berbatasan juga dengan konsesi HTI PT RAPP. Itu masuk lansekap Sinepis," jelas Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Mahfud, Senin (30/8/2021).
Terkait kejadian ini, ia juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak berlaku anarkis terhadap Harimau Sumatera.
"Karena kami langsung menangani itu tentu dengan prosedur dengan melibatkan banyan pihak. TNI, Polri, aparat desa maupun kecamatan dan mitra yang ada di sana," ujarnya.
Diungkapkan Mahfud, setelah menerima informasi adanya kejadian itu, tim BBKSDA Riau langsung menuju ke lokasi, sekaligus membawa box trap atau kandang perangkap.
"Kami menyampaikan turut berduka cita atas meninggalnya korban yang diduga oleh Harimau Sumatera," tutur Mahfud.
Siapkan box trap
Humas BBKSDA Riau, Dian Indriati memaparkan, sebelum kejadian ini, pihaknya sudah melakukan pemasangan camera trap.
Namun ketika itu, tidak terpantau adanya keberadaan Harimau Sumatera.
Satwa dilindungi ini juga tidak memunculkan dirinya.
"Hingga akhirnya tiba-tiba muncul kembali dan terjadi hal tersebut (peristiwa penerkaman)," ucap Dian.
Ia menambahkan, saat ini tim BBKSDA Riau kembali ke lokasi dengan membawa box trap dan akan melakukan evakuasi terhadap Harimau Sumatera itu. (tribunpekanbaru.com/ Mayonal Putra)
Sebagian dari artikel ini telah tayang di TribunPekanbaru.com dengan judul Remaja Diterkam Harimau di Siak, Pekerja Perkebunan Sawit Ketakutan dan Tinggalkan Camp