Kita kembali ke tahun-tahun saat tukar guling Inggris dan Belanda tahun 1824. Lewat Trakat London, Britania dan Belanda bersepakat menukar wilayah. Saat itu Sir Thomas Rafles adalah gubernur koloni Inggris di Bengkulu. Singkatnya, salah satu kesepakatan antara Britania dan Belanda adalah Britania menyerahkan Bengkulu ke Belanda, sementara Belanda menyerahkan Singapura ke Inggris. Tukar guling Bengkulu-Singapura.
Ceritanya, Belanda mengambil perjanjian ini karena tahu ada sumber emas melimpah di Bengkulu. Sejak berkuasa di Bengkulu, Belanda tak menjadikan wilayah pesisir ini sebagai pusat penyuplai rempah, tapi daerah eksploitasi tambang emas. "Sangking banyaknya emas dari Bengkulu, sekitar 24 kilogram emas Monas itu dari tambang di Lebong, Bengkulu," kata Yosan.
Tak lama berkuasa di Bengkulu, pecahlah Perang Diponegoro. Selain mengekspoitasi emas, Belanda menjadikan wilayah Bengkulu sebagai tempat buangan politik. Sentot Alibasah, panglima Pangeran Diponogoro dibuang ke sini setelah perang usai. Pusaranya ada di Bengkulu.
Di ruang sisi depan barat benteng juga dijadikan ruang pameran. Dindingnya sangat tebal. Di sini diceritakan tentang sejarah tanam paksa di Bengkulu yang dimulai sejak tahun 1833. Sejak pendudukan Inggris kerap terjadi perlawanan rakyat, di masa penjajahan Belanda juga serupa.
Halaman tengah benteng berjejer meriam-meriam. Meriam itu menghadap ke sisi barat benteng Samudra Indonesia. Tak ada ruangan di bagian barat itu. Peluru-peluru dari meriam itu bisa langsung menghantam penyerbu yang datang dari barat.
Sementara di sisi timurnya adalah bangsal prajurit. Bangsal itu masih lengkap dengan besi teralis bak ruang penahanan, kini diubah menjadi ruang pameran juga. Di sini di pajang material-material dari benteng mulai dari bata, kayu sampai pakunya. Material pajangan asli.
Di sini ada diorama Soekarno. Soekarno tampak menyusun tiga buah batu. Alkisah Soekarno pernah dipanggil oleh penguasa benteng Marlborough kala itu, Cornelis Eduard Maie pada Mei 1940.
Dari bIografi Soekarno yang ditulis Cindy Adam, tahun itu Hitler menaklukkan Belanda. Orang-orang di Benteng Malborough muram. Cornelis Eduard Maie lalu memanggil Soekarno di sana. Maie tahu Soekarno berlatar belakang Arsitek.
"Insinyur Soekarno, mereka berkata, kami ingin memperingati peristiwa yang tidak menyenangkan ini. Sebagai satu-satunya seniman di Bengkulu, anda ditunjuk untuk membangun tugu peringatan," kata Maie.
Soekarno menjawab, "maksud Anda, setelah menghukumku karena menghendaki kemerdekaan untuk rakyatku tiba-tiba sekarang anda meminta kepadaku, tahanan Anda membuat sebuah tugu karena bangsa lain merebut kemerdekaan negeri Anda?
Soekarno melanjutkan, " meski aku ingin memuaskan selera seniku apa yang kulakukan hanyalah menumpukkan tiga buah batu, yang satu di atas yang lain. Dan itulah yang kukerjakan."
Soekarno di buang di Bengkulu sampai pendudukan Jepang. Rumah pembuangannya tak jauh dari Benteng ini. Pada series berikutnya, masih di edisi wisata, kita akan mengunjungi rumah itu.
Di belakangnya ada sumur jernih dengan timba katrol tua. Mitosnya mencuci muka dengan air sumur itu membuat awet muda. Entah mitos itu dimulai dari siapa. Masih dipercaya, bahkan oleh anak-anak muda Bencoolen. (Tribun Bengkulu/Prawira Maulana)