News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pencopotan Kasat Reskrim Polres Boyolali, Polisi Sebut Wanita yang Melapor Berbohong

Penulis: Daryono
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM - Laporan dugaan pelecehan seksual yang berujung pada pencopotan Kasatreskrim Polres Boyolali, AKP Eko Marudin, berbuntut panjang.

Polisi menyatakan R, wanita yang mengaku menjadi korban pelecehan, telah berbohong dan mengarang cerita.

Dalam pernyataanya, R mengaku dirudapaksa oleh pria berinisial GWS. 

Atas pernyataan polisi, R memberi bantahan. 

Untuk diketahui, AKP Eko Marudin dicopot dari jabatan Kasat Reskim Boyolali setelah diduga melontarkan ejekan saat R melaporkan dugaan pelecehan yang ia alami ke Polres Boyolali.

Baca juga: Pengakuan Bohong Istri Pelaku Buat AKP Eko Dicopot, Polda Jateng Fokus Bongkar Judi di Boyolali

Berikut perkembangan terbaru seputar kasus ini:

1. Polisi Sebut R Berbohong

Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol M Iqbal Alqudusy, mengatakan pihaknya telah mengkonfrontir R terkait pengakuannya menjadi korban rudapaksa.

Menurut Kombes Pol M Iqbal, R mengakui apa yang ia alami bukanlah rudapaksa, tetapi perbuatan suka sama suka.

Pengakuan itu muncul setelah polisi menunjukkan sejumlah bukti.

"Penyidik Ditreskrimum mempunyai bukti rekaman CCTV di hotel tempat R ngamar bersama GWS, pasangannya. Penyidik juga mengantongi hasil visum dari tim dokter terkait laporan perkosaan tersebut," ungkap Iqbal dalam siaran pers resmi yang diterima TribunSolo.com, Senin (24/1/2022).

Salah satu bukti yang ditelaah Polda Jateng adalah rekaman CCTV.

Menurut Iqbal, dari gestur di CCTV, R dan GWS terlihat mesra.

Bahkan, saat membayar hotel, kedua orang tersebut terlihat berebut untuk saling membayar.

"Sementara dari hasil visum diketahui tidak ada tanda lecet atau memar seperti normalnya korban perkosaan. Maka dari itu, penyidik melihat kejanggalan dalam hal ini," jelasnya.

Baca juga: FAKTA Kasat Reskrim Polres Boyolali Dicopot Usai Ejek Korban Pelecehan, Kapolres Boyolali Minta Maaf

Ditambahkan, penyidik juga sempat menyodorkan beberapa fakta lain yang akhirnya tidak dapat dibantah oleh wanita 28 tahun itu.

"Dia tidak dapat mengelak dan akhirnya mengaku hubungan yang dilakukan dengan GWS adalah karena suka sama suka," ungkap Kombes M Iqbal.

Sedangkan, terkait pelaporan rudapaksa hingga akhirnya mengaku mendapat pelecehan verbal oknum perwira Boyolali itu diduga hanya untuk bargaining saja.

"Motifnya dia ingin punya nilai tawar. Dia sengaja membuat laporan sedemikian rupa. Tujuannya, agar Polres Boyolali meringankan kasus suaminya yang ditangkap karena menjadi bandar judi," terang Kabidhumas.

2. R Bantah Keterangan Polisi

Menanggapi pernyataan polisi, R membantah dirinya mengarang cerita seperti tudingan polisi.

R kemudian kembali membeberkan kronologi rudapaksa yang ia alami.

R mengaku tidak mengenal pelaku GWS.

Pelaku tiba-tiba datang ke rumahnya untuk menawarkan bantuan membebaskan suaminya, S yang terjerat dugaan kasus perjudian.

“Dia bilang, kasus e bojomu pie ? nah iki yen wes punjul 24 jam berarti mesti ditahan (kasus suamimu gimana? Ini kalau sudah lebih dari 24 jam berarti sudah pasti ditahan),” kata R mengulang ucapan GWS, Rabu (26/1/2022), dikutip dari TribunSolo.com

R pun kemudian bertanya balik, apa yang harus dilakukan supaya suaminya bisa bebas.

