TRIBUNNEWS.COM - Ritual yang dilakukan ole Kelompok Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember pada Minggu (13/2/2022) berujung maut.
Diketahui terdapat 23 orang yang mengikuti ritual tersebut dan 11 di antaranya meninggal dunia karena terseret ombak.
Dikutip dari Tribun Jatim, seluruh orang yang mengikuti ritual berasal dari beberapa kecamatan di Kabupaten Jember seperti Kecamatan Sukorambi, Patrang, Ajung, dan Rambipuji.
Mereka pun berangkat ke Pantai Payangan dengan dipimpin Nurhasan selaku ketua kelompok tersebut.
Baca juga: Pimpinan Ritual di Pantai Payangan Bukan Ustaz, Pernah Kerja di Malaysia hingga Jadi MC Dangdut
Baca juga: POPULER Regional: Sosok Polisi yang Tewas saat Ikut Ritual | Kepala BIN Papua Meninggal Dunia
Berikut fakta-fakta mengenai ritual berujung maut yang dikutip dari berbagai sumber.
Adanya Korban Polisi
Dalam daftar korban tewas akibat ritual maut tersebut, terdapat satu korban yang berprofesi sebagai polisi.
Sosok tersebut bernama Febriyan Duwi dan berpangkat Bripda.
Dikutip dari Tribun Jatim, Febriyan merupakan anggota Polsek Pujer, Bondowoso dan seorang bintara.
Hal ini diungkapkan oleh Kapolsek Pujer, AKP Iswahyudi.
“Betul dia bawahan saya,” ujar Iswahyudi.
Lantas mengenai tewasnya Febriyan ditangisi oleh sang istri yang bernama Diana.
Sambil meneteskan air mata, Diana bercerita bahwa suaminya berpamitan kepada dirinya untuk pergi ke Pantai Payangan.
Febriyan mengirim ucapan pamitnya melalui sambungan telepon ke Diana.
“Bilangnya cuma mau pergi ke pantai dan tidak bilang kalau ada ritual,” ujar Diana.
Selain itu, Diana juga mengakui jarang tinggal satu rumah dengan suaminya karena bedanya lokasi dinas.
Diketahui, Diana berdomisili dan bekerja di Probolinggo dan suaminya berdinas di Bondowoso.
“Selama ini gak ada yang aneh sama suamiku,” ujar Diana.
Beranggotakan Berbagai Orang yang Memiliki Masalah
Penyelidikan dari Polres Jember terkait ritual ini diungkapkan oleh Kapolres Jember, AKBP Hery Purnomo.
Hery mengatakan, awal dari dilakukannya ritual yang berujung maut ini adalah pengobatan dilakukan secara spiritual.
Kemudian, menurutnya, orang-orang yang mengikuti ritual tersebut memiliki berbagai masalah dari sakit karena ilmu hitam hingga soal ekonomi.
“Ini awalnya untuk melakukan pengobatan secara spiritual. Karena yang datang itu ada yang sakit secara fisik dan psikis, sehingga ingin sembuh, ada yang punya masalah ekonomi, juga ada yang punya masalah keluarga,” jelas Hery.
Selain itu, Hery juga menjelaskan bahwa mereka juga melakukan pengajian dan setiap harinya diikuti oleh 20-30 orang yang dilakukan di rumah ketua Kelompok Tunggal Jati Nusantara, Nurhasan.
Lantas dalam penyelidikan sementara yang dilakukan pihaknya, Hery menuturkan tidak ada yang keliru dari bacaan yang dibaca.
Bacaan itu seperti beberapa surat dalam kitab suci dan bacaan dalam Bahasa Jawa.
Sehingga untuk memastikan kelompok pimpinan Nurhasan ini menyimpang atau tidak, pihaknya pun memerlukan keterangan saksi.
Sudah Diperingatkan soal Ombak Tinggi
Peringatan mengenai adanya ombak tinggi di Pantai Payangan pun sudah dilakukan oleh juru kunci makam Bukit Samboja, Saladin, dikutip dari Tribun Jatim.
Ia menuturkan kelompok tersebut sudah meminta izin untuk melakukan ritual.
“Mereka sudah beberapa kali memang. Tadi malam izin juga dan saya pesan supaya tidak turun ke dekat laut karena ombak yang sedang tinggi,” jelas Saladin.
Setelah memberitahu, Saladin pun memilih tidur dan kemudian kelompok tersebut sampai di lokasi pada Sabtu (12/2/2022) sekitar pukul 23.00 WIB.
Lalu, mereka pun memulia ritual sekitar pukul 00.00 WIB.
Saat Saladin sedang tertidur, dirinya pun kaget karena mendenganr kegaduhan dari arah pantai.
Ia pun langsung berlari ke pantai sambil membawa pelampung.
Saladin pun memberanikan terjun ke laut dan berhasil menyelamatkan lima orang.
“Dua orang meninggal dunia dan tiga orang hidup,” jelasnya.
Pencarian pun terus dilakukan oleh Saladin dan dibantu oleh SAR Rimba Laut, polisi, TNI, Basarnas, dan relawan.
Lantas pencarian pun selesai pukul 11.50 WIB dan hasilnya 11 orang dinyatakan meninggal dunia dan 12 orang selamat.
Fakta Sosok Nur Hasan
Diketahui Nur Hasan merupakan ketua dari Kelompok Tunggal Jati Nusantara.
Dikutip dari Tribunnews, ia merupakan warga Dusun Botosari, Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi.
Dalam kesehariannya, Nur Hasan dikenal sebagai paranormal yang memiliki kekuatan spiritual dan mampu menerawang nasib orang di masa depan.
Selain itu ia juga dipercaya mampu memberikan orang ketenangan jiwa.
Nur Hasan juga terlihat sering memakai selendang hijau dalam kesehariannya.
Hal ini diakui oleh Sekretaris Dukuh Mencek, Budi Harto.
“Dia kalau kemana-mana pakai selendang hijau,” jelas Budi Harto.
Selain dikenal sebagai paranormal, Nur Hasan juga bekerja menjadi MC hingga berjualan online.
Fakta ini dikatakan oleh Kades Dukuh Mencek, Nanda Setiawan.
“Kerjanya kadang-kadang MC dangdut, sementara ini jual online kayak tisu,” tutur Nanda.
Fakta lain di luar profesi yang digeluti oleh Nur Hasan adalah mengenai istri dan anak tirinya.
Diketahui, istrinya yaitu Ida (22) dan anak tirinya berinisial P (13) menjadi dua dari 11 korban tewas akibat ritual maut tersebut.
Diduga kedua anggota keluarga Nur Hasan ini menjadi anggota kelompoknya karena beberapa kali ikut acara ritual yang diadakan olehnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Nuryanti)(Tribun Jatim/Sri Wahyunik/Tony Hermawan)
Artikel lain terkait Ritual di Pantai Payangan Jember