TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bantuan kemanusiaan untuk para korban erupsi Gunung Semeru terus berdatangan.
Menempati sedikitnya 115 pos pengungsian, ada lebih dari enam juta korban harus mengungsi dari tempat tinggal mereka.
"Kami menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk korban erupsi Semeru di posko pengungsian di Santana SPMAA (Sumber Pendidikan Mental Agama Allah) Desa Sumber Wuluh Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur," ujar Politisi Demokrat Debby Kurniawan kepada wartawan, Kamis (9/12/2021).
Perwakilan Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR RI tersebut menuturkan, bantuan yang disalurkan kepada korban Semeru di antaranya: vitamin, selimut, snack, susu, popok, sabun, sampo dan kebutuhan dasar lainnya. Bantuan, dikatakan dia, disalurkan pada Rabu (8/12) kemarin.
"Korban Semeru banyak membutuhkan bantuan seperti selimut dan kebutuhan dasar lainnya. Apalagi suhu di posko pengungsian cukup dingin," katanya.
"Kebutuhan anak-anak harus jadi perhatian. Seperti Pampers, susu dan kebutuhan anak-anak lainnya," imbuhnya.
Debby juga mengingatkan, pentingnya korban erupsi Semeru untuk tetap menjaga protokol kesehatan (Prokes) selama di posko pengungsian. Hal ini agar tidak terjadi penularan virus Covid-19 di posko pengungsian Semeru.
Sebelumnya Anggota Komisi X DPR RI ini juga mengingatkan, pentingnya trauma healing bagi anak-anak korban erupsi Gunung Semeru. Sebab, anak-anak sangat rentan mengalami trauma saat bencana alam.
"Bukan sekedar pemenuhan kebutuhan dasar bagi anak-anak saja. Rehabilitasi dan trauma healing harus cepat diberikan di masa tanggap darurat," terang Debby.
Baca juga: Ungkapkan Rasa Keprihatinan akan Erupsi Semeru Lewat Karya, Uky Tantra Ingin Korban Diberi Kesabaran
Ia menegaskan, respon cepat tim penanggulangan trauma untuk warga terutama anak-anak sangat membantu pemulihan kerentanan anak terdampak bencana.
Terutama bagi anak-anak yang terpisah atau kehilangan orangtua karena menjadi korban erupsi Gunung Semeru.
"Secara psikologis anak-anak ini akan banyak murung, tertekan secara emosional hingga memiliki emosi yang tak stabil. Dengan pendampingan yang baik dari tim trauma healing akan mencegah trauma mendalam pada anak," ungkapnya.
Di masa tanggap darurat bencana alam juga, lanjut Debby, kebutuhan pendidikan pada anak-anak kerap kali terabaikan. Minimnya fasilitas di pos pengungsian menyebabkan anak-anak melupakan proses belajar.
Baca juga: Diduga Bukan Erupsi, Penyebab Bencana Semeru Diperkirakan Akibat Guguran Kubah Lava yang Longsor
Kondisi tersebut diperparah dengan hilangnya buku pembelajaran pada saat proses evakuasi.
"Tim penanganan bencana juga harus merespon cepat gangguan proses belajar. Dengan menyediakan buku-buku bacaan bagi anak-anak di pos pengungsian, sehingga proses belajar tidak putus," ujar Debby.