“Iki aku duwe wong jero sing isoh ngetokke bojomu, ning kudu gowo duit (Ini aku punya kenalan orang dalam yang bisa mengeluarkan suamimu, tapi harus bawa uang),” katanya menirukan GWS.

Baca juga: Profil AKP Eko Marudin, Kasat Reskrim Polres Boyolali yang Dicopot karena Ejek Korban Pelecahan

Dia pun kemudian mengikuti seluruh instruksi GWS hingga ke Polres Boyolali.

Karena saat itu baru apel, niatnya ke Polres diurungkan.

GWS pun kemudian membawa R masuk ke jalan Tol Solo-Semarang.

R yang sempat bertanya mengenai arah tujuan selanjutnya langsung dipotong oleh GWS.

Wes koe menengo, manuto aku. Awak e dwe nyang Polda sik (kamu diam saja, nurut sama saya. Kita ke Polda dulu), wes manuto aku (Sudah nurut saya), yen ra manut titenono koe (Kalau tidak nurut, lihat saja kamu),” katanya.

R yang sudah curiga dengan gelagat GWS kemudian berusaha untuk melarikan diri dengan cara meloncat dari mobil setelah berada di Tol.

Namun, rencana R itu gagal. GWS lebih dulu menarik rambutnya dan menamparnya seraya mengancam.

Koe wes menengo (Kamu diam). Nek ra meneng tak pateni neng kene (Kalau tidak diam saya bunuh di sini),” ucapnya sambil menangis.

Sambil menangis, R pun mencoba menanyakan alasanya ingin membunuh dirinya.

“Padahal waktu itu dia bilangnya mau membantu saya untuk mengeluarkan suami saya,” ujarnya.

Setelah itu, lanjutnya, GWS menodongkan pisau ke lehernya dan menyatakan jika pisaunya itu telah membunuh banyak orang.

R pun kemudian menurut dan mencoba meredam emosi GWS.

R pun memohon agar dirinya tak dibunuh karena dia memiliki dua anak yang masih kecil-kecil.

Anak pertama berusia 6 tahun sedangkan anak keduanya baru 6 bulan dan sangat membutuhkan dirinya untuk memberikan ASI eksklusif.

GWS yang awalnya sudah bisa tenang, kembali mengancam R saat keduanya telah keluar dari pintu Tol Bawen.

R kembali mendapat ancaman akan dibunuh usai dirinya bertanya mengenai arah tujuannya.

Koe arep tak pateni tak guwak neng gunung (Kamu mau saya bunuh saya buang ke gunung),” jelasnya.

Beruntung, R bisa mengontrol emosi GWS agar tak keluar lagi kata-kata ancaman.

GWS yang mengaku lapar kemudian mampir makan di sebuah warung soto.

Setelah makan, GWS menjadi ngantuk.

GWS kemudian menghubungi seseorang untuk menanyakan ketersediaan kamar kosong di sebuah hotel.

Hingga akhirnya keduanya sampai di sebuah hotel dan terjadi hubungan suami istri tersebut.

“Saya disitu hanya bisa pasrah. Dalam arti saya ingin masih hidup. Sing penting aku isoh urip (Yang penting saya bisa hidup),” ujarnya.

R tak kuasa menahan tangis saat mendengar dirinya yang disebut memberikan keterangan palsu.

“Aku tidak bisa ngomong lagi, sakit. Saya punya anak dua kecil-kecil saya tinggal untuk bagaimana saya bisa membebaskan suami saya,” katanya

Yang membuat sedih lagi, akibat pemberitaan yang seakan menyerang balik dirinya sebagai korban membuat sakit jantung orang tuanya kambuh.

Baca juga: Lapor Jadi Korban Pelecehan, Perempuan di Boyolali Malah Diejek Oknum Polisi: Lha Piye, Enak To?

Soal rekaman CCTV yang terlihat seakan-akan berebut saat akan membayar hotel, R punya jawaban. 

R mengatakan dirinya membayar biaya hotel karena GWS tak memiliki uang.

