Terpisah, Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Bangli, I Ketut Kayana mendukung upaya Pemprov Bali menaikkan insentif kepada bendesa adat se-Bali.
Menurut Kayana, upaya yang dilakukan Pemprov merupakan salah satu bentuk perhatian.
Kayana saat dihubungi Senin (10/1) menjelaskan, program pembangunan yang terkait dengan desa adat dari waktu ke waktu di bawah kepemimpinan Gubernur Bali I Wayan Koster, setelah keluarnya Perda No 4 tahun 2019, memang betul-betul program pemerintah yang terkait dengan keberadaan adat sangat padat sekali.
Sehingga bendesa-bendesa adat, prajuru adat, dan seluruh krama adat, memang beban kerjanya semakin meningkat.
"Terkait dengan hal itu, karena yang mengeksekusi adalah bendesa adat dengan jajarannya. Wajar saja untuk menunjang aktivitas itu, ada insentif dari pemerintah. Dan insentif itu, kalau kita cari cukupnya, kan belum cukup. Tapi tyang rasa sudah ada niat baik bentuk penghargaan dari pemerintah kepada bendesa adat yang ada di Bali dan di Bangli khususnya," ucap dia.
Kayana sangat mendukung dengan adanya kebijakan menaikkan insentif para bendesa menjadi Rp 2,5 juta. Ini merupakan peningkatan setelah sebelumnya, insentif bendesa hanya Rp 1,5 juta per bulan.
"Itu sejak zaman Pak Koster. Sebelum itu memang ada insentif, tapi dari APBD II. Itu besarannya Rp 500 ribu," ucap mantan Bendesa Adat Sala itu.
Tak hanya insentif bagi bendesa, Kayana mengatakan, pada tahun ini pertama kalinya perbekel di Bali juga mendapat insentif Rp 1,5 juta.
"Beliau-beliau ini kan sudah punya gaji sesuai aturannya. Tapi sekarang diberikan insentif. Sebelum-sebelumnya tidak pernah diberikan yang klasifikasinya insentif," ujarnya.
Kayana juga mendukung terkait pemberian insentif pada para perbekel. Sebab menurutnya, tugas-tugas ataupun aktivitas di desa adat erat kaitannya dengan desa dinas. Sehingga wajar saja jika perbekel juga mendapatkan insentif.
Seiring dengan adanya peningkatan insentif kepada para bendesa serta pemberian insentif pada perbekel, pihaknya berharap, baik bendesa maupun perbekel agar bisa melakukan pengabdian atau ayah-ayahannya lebih maksimal. Kendati pun jumlah yang didapatkan tergolong relatif.
"Kami mengimbau kepada seluruh bendesa dan perbekel agar menerima insentif yang sudah diberikan. Kan kita perlu bersyukur sudah ada (insentif) ketimbang tidak ada. Mudah-mudahan di tahun-tahun berikutnya kemampuan keuangan daerah meningkat, sehingga insentif bisa ditingkatkan kembali," kata dia.
Sementara saat disinggung usulan pemberian insentif kepada para Kelihan Banjar, mantan Kadisdukcapil Bangli itu menilai para Kelihan Banjar juga perlu mendapat insentif.
Mengingat program kerja dari bendesa dilakukan secara kolaborasi dengan para Kelihan Banjar Adat yang ada di lingkungan desa adat itu.