Sebab, saat berada di dalam mobil GWS mengatakan dirinya tidak akan mendapatkan uang kalau tidak membunuh R.

Aku iki engko ra ndue duet nho, nek ora matani koe, aku ra entuk opah soko bosku (Saya nanti tidak punya uang, kalau tidak membunuh kamu, saya tidak dapat upah dari bos saya),” jelas R, dengan nada tegas, dikutip dari TribunSolo.com

R pun kemudian menantang GWS mintanya berapa, tapi dirinya tak membawa uang dalam jumlah yang banyak.

“Cuma bawa uang Rp 2 juta, kalau mau iki gawak en sik, engko nek teko ngomah tak kek i meneh nek njaluk mu duit (Kalau mau ini bawa dulu uangnya, nanti sampai rumah tak kasih lagi kalau minta uang). Aku pengen urep, anakku ijek cilik-cilik (Saya mau hidup, anak saya masih kecil),” ujarnya.

Nah, setibanya di sebuah hotel tersebut, R yang tahu GWS tak punya uang, kemudian membayar hotel tersebut.

“Karena aku tahu dia itu tidak punya uang,” pungkasnya.

3. GWS Buka Suara, Bantah Lakukan Rudapaksa

GWS, pria yang diduga melakukan rudapaksa terhadap R akhirnya buka suara. 

Dikutip dari TribunSolo.com, GWS secara tegas membantah seluruh tuduhan itu. 

Melalui kuasa hukumnya, Tukinu, GWS menyatakan sudah mengenal R sejak lama.

Hal itu lantaran, GWS yang merupakan warga Sambi bagian utara tak terlalu jauh dengan rumah R.

Jarak rumah dengan R cukup dekat hanya 4 kilometer, menjadikan GWS sering membeli minuman di rumah R.

“R dengan suaminya ini kan mempunyai usaha sampingan minuman penghangat, juga mempunyai hobi yang sama dengan klien kami, yakni bermain judi,” kata Tukinu kepada TribunSolo.com, Selasa (25/1/2022).

Menurutnya, GWS tak hanya sekali dua kali mendatangi rumah R dan Suami.

Sebab, selain pelanggan minuman, GWS juga sering bermain domino di rumah R, meskipun hanya kecil-kecilan.

“Kenalnya itu kenal, tahu, tahu tapi tidak akrab,” ungkapnya.

Menurut Tukinu, GWS menyatakan dugaan tindak pidana yang diadukan R itu sama sekali tak sesuai keadaan sebenarnya.

Dia menyatakan klienya tak pernah mengaku sebagai anggota Polda Jateng.

Ancaman hingga rudapaksa terhadap R yang telah diadukan itu juga tidak benar.

Bahkan, akibat pernyataan R melalui media massa itu, GWS menjadi malu.

“(Pengakuan R) itu sama sekali tidak benar,” ujarnya.

Misalnya, soal mengaku sebagai seorang perwira Polisi dengan menunjukkan KTA hingga terjadinya kekerasan dan pengancaman terhadap R, itu semua tidak ada.

Kliennya menyatakan sama sekali tak menunjukkan KTA, dan mengancam menggunakan pisau jika menuruti kemauannya.

“(Penodongan pisau) Itu sama sekali tidak terjadi benar dan tidak pernah terjadi,” kata Tukinu.

Bahkan, saat menuju hotel di kawasan Bandungan, Semarang setelah mendatangi Polres Boyolali saat sedang apel, R dengan kesediaan mau diajak ke hotel tersebut untuk istirahat.

“Terjadinya hubungan di hotel Bendungan itu didasari mau sama mau. Apakah itu suka sama suka saya tidak tahu, tapi tidak ada unsur-unsur kekerasan,” terangnya.

Baca juga: Balita 3 Tahun di Boyolali Meninggal Karena Tercebur Sumur Sedalam 28 Meter 

Di samping itu, pada di lokasi hotel tersebut, R juga diberikan kebebesan penuh.

“Contoh kebebasan pegang kunci hotel dia, dia keluar masuk membeli makanan juga bebas,” imbuhnya. 

(Tribunnews.com/Daryono) (TribunSolo.com/Tri Widodo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini